Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Ready Player One - Review

Gambar
"Sebuah surat cinta yang sangat menarik dan penuh nostalgia pada budaya pop tahun 80-90an" Tahun 2045, kehidupan nyata menjadi semakin berat. Daerah kumuh berubah menjadi tumpukan konteiner yang menjadi tempat tinggal banyak orang dari kelas sosial ekonomi rendah. Satu-satunya penghiburan dan pelarian mereka adalah permainan virtual reality bernama OASIS. Penciptanya, James Halliday, menaruh sebuah easter egg yang mewariskan OASIS pada siapapun yang bisa menemukan dan menyelesaikan setiap tantangan. Salah satu pemain yang juga pengagum James Halliday, Wade Watts atau memiliki nama avatar Percival, harus berlomba dengan perusahaan saingan, 101, untuk menguasai OASIS. Diadaptasi dari novel berjudul sama terbitan tahun 2011, Ready Player One adalah kisah yang menjadi surga bagi kalangan pecinta budaya pop tahun 80-90an. Deretan karakter dan benda dari video game dan film yang naik daun di era tersebut, direferensikan secara signifikan dalam film ini. Sebut saja The Iron

Hichki - Review

Gambar
"Drama yang menghangatkan hati dan membasahkan mata lewat kisah inspirasional dan karakter yang mudah untuk dicintai" Naina Mathur adalah seorang penderita sindrom Tourette, sindrom kejutan saraf otak yang mengakibatkan seseorang mengeluarkan gerakan tak terkendali atau suara yang tak diinginkan secara berulang-ulang. Diluar kemampuan spesialnya, Naina sangat menginginkan menjadi seorang guru. Setelah ditolak dari belasan sekolah karena penyakitnya, akhirnya Naina mendapatkan kesempatan di salah satu sekolah elit. Namun kelas yang diajar adalah kelas urutan bontot dengan reputasi buruk. Sama-sama menjadi orang-orang yang terpinggirkan, Naina dan anak-anak kelas 9F harus mengatasi berbagai kekurangan untuk meraih potensi maksimal. Film ini adalah adaptasi dari buku autobiografi Brad Cohen berjudul Front of the Class , yang pernah diadaptasi ke film televisi berjudul sama tahun 2008. Hal baik dari film Hichki adalah adanya adaptasi kisah menghangatkan hati ke ini ranah bu

Partikelir - Review

Gambar
"Komedi aksi dengan kisah yang menyegarkan yang menjadi perintis di Indonesia dengan tema buddy-cop" Adrian dan Jaka adalah sahabat semasa SMA yang sama-sama terobsesi menjadi detektif. Ketika sudah bekerja mereka berpisah ke jalan masing-masing; Jaka merintis karir pengacara di sebuah lembaga hukum, sementara Adrian mengejar mimpinya menjadi detektif partikelir, istilah dari detektif swasta. Satu kasus yang melibatkan pembunuhan membuat Adrian terpaksa meminta bantuan Jaka, yang kini lebih memilih berada di zona nyaman. Dua sahabat dengan kepribadian yang jauh berbeda ini pun harus saling bekerja sama demi memecahkan kasus pelik tersebut. Partikelir menandai film pertama bagi Pandji Pragiwaksono sebagai sutradara sekaligus penulis naskah. Di luar isu politis, sebenarnya gue cukup mengagumi berbagai karya Pandji yang memang terbilang cerdas dan mendidik. Mulai dari tulisan blognya (sekali lagi, di luar isu politis), konten stand up comedy , hingga karya lagunya. Konten

Pacific Rim: Uprising - Review

Gambar
"Sekuel yang hanya mengandalkan robot dan monster yang lebih besar, namun tidak lebih meyakinkan" Lima belas tahun sejak proyek Jaeger menghentikan serangan Kaiju, bumi kembali terancam oleh serangan yang lebih besar. Proyek Jaeger yang kini telah mempersiapkan diri dengan robot-robot yang lebih besar dan lebih canggih, harus menghadapi monster yang lebih besar juga. Dipimpin oleh Jake Pentecost, anak dari kolonel Stacker Pentecost, seorang pemberontak namun harus menghadapi takdirnya sebagai pahlawan. Pacific Rim (2013) adalah film yang spesial karena membangkitkan lagi nostalgia film-film robot raksasa melawan monster raksasa yang diprakarsai oleh Jepang. Belum lagi arahan sutradara dan penulis naskah Guillermo del Toro yang berhasil membuat film robot vs monster itu serealistis mungkin, sampai detil pengambilan gambar yang selalu menggunakan skala proporsional sehingga penonton bisa percaya bahwa robot dan monster itu sungguhan besar. Tapi antisipasi terhadap sekuel

Game Night - Review

Gambar
"Film komedi paket lengkap yang sangat menghibur dengan jaminan tawa terbahak-bahak" Pasangan suami istri yang hobi dan ahli dalam berbagai macam permainan, Max dan Annie, menjadi tuan rumah dalam permainan dengan teman-temannya secara rutin. Di satu permainan ketika menyambut kepulangan kakak Max, Brooks, satu permainan baru dimainkan oleh mereka; penculikan salah satu dari mereka dan sisanya harus menebak siapa penculiknya. Namun permainan tersebut menjadi rumit ketika garis tipis antara fiksi dan kenyataan menjadi kabur. Gue memang bukan pecinta komedi Hollywood, karena biasanya setiap lelucon dibuat dengan banyak mengambil referensi kultur AS. Artinya, anda harus memahami budaya AS untuk bisa tertawa bersama. Apalagi Game Night dibuat dari kreator Horrible Bosses (2011) yang biasa saja bagi gue. Ditambah lagi tampilan trailer yang dengan sangat mudah ditebak akan seperti apa jadinya. Tapi siapa sangka, gue malah tertawa terbahak-bahak menonton Game Night yang san

Sekala Niskala: The Seen and Unseen - Review

Gambar
"Narasinya yang sederhana dibalut dalam kemasan kontemporer yang artistik dan kelewat indah" Di Bali, Tantri sedang bersedih karena saudara kembar laki-lakinya, Tantra, sedang dirawat di rumah sakit karena penyakit otak. Makin hari, Tantri menyadari bahwa mereka akan semakin kehilangan waktu untuk bermain bersama ketika satu per satu indra Tantra tidak berfungsi. Situasi tersebut membuka ruang dan waktu yang berbeda dalam pikiran Tantri. Beberapa kali Tantri terbangun dan menjalani perjalanan magis untuk bermain dengan Tantra. Lewat ekspresi tubuh dan simbol-simbol kehidupan, Tantri mencari jati diri dan harapan untuk dapat bertemu lagi dengan Tantra. Sekala Niskala , atau judul internasionalnya The Seen and Unseen , ternyata adalah karya seni dengan cita rasa artistik yang tinggi, yang (kebetulan) divisualisasikan dalam medium audio-visual berupa film panjang. Pengalaman menonton Sekala Niskala niscaya sungguh unik dan tidak tertandingi, karena bagi gue pribadi seakan

Love for Sale - Review

Gambar
"Drama romantis yang sangat jujur dan menyentuh hati tentang harga yang harus dibayar demi sebuah cinta" Richard Achmad yang berusia 41 tahun telah terlalu lama hidup sendiri. Suatu ketika, salah seorang teman geng nobar sepak bola akan menikah, dan Richard ditantang untuk membawa pasangan ke kondangan. Taruhannya kali ini tidak lagi uang, tetapi harga diri. Kehabisan akal, Richard pun mengunjungi situs kencan dan menemukan Arini sebagai jasa menemani untuk pergi ke kondangan. Taruhan harga diri berhasil diselamatkan, tetapi berapa harga yang harus dibayar agar Arini tetap mau bersama Richard selamanya? Ide yang dibawa Love for Sale ini sangat menarik, dan terbilang segar di perfilman Indonesia. Saking segarnya, gue jadi ingat ada halaman penawaran jasa menemani kondangan di Kaskus dengan kisaran harga Rp 200.000 - 400.000 untuk dua jam. Kisah dalam film ini bisa dibilang adalah ekstensi dari jasa menemani kondangan tersebut, yang bisa diperluas menjadi menemani yang l

Loving Vincent - Review

Gambar
"Di samping visual yang luar biasa lewat animasi lukisan tangan cat minyak, biografi Vincent van Gogh ini berkisah dengan sangat menarik" Armand Roulind anak dari kepala tukang pos ditugaskan oleh ayahnya untuk mengantarkan satu surat penting yang selama ini gagal dikirim. Surat tersebut adalah surat terakhir dari Vincent van Gogh sebelum meninggal yang ditujukan untuk adiknya Theo van Gogh. Armand pun melacak orang-orang terdekat dari Vincent maupun Theo, yang kemudian membawanya ke desa Auvers, desa di mana Vincent van Gogh hidup di hari-hari terakhirnya. Sembari menunggu Dr. Gachet yang merawat Vincent, Armand bertemu dengan penduduk sekitar yang tidak hanya mengenal Vincent, tetapi juga menjadi model dari berbagai lukisannya. Loving Vincent adalah film animasi pertama yang dibuat 100% dari lukisan cat minyak. Bayangkan opa Hayao Miyazaki membuat animasi Spirited Away dengan gambar tangan, maka Loving Vincent digambar oleh 100 pelukis cat minyak ahli yang menghasi

Tomb Raider - Review

Gambar
"Tidak perlu dibawa serius, karena film aksi ini hanya memamerkan seorang wanita tangguh yang sangat beruntung untuk selamat dari berbagai marabahaya"  Kehilangan ayahnya selama tujuh tahun membuat Lara Croft menyia-nyiakan kehidupan mewah hasil warisan ayahnya. Namun setelah menemukan catatan dari ekspedisi terakhir ayahnya tepat sebelum dinyatakan meninggal, Lara dibantu oleh seorang nelayan Hong Kong pergi ke sebuah pulau tersembunyi di lautan Jepang. Ekspedisi Lara dalam menginvestigasi ayahnya yang hilang ini berkaitan erat dengan mitos Jepang tentang putri Himiko yang menyebarkan kematian. Belum genap dua dasawarsa, publik kembali disuguhkan reboot yang terlalu pagi dari video game Tomb Raider . Dibuat berdasarkan game Tomb Raider versi tahun 2013, film ini mengambil kisah ketika Lara Croft sama sekali belum terjun pada hobinya berekspedisi tempat-tempat harta karun. Film versi 2018 ini pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa Alicia Vikander yang mengisi posis