Uxbal (Bardem) adalah seorang ayah dari dua orang anak dan suami dari istri yang menderita gangguan mental bipolar. Tidak banyak yang kita tahu mengenai latar belakang dari dirinya selain ayahnya yang meninggal saat usia muda. Namun Uxbal berusaha keras untuk mengumpulkan uang demi menjaga agar kedua anaknya tetap dapat makan dan memiliki tempat tinggal yang layak. Uxbal menafkahi keluarganya dengan bekerja sebagai middle man antara komunitas imigran Cina yang memproduksi barang-barang bajakan dengan komunitas imigran asal Senegal yang menjual barang-barang tersebut, lalu menjadi human trafficker bagi para imigran Cina. Selain itu Uxbal juga memiliki anugrah untuk menghantarkan arwah-arwah orang yang telah meninggal agar dapat menyeberang dan bisa meninggalkan dunia dengan damai, yang tentunya keistimewaan ini ia gunakan untuk mencari uang.
Merasa bahwa tugasnya sebagai ayah bagi kedua anaknya belum selesai, Uxbal menerima sebuah berita yang sangat tidak mengenakkan; umurnya tinggal dua bulan lagi karena dirinya didiagnosa menderita kanker prostat. Tugas berat dengan batas waktu pun tidak bisa dielakkan; alih-alih menghantarkan arwah-arwah untuk menyeberang ke dunia lain, kali ini ia harus menghantarkan dirinya sendiri agar siap untuk meninggalkan kedua anaknya di tengah-tengah situasi dan kondisi dunia yang tidak pernah sempurna.
Bagi gue ketika menonton film ini gue merasa bahwa belum ada satu minggu semenjak gue nonton Get Low, gue sudah disuguhkan film dengan tema yang hampir serupa. Tahu kematian akan tiba, si karakter utama pada kedua film tersebut pun berusaha menuntaskan tugas-tugasnya di dunia sebelum meninggal. Namun jika Get Low dibawakan dengan bungkus romantika dan sedikit cipratan komedi, film keempat arahan Inarritu ini digambarkan dengan nuansa melodramatis. Sungguh bukan sebuah film yang tepat jika anda mencari hiburan untuk melepaskan penat. Jauh dari itu, film ini akan membawa pikiran dan perasaan anda sibuk larut dalam ekspresi dan tatapan nanar mata dari Uxbal. Sesak, depresif, namun diakhiri dengan ending yang indah dan penuh dengan harapan.
Masih jelas di ingatan gue bagaimana sesaknya film Blue Valentine yang gue tonton 18 Januari 2011 yang lalu. Dengan atmosfir yang sama, Inarritu yang juga menulis cerita ini tampak ingin menggambarkan betapa kompleksnya kehidupan Uxbal dalam mencari nafkah, mempersatukan keluarga, berbuat baik, dengan tidak melukai satu orang pun di sekitarnya. Berbagai plot cerita yang dimasukkan Inarritu yang seakan menambah "kesialan" Uxbal - yang dapat ditemui juga dalam Babel (2006) - jelas menggambarkan bahwa hidup tidak pernah sempurna, tidak pernah mudah, dan terkadang tidak terjadi menurut keinginan kita.
![]() |
gambar diambil dari sini |
Film-film tipikal melodramatis seperti ini sangat bergantung pada kekuatan akting dari pemeran utama. Bahwa aktor/aktris dari pemeran utama lah yang menghidupkan, menggerakkan, dan mengarahkan film ini. Semua ini dijawab dengan sempurna oleh akting nyaris tanpa cacat oleh Javier Bardem. Pernah meraih Oscar atas Aktor Pendukung Terbaik dalam No Country for Old Men (2007) sebagai penjahat sosiopath yang menurut gue karakternya adalah salah satu penjahat yang akan selalu diingat di dalam dunia perfilman. Sebagai Uxbal, Bardem benar-benar menghidupkan karakter yang menurut gue memendam beberapa emosi sekaligus; frustasi sekaligus tegar, caring sekaligus cuek, berani sekaligus takut. Briliannya, Bardem bisa menampilkan emosi-emosi paradoksal tersebut dengan sangat baik lewat ekspresi dan tatapan matanya yang nanar. Dibantu dengan sorotan kamera yang lebih banyak memperlihatkan wajah Uxbal dari jarak dekat, seakan-akan memaksa penonton untuk memahami lebih jauh dalamnya emosi yang ada pada diri Uxbal. Setiap gerakan kecil atau detil-detil yang muncul pada adegan seakan bisa menjadi alat bantu untuk membangun sekaligus memahami karakter Uxbal.
![]() |
gambar diambil dari sini |
Bagi gue, selalu menarik untuk melihat signifikansi dan korelasi antara judul film dengan jalan ceritanya - khususnya pada film-film Inarritu. Gue ingat betul betapa jungkir baliknya gue untuk mencari signifikansi antara judul dengan jalan cerita pada Babel (2006), yang baru gue bisa temukan setelah bertapa selama beberapa hari. Beruntung pada film ini, Inarritu memberikan satu petunjuk yang jelas yang kemudian bisa dihubung-hubungkan dengan plot cerita yang ada.
![]() |
gambar diambil dari sini |
![]() |
gambar diambil dari sini |
Rating?
8,5 dari 10
0 kritik:
Post a Comment