Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2023

Past Lives - Review

Gambar
Kayaknya gue udah ketemu deh film terbaik versi gue di tahun 2023 ini. Past Lives adalah film hopeless romantic paling maksimal dan realistis. Buat jiwa-jiwa hopeless romantic seperti gue, Past Lives itu menyodorkan segala macam kisah romantis yang paling romantis dan penuh harapan (palsu) secara total dan vulgar. Gila sih ini, bener-bener memanggil dan mengingatkan gue akan era-era superbucin gue di masa remaja dulu. Tapi kisah Past Lives ini di usia 30-an yang sangat-sangat realistis dan dewasa. Nggak ada tuh keputusan impulsif dan penuh nafsu, semuanya penuh pertimbangan yang masak dan perhitungan kompleks. Oke kita bahas kulit luarnya dulu ya. Past Lives ini punya premis sederhana dan terbilang pasaran; seorang wanita yang sudah menikah dipertemukan kembali dengan cinta pertamanya di masa kecil. Sebuah premis yang sudah sering kita temukan, tapi karena ini buatan A24 dan CJ Entertainment jadi punya kemasan yang artistik dan idealis. Sepanjang film punya nuansa dan atmosfer yang s

La Luna - Review

Gambar
Berkesempatan nonton La Luna, film dari Malaysia di festival film Jakarta Film Week 2023. Sebenarnya film-film Malaysia itu cukup relatable untuk ditonton di Indonesia ya karena memang banyak persamaannya. Mulai dari kondisi geografis sampai dengan kondisi masyarakat di sosio-kulturalnya. Terbukti untuk film-film horor saja, penonton Malaysia bisa nonton film Indonesia, dan sebaliknya. Nah jarang-jarang sih gue nonton film komedi dari Malaysia, jadi datang untuk nonton La Luna ini dengan ekspektasi serendah mungkin. Sinopsisnya juga sebenarnya sangat unik; ada toko pakaian dalam yang buka di tengah desa yang konservatif. Meski agak-agak kurang logis ngapain juga ada toko lingerie buka di desa, tapi seiring berjalannya cerita ternyata sepenting itu juga ya ada toko pakaian dalam khusus wanita di mana pun. Sepertinya gue nggak perlu menggunakan kata progresif atau liberal untuk menggambarkan film ini. It's simply logic. Ya memang jalan ceritanya selogis itu. Kehidupan masyarakat yang

Cobweb - Review

Gambar
Jadi ini dia One Cut of the Dead versi Korea, diperankan pula oleh Song Kang Ho. Kocak memang nonton film dalam film, lebih tepatnya nonton pembuatan film di sinema Korea Selatan tahun 1970-an. Entah seberapa akuratnya, tapi setidaknya kita bisa melihat gambaran pembuatan film di Korea Selatan tahun 1970-an. Ternyata memang sudah sesistematis dan semaju itu ya, bahkan baru tahap naskah saja sudah harus lulus sensor. Kalau dibandingkan dengan One Cut of the Dead rasanya masih jauh. Cobweb ini lebih ke arah komedi absurd ketimbang komedi maksimal. Bahkan bisa dibilang punya lapisan cerita dan makna yang berlapis, khususnya di konteks sinema dan perfilman. Gue harus jujur bahwa gue nggak nangkep 100% apa yang hendak disampaikan oleh Kim Jee-Woon. Tapi setidaknya dengan pilihan ending yang begitu bisa memberikan gambaran bahwa betapa magnum opus itu bersifat subjektif (?) - sobekan tiket bioskop tanggal 22 Oktober 2023 - ---------------------------------------------------

Killers of the Flower Moon - Review

Gambar
Bapak sinema kita Martin Scorsese telah kembali! Setelah The Irishman (2019) yang berdurasi 3 jam 29 menit di Netflix, kini hadir kisah western lewat Killers of the Flower Moon berdurasi 3 jam 26 menit. Untungnya kali ini Apple TV+ berbaik hati mendistribusikan lewat bioskop, jadi film berdurasi panjang ini cocok banget ditonton di Premiere. Luar biasa memang sutradara dan penulis naskah Martin Scorsese. Kayaknya cuma beliau yang bisa bikin film tiga setengah jam tapi sama sekali nggak ngebosenin. Setiap jalinan ceritanya terbukti efektif menyedot mata dan perhatian penonton. Bagaimana tidak, Killers of the Flower Moon diadaptasi dari kisah nyata pilu dan tragis tentang pembunuhan berantai dan massal yang dilakukan orang-orang kulit putih terhadap kaum Indian Osage. Tragis memang penjajahan Amerika yang satu ini. Di era penemuan minyak besar-besaran di daerah Osage, setiap orang dari suku Indian Osage memiliki hak atas tanah beserta minyak di dalamnya. Lalu bagaimana caranya untuk m

The Exorcist: Believer - Review

Gambar
Kalau ini adalah review barang hasil belanja online, maka kata-katanya adalah "barang tidak sesuai dengan judul" hahaha. Judulnya The Exorcist tapi di dalam filmnya nggak ada kegiatan eksorsisme sama sekali. Ya oke ada sih tapi dikit banget dan hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Mungkin karena ada dua anak perempuan yang kerasukan setan bisa membuat ketakutan penonton bertambah dua kali lipat, tapi nggak juga. Pertanyaan besar kenapa Universal Pictures memberikan lampu hijau bagi sutradara dan penulis naskah David Gordon Green untuk menggarap film ini. Sok-sokan pula mau buat direct sequel langsung dari film orisinilnya tahun 1973, dan mengesampingkan semua sekuel The Exorcist yang sudah pernah rilis. Terlihat memang dia mau mengulangi trilogi Halloween yang sebenarnya gagal total. Yang benar-benar baru dari The Exorcist: Believer adalah adegan romo dari Gereja Katolik mencoba melakukan eksorsisme tapi gagal. Gue paham banget mereka mau buat sesuatu yang berbeda di genre ekso