Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Murder on the Orient Express - Review

Gambar
"Sebuah perjalanan kereta yang datar, tidak meyakinkan, dan tidak sekalipun menimbulkan rasa penasaran" Detektif terhebat di dunia, Hercule Poirot, memutuskan untuk naik kereta Orient Express dari Istanbul menuju Calais, sebelum melanjutkan perjalanan ke London. Di tengah perjalanan, kereta terhenti karena terjebak longsor salju sehingga kereta menjadi keluar jalur. Di malam hari, ada seseorang yang terbunuh. Satu di antara dua belas penumpang pun dicurigai menjadi tersangka. Tidak disangka, ternyata ini adalah kasus tersulit yang pernah dialami oleh Hercule Poirot. Film ini merupakan adaptasi kedua dari novel Agatha Christie berjudul sama yang diterbitkan tahun 1934. Sebagian mungkin menyayangkan usaha Hollywood untuk mendaur ulang adaptasi dari film pertama yang rilis tahun 1974. Tetapi mungkin juga penting untuk diadaptasi di era sekarang ini untuk generasi baru yang belum mengenal siapa itu Hercule Poirot. Salah satunya adalah gue, yang memang bukan pembaca novel Ag

Blade of the Immortal - Review

Gambar
"Karya ke-100 dari sutradara Takashi Miike ini meski masih menyajikan over-the-top violence, tetapi cukup menahan diri dalam menyemburkan darahnya" Manji adalah seorang ahli samurai yang dikutuk dengan keabadian. Setelah gagal menyelamatkan adiknya yang dibunuh oleh puluhan pembunuh bayaran, Manji diberikan cacing sakti yang dapat menyembuhkan dirinya oleh seorang biksu misterius. Lima puluh tahun kemudian, Manji menghadapi persoalan yang mirip ketika dia harus melindungi seorang anak perempuan yang kedua orang tuanya dibunuh oleh sekelompok samurai. Isu penebusan, kehidupan serta keabadian pun mencapai puncaknya pada pilihan yang harus dihadapi oleh Manji. Kalau dilihat secara statistik, di mana  Blade of the Immortal adalah film keseratus dari sutradara legendaris Takashi Miike, maka bisa dibilang gue termasuk orang yang tidak familiar dengan film-film beliau. Selain film ini, gue hanya menonton dua film Takashi Miike yang lain; Zatoichi (2003) dan 13 Assassins (201

Coco - Review

Gambar
"Karya terbaru dari Pixar yang sangat kaya di visual dan juga cerita beserta makna yang mendalam tentang keluarga, kehidupan, dan kematian" Miguel adalah seorang anak laki-laki yang berbakat menyanyi dan bermain gitar, meski harus hidup di tengah larangan keras untuk bermain musik di keluarganya. Putus asa untuk menunjukkan bakatnya, Miguel pun tiba-tiba terjebak dalam alam baka di hari festival besar Day of the Dead. Ditemani oleh arwah yang penuh dengan trik, Hector, mereka pun berpetualang untuk mencari kebenaran di balik latar belakang keluarga Miguel. Pertama-tama, Coco bukanlah The Book of Life (2014) meski premisnya sama-sama menggunakan latar hari raya terkenal di Meksiko. Coco adalah film ke-19 dari rumah produksi Pixar yang diproduksi dari tahun 2011. Lamanya proses produksi ini sekaligus memecahkan rekor sebagai produksi terlama oleh Pixar. Tetapi hal tersebut terbayar dengan hasil filmnya yang sangat terlihat betapa detil penelitian yang dilakukan. Hasilny

Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak - Review

Gambar
"Seruan pahit dari gender yang tertindas, dalam balutan genre film baru di sinema Indonesia; satay western" Marlina, seorang janda yang baru saja ditinggal mendiang suaminya, didatangi oleh kawanan perampok. Ketika diancam diperkosa secara bergiliran, Marlina memberontak dengan membunuh mereka. Tak tentu arah, Marlina memutuskan untuk keluar dari rumah dan pergi ke kantor polisi untuk menuntut keadilan sambil membawa saksi mata; kepala si perampok. Ini adalah karya ketiga sutradara dan penulis naskah berbakat Mouly Surya yang masih mengeksplorasi satu tema yang sama; bagaimana seorang wanita menghadapi dunia. Dalam dua karya sebelumnya,  Fiksi  (2008) dan  Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta  (2013) memang membahas peran wanita dalam konteks kehidupan urban. Namun dalam Marlina the Murderer in Four Acts (pilihan judul untuk distribusi internasional), penonton diajak ke tanah Sumba di Timur Indonesia. Sebuah eksposisi tema dan konteks yang paralel; karakter

Stranger Things - Season 2 Review

Gambar
"Kisah yang lebih luas dan lebih besar, tetapi tidak serta-merta lebih baik dari musim sebelumnya" Gue suka Stranger Things Season 1 karena orisinalitasnya membuat gue seakan menemukan keluarga baru. Sayangnya, gue tidak begitu suka Stranger Things Season 2 karena formula tipikal sekuel untuk mengekspansi cerita malah menghilangkan orisinalitas itu. Mari kita bahas lebih dalam.

Justice League - Review

Gambar
"Terlepas dari deretan kekurangannya, film ini ringan dan sangat menghibur di antara film-film DCEU lainnya" Bruce Wayne terinspirasi oleh pengorbanan Superman dan termotivasi untuk mengumpulkan manusia-manusia super demi menghadapi musuh yang lebih besar. Bersama Diana Prince, Batman dan Wonder Woman merekrut The Flash, Cyborg dan Aquaman. Namun meski kini mereka berkumpul sebagai tim, saat tersebut sudah terlambat untuk menyelamatkan bumi dari serbuan makhluk asing setelah absen selama ribuan tahun. Akhirnya, ada juga satu film dari DC Extended Universe (DCEU) yang ringan dan menghibur. Justice League menandai film kelima dalam deretan film-film DCEU, atau yang kebanyakan orang mengatakan bahwa ini adalah usaha terburu-buru untuk mengejar Marvel dalam menyatukan semua jagoannya dalam satu film. Jadi apakah benar ini usaha yang terlalu terburu-buru? Ya. Tetapi ini adalah usaha yang cukup baik. Baik, dalam hal peningkatan dari empat film DCEU sebelumnya, dan bukan dal