Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Counterpart - Series Review

Gambar
Howard Silk (J. K. Simmons) adalah birokrat level rendahan di kantor PBB di Berlin, yang bertugas di divisi Office of Interchange. Divisi ini bertanggung jawab untuk bertukar pesan berkode dengan agen lain. Meski sudah bekerja selama tiga puluh tahun, Howard tidak pernah tahu untuk apa pesan-pesan tersebut dan apa sebenarnya yang dilakukan oleh divisi Interface. Namun Howard tetap loyal bekerja walau tidak kunjung mendapatkan promosi, sembari setelah kerja mengunjungi istrinya yang koma setelah mengalami kecelakaan mobil. Suatu hari Howard dipanggil oleh atasannya dan dirinya dipertemukan dengan kembarannya, yang ternyata berasal dari dunia paralel. Di pertemuan tersebut Howard mengetahui bahwa ternyata di penghujung Perang Dingin, seorang ilmuwan Jerman Timur secara tidak sengaja membuat portal ke dunia paralel di ruang bawah tanah kantor PBB tersebut. Dunia paralel tersebut disebut sebagai Prime, memiliki isi yang sama persis dengan dunia yang selama ini ditinggali oleh Howard - ya

I Care A Lot - Netflix Review

Gambar
Gue suka banget sama I Care A Lot yang karena dibintangi oleh Rosamund Pike (yang lagi-lagi jadi antisosial) jadi mirip-mirip sama prekuelnya Gone Girl - padahal bukan ya! Film ini ditulis dan disutradarai oleh J Blakeson, sutradara/penulis dibalik The Dissapperance of Alice Creed (2009) dan Kidnapping Stella (2019). Nggak tanggung-tanggung, film ini langsung dapat satu nominasi Golden Globe lewat Best Actress - Musical / Comedy dengan Rosamund Pike.  Pertama-tama pasti sangat berasa betapa tidak ada satu pun karakter baik dalam I Care A Lot, mengingat benar-benar semua yang tampil di layar adalah karakter dengan niat jahat. Saking jahatnya sampai dajjal aja bingung kok bisa aja ya mereka kepikiran itu. Apalagi ketika Marla Grayson ketemu Roman Lunyov yang diperankan dengan ciamik oleh Peter Dinklage. Buat gue itu sih jadi seru banget karena kaya the battle of villains . Nah saking jahatnya si Marla, susah banget buat gue untuk ngedukung dia selama film - yang jadinya malah gue nged

Two Weeks To Live - Series Review

Gambar
Seorang remaja wanita, Kim, yang seumur hidupnya hidup berdua dengan ibunya di hutan, harus ke dunia luar untuk membalas dendam atas kematian ayahnya di masa kecil. Ternyata selama seumur hidupnya, dirinya diajari oleh ibunya berbagai rupa ilmu bela diri dan cara bertahan hidup agar dapat menghadapi dunia luar. Semua ini dilakukan oleh ibunya dengan skenario jika tiba-tiba dunia kiamat maka Kim harus dapat bertahan hidup sendiri. Berbagai hal kocak pun terjadi ketika pengetahuan Kim akan dunia luar sangat terbatas, sehingga mau tidak mau harus dibantu oleh teman-teman yang baru ditemuinya. Selain itu, ternyata kemampuan bertahan hidup Kim diatas batas rata-rata dari kebanyakan orang. Apalagi selama ini Kim dididik oleh ibunya yang overprotektif dan cenderung sangat paranoid terhadap hal-hal buruk yang terjadi di dunia. Dalam misi balas dendamnya, Kim ternyata berhadapan dengan seorang gangster yang terlibat dalam kasus yang rumit. Situasi bertambah kompleks ketika teman Kim yang d

Tenet - Review

Gambar
Akhirnya kesampean juga nonton film terbarunya Christopher Nolan ini di bioskop. Ya memang ini adalah tipikal film yang harus ditonton berkali-kali. Jadi begitu rahasianya untuk dapat banyak ticket admission; buat film serumit mungkin (tapi bagus secara kualitas) sehingga membuat penonton (baca: fans) mau ngeluarin duit lagi untuk nonton ulang di bioskop. Di bioskop ya catat, bukan di rumah lewat streaming service yang legal. Karena apa? Suara dan scoring dari Ludwig Goransson kayaknya mau nyaingin Hans Zimmer dengan ngasih melodi yang dibalik notasinya. Yup biar sejalan dengan tema film ini yaitu time inversion . Gue nggak bisa ngejelasin panjang lebar soal time inversion , tapi banyak video youtube dengan visual yang oke untuk ngejelasin itu. Intinya time inversion ini adalah ada objek atau orang yang bukan bergerak "maju ke depan" sesuai waktu normal tapi bergerak mundur ke belakang berkebalikan dari waktu normal. Ribet ya? Tunggu sampai alat Turnstile muncul di pertengah

News of the World - Netflix Review

Gambar
Jarang-jarang nih Paul Greengrass menulis dan menyutradarai film drama apalagi western kaya gini. Ditambah Tom Hanks sebagai pemeran utama pastilah jaminan menyedot banyak penonton. News of the World produksi Universal Studios ini kayaknya salah satu yang "menyerah" untuk tayang di bioskop dan memilih pinangan Netflix untuk akhirnya dapat sampai ke mata penonton. Nggak semua film Tom Hanks gue suka sih, salah satunya Greyhound yang kayaknya lebih bermasalah di script. Tapi gue suka banget sama News of the World yang selain slow woles ala western, tapi juga ada seru-seru bikin sesek nafas, dan ternyata ditutup dengan ending beraroma bawang. Naskahnya solid banget, sinematografinya ciamik tapi gak kebayangan goyang kameranya ala film-film awalnya Paul Greengrass. Menurut gue yang juara sih naskahnya karena terlihat perkembangan karakter Captain Kidd yang berbalik 180 derajat dari awal hingga akhir. Perkembangan karakternya pun terbilang smooth dan meyakinkan. Awalnya Captai

Malcolm & Marie - Netflix Review

Gambar
Buat gue, pengalaman menonton Malcolm & Marie itu cukup triggering karena berantemnya itu relate banget. Mulai dari cara berantemnya, nafas, baikan, sampai berantem lagi, semuanya nyata dan natural banget. Hasil dari naskah yang sangat solid dari penulis naskah dan sutradara dibalik serial Euphoria, Sam Levinson - yang kayaknya punya tangan ajaib dalam nge- direct Zendaya jadi bisa memaksimalkan bakat dan talenta dia.  Pilihan warna hitam putihnya menurut gue cukup brilian karena memaksa penonton untuk fokus dengan konten dialog, ekspresi, perasaan, dan pemikiran karakter yang ada tanpa perlu ada distraksi ke latar atau pakaian yang ada di layar. Ketika sudah fokus dengan tema dan bahasan pertengkaran antara Malcolm dan Marie, secara nggak sadar gue pun jadi ikutan berinvestasi emosi di dalamnya. Sibuk mikir apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masing-masing dari mereka. Tentunya sembari ditampar-tampar dengan perilaku emosional yang mereka tunjukkan, yang sesungguhnya pasti perna

Stand By Me Doraemon 2 - Review

Gambar
Dalam rangka perayaan 50 tahun Doraemon, dibuatlah sekuel dari film yang sebenarnya menurut gue nggak perlu lagi dibuat sekuel dengan ending terbangsat itu. Kalau Stand By Me Doraemon yang pertama mengambil banyak kisah dari komiknya, maka di yang kedua ini kebanyakan ada cerita baru mengenai Nobita dan Shizuka. Seperti yang sudah terlihat jelas di poster, trailer, dan marketing bahwa Nobita akhirnya akan menikahi Shizuka! Tapi kok gue masih lebih suka yang pertama ya dibandingkan yang kedua ini. Apa mungkin karena yang kedua ini terlalu overglorifikasi pernikahan? Bahwasanya pernikahan itu nggak cuma di hari-H aja loh dan yang di depan nanti justru jauh lebih berat dan penuh perjuangan. Tapi balik lagi kalau karakternya Nobita yang sangat tidak percaya diri, maka momen hari-h pernikahan mungkin menjadi momok yang paling menakutkan baginya. Apalagi digambarkan dalam film ini bahwa yang mengerti Nobita di dunia hanya dua orang; Shizuka dan sang nenek, kasihan! Soal visual dan animasinya

Space Sweepers - Netflix Review

Gambar
Gue takjub-setakjub-takjubnya dengan film luar angkasa asal Korea Selatan ini. Yes ini adalah film space pertama mereka, dan tayangnya bukan di bioskop aduh sayang banget sih. Visualnya luar biasa bagus dan rapi, nggak ecek-ecek dan sangat meyakinkan. Setelah gue cek, tim efek visualnya yang menangani Along with the Gods dan Ashfall , jadi sudah terbukti ya. Cukup kaget juga karena rumah produksi dibalik Space Sweepers bukan veteran dan pemain besar seperti CJ, Lotte atau Showbox - tapi Bedangil sebuah rumah produksi baru. Space Sweepers didanai oleh Tencent dalam produksinya jadi nggak heran kualitasnya bisa selangit - literally .  Cerita yang dibawa Space Sweepers juga cukup dekat dengan kita meski berlatar tahun 2092. Alkisah bumi sudah tidak bisa ditinggali jadi manusia hidup di orbit sebagai batu loncatan untuk hidup di Mars. Permasalahan dimulai ketika teknologi luar angkasa dimonopoli oleh pihak swasta dan dikepalai oleh satu orang visioner. Kemudian ada orang-orang yang mencar