Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Sobekan Tiket Terbaik 2019

Gambar
Melanjutkan tradisi yang gue mulai tahun lalu, gue menyusun daftar ini sesuai peringkat subjektif. Jadi ini dia, Sepuluh Sobekan Tiket Bioskop Terbaik di tahun 2019. 

1917 - Review

Gambar
JUST GIVE THE OSCAR TO ROGER DEAKINS RIGHTAWAY! Jadi baru semalem banget setelah screening Star Wars: The Rise of Skywalker, gue langsung bikin list Best of 2019 gue (karena sadly TROS nggak masuk). Tapi setelah 1917, gue harus rombak list gue lagi! GILA GILA GILA! Gue sama sekali ngga tau apa-apa tentang film ini karena (sengaja) nggak baca artikel apapun. Meski ekspektasi gue naik dikit begitu film ini dapet 3 nominasi Golden Globe 2020 termasuk Best Drama Film. Ternyata 1917 pake konsep one take shoot donk ya semacam Birdman (2014). Dan kalau Birdman kan film drama dengan latar kota ya, LHA INI FILM PERANG GAES. Bayangin coba pengaturan shot dalam sekali take panjang dengan ledakan-ledakan di belakang dan extra yang buanyak ituuuuu. Aslik ya film ini mesti ditonton berkali-kali sih. Karena kali pertama yang gue tonton ini, gue malah mikir banyak INI GIMANA BIKINNYA, INI GIMANA SYUTINGNYA dan segala macam aduh. Malah nggak menikmati banget *in a good way, of course* Ceritanya

A Hidden Life - Review

Puji Tuhan gue bisa nonton A Hidden Life di layar lebar, sebuah cara yang paling adil dan layak untuk "mengalami" kontemplasi terbaru sutradara dan penulis naskah Terrence Malick tentang penderitaan, kepercayaan, dan hidup. Gambarnya luar biasa indah kaya lukisan di setiap frame, diiringi scoring syahdu dari James Newton Howard. Ya filmnya Malick mana sih yang nggak susah ditonton, tapi setidaknya A Hidden Life punya jalan cerita yang linear jadi "lebih mudah" untuk dipahami. Visualisasinya masih sama; kumpulan shot dan insert pendek yang dijahit jadi satu dan ternyata bisa jadi jalan cerita yang punya emosi. Awalnya mungkin capek tapi lama-lama jadi terbiasa dan malah menunggu-nunggu adegan untuk berganti. Konon Terrence Malick butuh 3 tahun untuk proses editing padahal syutingnya cuma 8 minggu.  Nonton film terpanjangnya Terrence Malick di 2 jam 53 menit ini, buat gue pribadi kaya lagi baca A Meaning of Life-nya Victor Frankl. Berdasarkan kisah nyata, Terrence Mal

The Lighthouse - Review

Gambar
ANJG! Itu satu kata yang muncul di dalam kepala gue pas ending credits bergulir. Suatu ekspresi yang gue juga nggak tau menggambarkan apa. Kayaknya sih lebih ke campuran rasa takjub luar biasa dan ketidaksanggupan gue untuk mengerti apa yang mau dibawa oleh sutradara dan penulis naskah Robert Eggers. Takjubnya dulu ya yang gue bahas. Ini adalah film hitam putih dengan aspect ratio 1.19 : 1 yang nyaris kotak, dengan tujuan untuk menyelaraskan dengan latar waktu tahun 1890. Hasilnya adalah rasa claustrophobic karena "sempitnya" layar, sebagai metafora dari keterbatasan ruang yang hanya sepetak pulau kecil sebagai tempat cerita ini. Setiap frame dalam film ini juga benar-benar bak lukisan; setiap shotnya terlihat jelas sudah ditata dengan rapi dan selalu ada makna - kudos buat setiap mise-en-scene yang konsisten sepanjang film. Istilah kata, setiap detik adegan kalau lo screencapture itu bisa banget jadi wallpaper atau lukisan buat dipajang di dinding. Takjub yang kedua ad

Knives Out - Review

Gambar
Sempet harap-harap cemas karena biasanya sutradara/penulis naskah indie yang dapet proyek big budget trus balik bikin film "kecil" biasanya berantakan. Tapi ternyata Rian Johnson membuktikan bahwa dia adalah spesies langka sutradara/penulis naskah yang jenius! Gue inget banget nih momennya sama persis pas nonton Looper (2012); sama-sama midnight dan keluar bioskop sama-sama terkagum-kagum. Otaknya Rian Johnson terbuat dari apa sih gilak! Gue lumayan berhati-hati nonton film tipikal whodunit kaya gini, karena pengalaman terakhir gue cukup buruk nonton Murder on The Dance Floor tahun 2017 kemarin. Eh, Murder on the Orient Express ding 😜 Sama-sama crime dan all-star cast kan tuh. Terbukti di setengah awal film Knives Out gue masih antisipatif ini akan berujung nggak bagus. Tapi begitu di titik tengah film di mana perspektif gue tentang protagonist - antagonist berbalik 180', gue langsung jatuh cinta. Nggak banyak film yang kaya gini, dan jarang yang berhasil ngeb

Kim Ji-Young, Born 1982 - Review

Gambar
Ini adalah salah satu film superhero favorit gue di tahun 2019. Konon, film ini (dan novelnya) terbilang kontroversial di Korea Selatan karena "terlalu" menyuarakan feminisme - apalagi di negara yang patriarkinya sangat kental dan mengakar. Well seperti kebanyakan hal yang kontroversial, langsung hits donk ya karena rame diomongin baik di dunia nyata maupun sosial media. Selain itu seperti bisa ditebak, banyak cowo nggak suka sama film ini dan sebaliknya banyak cewe suka banget. Apalagi konon katanya banyak cowo Korea Selatan yang menganggap karakter yang diperankan Gong Yoo "terlalu ideal". PADAHAL ya, di film itu juga karakternya masih aja menganggap pria di atas wanita di beberapa bagian. Gue sebagai cowo sih, nontonnya lumayan berasa getir dan bikin nelen ludah. Kim Ji-Young si karakter utama ngerjain banyak hal mulai dari ngangon anak, nyuci baju, masak, beresin rumah dengan muka sangat lelah (plus gejala depresi) itu bikin sesek di dada. Itu masih ha

Joker - Review

Gambar
Nonton Joker-nya Todd Phillips serasa nonton satu episodenya serial Mindhunter. Gila, ngeri, dan horor! Pertama-tama, seperti yang ditegaskan sutradara dan penulis naskah Todd Phillips; Joker (2019) ini adalah film yang berdiri sendiri dan tidak termasuk dalam DCEU - dan pastinya tidak akan berlanjut sampai ketemu dengan Batman-nya Robert Pattinson. Film ini juga akan menjadi film pertama dari perusahaan baru yang akan fokus pada film-film standalone "spin-off" dari berbagai karakter DC. Jelas sebuah langkah bisnis yang bagus ya untuk menghindari kompetisi dengan Marvel dengan fokus pada studi karakter DC yang lebih grounded dan realistis. Nah kira-kira tiga kata kunci itu yang membuat gue salut banget sama Joker ini; studi karakter, grounded, dan realistis. Nggak ada kisah definitif tentang asal muasal Joker di komik selain Arthur Fleck kecemplung di kolam zat kimia. Penulis naskah Todd Phillips dan Scott Silver ngerasa hal tersebut nggak realistis, jadinya mereka punya

Ad Astra - Review

Gambar
I love Ad Astra for its life lessons about passion, obsession, loneliness, and mental health awareness.  Gue selalu punya hati tersendiri sama film-film luar angkasa. Terlebih lagi karena Hollywood selalu memperlakukan film luar angkasa sebagai film yang melankolis dan sentimentil . Eksplorasi ke luar angkasa yang jauh sekedar metafora terhadap eksplorasi yang sebenarnya; pencarian jati diri. Coba perhatiin mulai dari Sunshine, Gravity,  Moon, sampai Interstellar. Nggak ketinggalan Ad Astra, yang dijual dengan hubungan anak-ayah, tapi ternyata malah menyasar ke isu kesehatan mental,   passion dalam pekerjaan, dan kesendirian.  Nanti di bawah gue bahas lebih dalam ya.  Di kulit luarnya, harus gue akui Ad Astra cukup sulit untuk dinikmati - apalagi buat mereka yang nyari hiburan semata. Filmnya lamban dan sunyi . Iya jauh lebih lamban dan First Man dan jauh lebih sunyi dari Gravity . Adegan serunya cuma di setengah pertama, untuk kemudian setengah kedua lebih ke drama pol. Sunyi

Spider-Man: Far from Home - Review

Gambar
Far from Home is awkwardly funny and entertaining! It's light, simple, and full of hearts. The set piece action is a marvel, and even the CGI is believable. The awkward romance of Peter Parker - MJ is something you don't want to miss in the big screen. Once again, Peter Parker take cares of the damages after the Avengers' event. But this time the damages is even bigger, Thanos' snap and Tony Stark's death. Once again, I love how the storytelling focuses on Peter's dilemma being a superhero. This time, the dilemma even accessible to everyone - especially teenagers; love and responsibility. Mid-Credit Scene? Yes! After-Credits Scene? Yes! - sobekan tiket bioskop tanggal 2 Juli 2019 - ---------------------------------------------------------- review film spiderman spider-man far from home review spiderman spider-man far from home spiderman spider-man far from home movie review spiderman spider-man far from home film review resensi film s

Dua Garis Biru - Review

Gambar
"Dua Garis Biru adalah film Indonesia terbaik versi gue di tahun ini, so far!" Dua Garis biru itu indah, indah banget. Ibarat lo lagi duduk di sofa empuk di sebelah jendela, sambil dengerin Biru-nya Banda Neira, yang tadinya hujan gerimis lalu berhenti kemudian berganti samar senja sore yang keemasan. Sedih kenapa harus berganti, meski masih sama-sama indah. Gue nggak pernah se-emosional ini nonton film Indonesia sebelumnya. Hati adem, anget, terus sedih sampe netesin air mata, abis itu ngakak. Gilak, gue aja baru tahu kalo ternyata gue bisa nangis sambil ketawa di satu adegan yang sama 👏🏼👏🏼👏🏼 Tapi gue bener-bener suka banget sama Dua Garis Biru. Nggak kaya film-film Starvision sebelumnya, gue suka banget sama gambarnya, sama color gradingnya yang adem, sama shot-shotnya yang cantik banget, sama scoringnya dan pilihan soundtrack yang nyatu banget sama adegannya, sama akting-aktingnya juga yang nggak dramatis dan sukses bikin nangis! Aslik yah baru seperempat fil

Parasite - Review

Gambar
"Parasite adalah karya seni terkuat yang pernah gue alami" PARASITE ADALAH FILM TERBAIK GUE TAHUN 2019 - sejauh ini! Parasite itu salah satu film yang membuat gue lupa kalau gue sedang ada di bioskop dan menonton film. Beneran, pas film selesai dan lampu studio menyala, gue baru sadar kalau gue lagi ada di bioskop. Yes, bukan lagi tersepona tapi sudah sampai kategori merasuki dan menyerap! Seakan-akan gue berada di tengah-tengah drama komedi tragis keluarga gila ini. Jalan ceritanya bener-bener segar dan tiada duanya, jadi tambah bikin asyik karena gue sama sekali nggak tahu mau dibawa ke mana. Apalagi trailer dan poster sama sekali nggak membantu buat ngasih tahu ini film tentang apa. Dark, satire, tapi tetap bisa bikin ngakak meski hati pilu. Apalagi dengan isu kelas sosial yang sangat kental khas sutradara dan penulis naskah Bong Joon-ho, yang secara mengejutkan kok ya masih relatable ke situasi sosial di Indonesia. Gue sih suka banget dengan metafora isu kelas sosial

Toy Story 4 - Review

Gambar
"Siapa yang sangka pelajaran hidup paling menyentuh hati datang dari film animasi, di sekuel keempat pula!" Gue yakin kalau gue bukan satu-satunya penonton yang mewek sampai air mata netes pas nonton Toy Story 4 kemarin. Siapa yang nyangka kalau ternyata di franchise Toy Story, ada adegan yang jauh lebih sedih daripada adegan Woody dan teman-temannya yang gandengan menghadapi kobaran api di trash compactor di Toy Story 3  (2010)? Apapun itu, kalau sudah sejauh itu larut dalam emosi terhadap kisah yang ada di layar, artinya storytelling telah dilakukan dengan sukses. Ya mungkin juga investasi emosi itu sudah terjalin bertahun-tahun; jarak 11 tahun antara rilis TS2 dan TS3, dan jarak 9 tahun antara rilis TS3 dan TS4. Ini juga menegaskan bahwa setiap sekuel dari Toy Story selalu jauh lebih bagus daripada sebelumnya. Cerita Toy Story 4 memang paralel dengan Toy Story (1995); Woody meyakinkan sebuah mainan baru yang yakin dirinya bukan mainan (Buzz - dan kemudian Forky). Na

Ghost Writer - Review

Gambar
"Film langka yang mengangkat tema drama keluarga kakak-adik dengan kemasan horor-komedi yang sangat apik!" Awalnya sih gue sempet sangsi ya setelah ngeliat materi promo mereka di poster dan trailer. Tapi ya gak boleh gitu juga mentah-mentah kemakan marketing. Lagipula don't judge a film by its trailer yekaan. Setelah membaca review beberapa teman yang terpercaya, ternyata rata-rata positif. Memang bener, Ghost Writer langsung jadi film Lebaran favorit gue tahun ini! Kalau nama Ernest Prakasa sebagai produser di film ini belum cukup untuk meyakinkan elo, mari gue bantu #esiapague. Dengan niat yang sama dengan film Lebaran sebelah yang mencampurkan gendere komedi dengan action, Ghost Writer juga mencampurkan komedi dengan horror yang sebenarnya bukan hal yang baru di perfilman nasional. Tapi setidaknya Ghost Writer berhasil menjadi patokan baru bagi genre komedi-horor dengan cerita yang sangat bermakna dan menyentuh hati.

Godzilla II: King of the Monsters - Review

Gambar
"Ini adalah film yang mengingatkan kita kenapa menonton film di bioskop itu adalah hal yang paling ideal" Meski bukan fans atau komunitas Godzilla, diam-diam gue suka dengan cinematic universe yang disebut MonsterVerse ini. baru sedikit sih filmnya; Godzilla (2014), dan Kong: Skull Island (2017). King of the Monsters ini adalah instalasi ketiga dan mungkin mirip kaya Avengers-nya lah ya dengan semnua monster legendarisnya Toho nongol di sini semua. Tiga besar monsternya sih ada Ghidorah, Rhodan, dan Mothra. Gue nggak ngerti lagi deh kalo ada yang nonton film ini nggak di bioskop. Gambarnya bagus bener, tapi yang paling mantap jelas suaranya. Bayangin, ada dua-tiga sampai empat monster saling berkelahi di satu adegan dengan setiap raungannya itu. Jelas hiburan maksimal buat mata dan telinga.

Aladdin - Review

Gambar
"Modernisasi kisah klasik yang jauh lebih feminin dengan musikal yang spektakuler" Nggak seburuk yang semua orang kira, Aladdin masih jadi film yang sangat menghibur dan menyenangkan. Lagu-lagunya bagus-bagus dan nempel di telinga, apalagi lagu barunya yang enak banget dan girl power! Komedinya juga kocak dan koplak bikin ngakak. Ceritanya sih gue lebih suka versi live action yang ini ya daripada animasi tahun 1992. Ada beberapa penyesuaian jalan cerita yang jadi lebih asyik dan bermakna. Yang juara sih karakter Jasmine di sini yang dibuat lebih powerful. Ya sejalan dengan visi Disney dalam beberapa tahun terakhir yang feminine banget. Genie-nya Will Smith gimana? Well menurut gue jadi oke banget karena Will Smith berhasil ngebawain Genie dengan ciri khas dia. Saking rapinya jadi nggak ada celah buat ngebandingin dengan Genie versi Robin Williams. Keluhan gue cuma di CGI Genie yang kurang rapih, entah budget-nya lari ke Endgame semua atau gimana. USA | 2

John Wick Chapter 3 Parabellum - Review

Gambar
"Evolusi film action yang semakin membaik di setiap sekuelnya" Gue nggak begitu suka dengan yang pertama, dan agak suka dengan yang kedua. Tapi yang ketiga ini ternyata PECAH! Franchise John Wick ini memang beneran berevolusi jadi full throttle actiom yang mengumpulkan talenta-talenta bela diri internasional jadi satu. Nggak banyak bacot, nggak banyak cingcong, langsung gaspol dari awal sampai akhir. Masih sama kaya dua sekuelnya, Chapter 3 ini masih pakai action yang stylized nan brutal. Fight choreography-nya sih cantik nggak karu-karuan, ditambah pengambilan gambar yang bikin geleng-geleng kepala gimana cara bikinnya. Cerita di dua sekuel sebelumnya sih gue udah lupa tapi masih bisa ngikutin Chapter 3 ini meski ada beberapa karakter yang gue lupa dia apa dan ngapain.

Brightburn - Review

Gambar
"Genre baru berupa superhero horor dengan eksekusi yang apik!" Premis dari Brightburn jelas sangat segar dan potensial apik. Apalagi trailer yang dirilis ternyata menyajikan eksekusi yang ciamik. Pembuat filmnya sendiri mengakui bahwa film ini adalah anti-tesis dari Superman; apa jadinya jika seorang anak dari planet lain jatuh ke bumi dan punya kekuatan super, tapi alih-alih menjadi pahlawan ia malah menjadi seseorang yang sangat jahat. Premis seperti ini jelas sangat menyegarkan di tengah superhero fatigue akhir-akhir ini. Yang lebih menarik lagi, origin story dari supervillain ini dikemas dalam genre horror! Yes akan banyak adegan jump scare dan adegan-adegan mengerikan yang membuat bulu kuduk merinding. Di beberapa adegan malah lebih serem dari film horor aslik. Menurut gue, formula horor ini jelas sangat efektif karena bukan hanya teknik set up horor yang ciamik, tapi kengerian tersendiri dari karakter Brandon Breyer yang kita semua tahu hal apa yang dapat dia la

Pokémon Detective Pikachu - Review

Gambar
"Adaptasi game yang juara di visual dan desain karakter!" Gue nggak ngikutin Pokemon sama sekali; nggak main game-nya dan nggak ngikutin series-nya juga. Pokoknya gue buta banget deh, cuma tau Pikachu itu Pokemon yang paling kuat dan ada justru listrik-listriknya gitu. Tapi ternyata gue sangat menikmati dan sangat suka dengan Pokemon Detective Pikachu ini, yang katanya merupakan loose adaptation dari materi Pokemon. Berhubung ini adalah film anak-anak, jadi jalan ceritanya cukup sederhana dan mudah dipahami. Apalagi banyak dijelaskan tentang beberapa karakter Pokemon, jadi sangat nyaman bagi orang-orang yang nggak familiar sama Pokemon kaya gue ini. Meski cerita untuk anak-anak, tapi siapa yang sangka ternyata gue kemakan juga sama twist -nya di akhir film - alias nggak ketebak!

Avengers: Endgame - Review

Gambar
" Penutup yang epik dan spektakuler dari 11 tahun perjalanan Marvel Cinematic Universe " Gue nggak pernah nangis kalau nonton film superheroes yang biasanya "hanya" menghibur mata dan hati. Tapi gue bener-bener nggak sangka kalo ternyata air mata gue akhirnya netes juga di tengah dan akhir dari Avengers: Endgame . Tenang, gue nggak akan spoiler di review ini, jadi lo bisa lanjut baca kok. Ini artinya, betapa Endgame bisa menyentuh hati gue sebegitu dalamnya. We grow old with these people anyway . Dan melihat mereka ada dalam bahaya - untuk kesekian kalinya - itu yang bikin nonton Endgame jadi deg-degan sepanjang film. Tiga jam! Yang luar biasa, Endgame adalah benar-benar jadi penutup yang sempurna dan epik dari perjalanan Marvel Cinematic Universe dalam 11 tahun terakhir, lewat 21 filmnya - yang dibuka dengan  Iron Man tahun 2008. Berbahagialah mereka yang menyempatkan waktu buat marathon ulang film-film itu, karena ternyata Endgame memberikan tribute dan ca

Delhi Crime - Series Review

Gambar
Serial ini bikin gue kagum banget, karena jadi serial kriminal yang penuh dengan keterbatasan di negara berkembang. Alih-alih metode keren dan teknologi maju seperti di serial kriminal Barat, di sini bahkan nggak ada sarung tangan buat polisi olah TKP! Tapi dengan keterbatasan itu, kita bisa ngeliat gimana gigih dan kerja dari hati mereka semua untuk menyelesaikan kasus yang ada. Gue suka banget dengan semua karakter yang ada di serial ini. Setiap mukanya tuh muka orang biasa banget. Nggak ada yang ganteng atau cantik kelewatan gitu kaya di film atau serial India kebanyakan. Jadi ya gue jadi tambah percaya dengan mereka dan cerita yang ada. Meski perkembangan karakternya nggak sempurna, tapi ternyata ada cara lain untuk investasi emosi dan perasaan kita terhadap karakter. Yaitu dengan ngasih liat kerja keras dan hal-hal yang sudah mereka korbankan demi pekerjaan mereka. Season 1 ini berdasarkan kisah nyata dari kasus Delhi Gang Rape di tahun 2012. Ternyata yang digambarkan ini cukup de

Ave Maryam - Review

Gambar
Filmnya cantik! Visialnya ciamik, lagu-lagunya asyik! Ini tipikal film hening, minim dialog, dan lamban. Jadi ya untuk mengerti dan memahami apa yang sedang terjadi di layar, mesti detil memperhatikan ekspreksi muka dan pandangan mata. Yang bagusnya sudah difasilitasi dengan sangat apik oleh akting dari semua aktor-aktrisnya. Ceritanya sendiri memang tentang forbidden love story; seorang pastor dan suster yang sedianya hidup selibat tidak menikah tetapi saling jatuh cinta. Ini bukan penistaan agama (Katolik) ya, tapi gue melihatnya sebagai eksplorasi jujur (dan vulgar) terhadap dua manusia biasa yang pasti punya rasa. Adegan endingnya sih gong banget, dan sukses bikin hati meleleh. Kali pertama gue nonton Ave Maryam itu April 2019 di bioskop. Setelah nonton kali kedua di Netflix, gue jadi lebih memahami beberapa hal. Nah gue mau membagikan interpretasi gue akan simbol yang dipakai di film ini, terutama berkenaan dengan air. Ini interpretasi subyektif gue ya, kalau berbeda atau nggak lo

Pet Sematary - Review

Gambar
"Tidak seseram yang gue bayangkan, tapi masih ampuh membuat bulu kuduk berdiri" Dr. Louis Creed bersama keluarganya pindah dari kota ke pedesaan untuk meluangkan banyak waktu terhadap anak-anaknya. Tidak lama, anaknya menemukan ada kuburan untuk hewan-hewan di halaman belakang rumahnya. Ternyata jauh di belakang pekuburan tersebut, ada tempat yang dapat menghidupkan kembali hewan peliharaan. Tetapi yang hidup kembali ternyata tidak sama seperti sebelumnya. Begitu juga dengan manusia. Novel yang ditulis oleh Stephen King ini sebelumnya sudah pernah diadaptasi dalam bentuk film layar lebar tahun 1989. Adaptasi terbaru ini sedikit banyak mengubah jalan cerita, baik film orisinilnya maupun novelnya - sebuah perubahan yang direstui sendiri oleh Stephen King yang mengakui bahwa versi 2019 ini jauh lebih mengerikan. Menurut gue sendiri, film ini memang tidak semenakutkan yang gue kira tapi tetap menyenangkan untuk ditonton.

Arctic - Review

Gambar
"Film terfavorit gue di tahun 2019!" Seorang pria terdampar di Arktik, dan harus bertahan hidup sebelum bantuan datang. Namun seorang rekannya yang terluka harus berlomba dengan waktu sebelum masanya tiba. Mereka pun terjebak dalam dilema apakah harus diam di tempat, atau terus bergerak di tengah cuaca musim dingin yang ekstrim. Arctic dengan mudah menjadi film favorit gue tahun ini, setidaknya sejauh ini. Kesederhanaannya benar-benar membuat gue jatuh hati. Meski minim dialog dan minim karakter dengan hanya dua orang saja di sepanjang film, tapi masih mampu memberikan ketegangan yang berarti lewat adegan-adegan yang ada. Pemandangan Islandia pun benar-benar mengagumkan meski cenderung ekstrim. Semua itu dibungkus dengan scoring karya Joseph Trapanese yang asyik banget dan seakan menyatu dengan film. Film ini juga membuka mata gue bahwa survival di daerah dingin ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Kita sudah pernah diberi gambaran dengan film-film survival mulai

Mantan Manten - Review

Gambar
"Sebuah kisah segar tentang dukun pengantin adat Jawa, yang mencontohkan pentingnya kepasrahan hati" Yasnina adalah seorang manajer investasi yang sukses dan punya segalanya, tapi dalam sekejap segala yang dimilikinya harus hilang karena dirinya dijebak dan dikhianati oleh atasannya. Pertunangannya dengan Surya pun berada di ujung tanduk. Satu-satunya harta yang dimilikinya adalah sebuah vila di Tawangmangu yang sudah dibelinya, tapi belum balik nama. Di Tawangmangu, Yasnina memakai kesempatan dan waktu untuk perlahan bangkit kembali, bersama Marjanti yang mengajarinya bagaimana menjadi seorang dukun manten. Gue sangat suka bagaimana rumah produksi Visinema menjaga konsistensinya dalam melahirkan film-film berkualitas. Tidak disangka, judul dan trailer Mantan Manten ini sungguh menipu meski gue paham bahwa ini adalah bungkusan marketing agar filmnya bisa dijual ke khalayak ramai. Filmnya sendiri lebih fokus pada Paes, atau dukun manten adat Jawa yang biasanya membantu

Shazam! - Review

Gambar
"Film pahlawan super di semesta DC tidak pernah seringan, sekocak, dan semenghibur ini!" Billy Batson telah berpindah-pindah dari satu ke keluarga angkat lainnya karena pemberontakannya demi mencari ibunya yang hilang sejak kecil. Di satu keluarga angkat dengan lima anak angkat lainnya, Billy yang membela saudara angkatnya tiba-tiba diberi hadiah kekuatan super oleh seorang penyihir tua bernama Shazam. Hanya dengan mengucapkan namanya, Billy dapat berubah menjadi pahlawan super dewasa dengan kekuatan super. Dengan kekuatan supernya meski masih berumur 12 tahun, Billy harus menyelamatkan dunia dari penjahat berkekuatan super. Kalau ada film yang sangat ringan dan sangat menghibur di semesta DC, maka Shazam! adalah jawabannya. Betapa terkejutnya gue dengan super kocaknya Billy Batson dan karakter superhero dewasanya - dan juga karakter sampingan lainnya. Ini adalah jelas film pahlawan super yang bisa dinikmati oleh semua umur, iya termasuk anak-anak di bawah 13 tahun. Sa

Us - Review

Gambar
"Thriller dengan pengalaman sinematik yang tidak ada duanya; menegangkan, menghibur, dan mendidik!" Produser, penulis naskah, dan sutradara Jordan Peele kembali membuat film horor thriller, setelah debutnya Get Out yang sukses di pasaran sekaligus diapresiasi setinggi langit oleh para kritikus. Film panjang keduanya ini sebelum rilis pun sudah membawa word-of-mouth yang brilian, ditambah lagi angka RottenTomatoes yang sempat menyentuh 100% fresh! Dihantui oleh trauma masa kecil yang masih tidak dapat dijelaskan, Adelaide di masa dewasa mengalami serangkaian kebetulan yang tidak biasa. Berlibur musim panas di Santa Cruz bersama suami dan kedua anaknya malah meningkatkan ketakutan akan trauma tersebut. Apalagi trauma tersebut menjadi nyata ketika mereka diserang oleh sekeluarga yang benar-benar mirip dengan mereka.

Friend Zone - Review

Gambar
"Film yang sangat representatif dan eksploratif dalam isu yang ternyata berskala internasional ini" Akhirnya ada juga satu film yang fokus membahas permasalahan publik yang diam-diam jadi bahan baper nasional; friend zone ! Coba diingat-ingat kembali, apakah sebelum ini ada satu film yang fokus membahas isu ini? GDH pun berani mengangkat isu ini, dan tidak main-main, akan dijual ke seantero Asia Tenggara dengan berlatar belakang Thailand, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Hong Kong, dan Indonesia! Belum lagi dengan satu lagu tema yang menggunakan 5 bahasa sekaligus secara bergantian. Palm dan Gink telah bersahabat selama 10 tahun sejak masa sekolah. Palm pernah menyatakan perasaan kepada Gink, tapi Gink bilang bahwa menjadi TEMAN sudah lebih dari cukup. Semenjak itu, mereka pun berhubungan erat layaknya TEMAN sejati. Palm pun mencoba berpacaran dengan berbagai perempuan tapi tidak pernah bisa melepaskan bayangannya terhadap Gink. Ketika Gink berantem dengan pacarnya, satu-sat

Captain Marvel - Review

Gambar
" Bukan yang terbaik dari MCU tapi jelas yang terbaik di antara film pahlawan super perempuan lainnya " Butuh lebih dari 10 tahun bagi Marvel Studios untuk (akhirnya berani) membuat film superhero perempuan sebagai karakter utamanya. Belum lagi banyaknya haters yang sampai bikin RottenTomatoes nutup audience scores-nya iyang sempat dibombardir sama rating jelek beberapa hari sebelum rilis. Tapi filmnya sudah membuktikan diri, dan gue pribadi sih suka banget. Ini baru film superhero perempuan yang beneran feminist, jauh banget dari film lapak sebelah (monmaap ni ya). Berlatar tahun 1990-an, Carol Danvers memiliki kekuatan super. namun kehilangan memori atas masa lalunya. Sementara bumi berada di tengah perang antar-galaksi, Carol Danvers harus mencari tahu apa yang terjadi di masa lalunya sebelum bisa menjadi pahlawan bagi bumi.

Dilan 1991 - Review

Gambar
" Tidak segemas film pertamanya, Dilan 1991 tetap menjadi salah satu film penting di tema cinta remaja SMA " Dilan 1990 berhasil gue puji karena kepiawaiannya dalam meramu unsur gombalan-gombalan receh sebagai unsur komedi yang bikin ngakak (atau geli). Jadi nggak ada alasan untuk nggak nonton lanjutannya, Dilan 1991 yang konon (udah jadi rahasia publik) adalah momen Dilan dan Milea putus. Eits, bukan spoiler ya karena udah ada di bukunya hahaha. Setelah resmi jadian di bulan Desember 1990, Dilan dan Milea menjalani hubungan pacaran mereka. Masing-masing orang tua Dilan dan Milea pun tampak merestui hubungan mereka. Tapi masa depan hubungan jelas ada di tangan masing-masing pelaku hubungan. Dilan yang masih saja terjebak dalam geng motornya, dan Milea yang mati-matian untuk melarang Dilan terlibat perkelahian besar lagi.

Dragon Ball Super: Broly - Review

Gambar
"Buat gue yang nggak ngikutin Dragon Ball sama sekali, ini adalah film yang enjoyable dan seru pol!" Gue bukan fans Dragon Ball, yang nggak pernah baca komiknya maupun ngikutin serialnya sampai ke film layar lebarnya. Yang gue tahu ya cuma Goku, Bejita - yang ternyata ditulis Vegeta - dan jurus Kamehame lewat masa kecil gue yang bahagia bersama teman-teman gue. Satu-satunya film Dragon Ball versi film panjang yang gue tonton adalah Dragon Ball: The Magic Begins (1991) versi mandarin. Di mana lewat film itu gue jadi tahu soal 7 bola naga yang kalau dikumpulkan bisa manggil naga raksasa yang bisa mengabulkan permintaan. Nah luar biasanya dengan pengetahuan gue soal Dragon Ball yang sangat mendasar itu, gue bisa enjoy banget nonton Dragon Ball Super: Broly ini. Setelah bumi kembali damai, muncul seorang Saiya baru dengan kekuatan yang melebihi siapapun. Goku dan Vegeta pun harus bertarung mati-matian melawan Broly, yang ternyata dimanfaatkan oleh ayahnya yang bekerja sam

Happy Death Day 2U - Review

Gambar
"Sekuel yang jauh lebih baik dari film pertamanya, dengan bungkusan genre yang jauh berbeda dan sangat menyenangkan untuk ditonton!" " Ini kan film baru 1-2 tahun lalu, kenapa udah ada aja sekuelnya sekarang ", begitu pikir gue pas liat trailer film ini. Apalagi film pertamanya yang begitu aja di tengah deretan film dengan tema time loop . Dengan ekspektasi serendah-rendahnya, ternyata gue keluar bioskop dengan kepuasan setinggi-tingginya. Happy Death Day 2U is total fun to watch! Setelah berhasil menutup putaran waktu di Happy Death Day (2017), ternyata tidak lama bagi Tree untuk kembali terjebak di putaran waktu. Apalagi kali ini seorang temannya juga terjebak di putaran waktu sampai dirinya dibunuh oleh orang bertopeng bayi. Tetapi kali ini, Tree menyadari bahwa mati berkali-kali di putaran waktu jauh lebih mudah dibandingkan konsekuensi yang ada di depannya.

The Lego Movie 2 - Review

Gambar
"Sekuel yang konsisten mempertahankan visual yang realistis dan makna yang sangat baik untuk anak-anak dan dewasa" Everything's not awesome / But that doesn't mean that it's hopeless and bleak / Everything's not awesome / but in my heart I believe .  Penggalan lagu "lanjutan" dari Everything is Awesome yang sempat stuck di kepala banyak orang sejak film The Lego Movie (2013) ini cukup menggambarkan sekuelnya dengan sangat baik. Gue sangat suka film pertamanya karena bukan hanya film itu jadi pintu gerbang gue untuk kembali main LEGO, tetapi juga meaning -nya yang sangat kena di dua generasi sekaligus. Antisipasi gue akan sekuelnya kan berbuah hasil, karena ternyata The Lego Movie 2 juga sama menyimpan pesan makna yang sama dalamnya, tetapi dengan tema yang berbeda. Lima tahun semenjak Emmet dan Lucy menyelamatkan Bricksburg dari ancaman President Business dengan lem Kragel-nya, kota mereka menjadi hancur karena serangan bertubi-tubi dari al

Alita: Battle Angel - Review

Gambar
"Visual yang menakjubkan tetap tidak dapat menutupi kelemahan cara bercerita" Sempat mundur tanggal rilis beberapa kali, akhirnya Alita: Battle Angel tayang di Indonesia 5 Februari 2019. Mungkin produser dan penulis naskah James Cameron menempatkan standar setinggi mungkin di segi CGI, jadi sampai harus menunda beberapa kali agar sesempurna mungkin. Memang efek CGI-nya luar biasa dan detil banget, sampai ke pori-pori karakternya. Efek 3D-nya juga mantap dan terbilang paling baik di antara film-film 3D dua tahun terakhir ini. Alita: Battle Angel ini merupakan adaptasi dari manga yang rilis tahun 90-an, dan film layar lebar bagian pertama ini merupakan adaptasi 4 dari total 9 volume. Bagian pertama versi layar lebar ini bercerita tentang cyborg berusia 300 tahun yang ditemukan oleh Dr. Ido di abad ke-26. Otak manusianya masih utuh, maka Dr. Ido pun memberikan tubuh - dan nama - bagi Alita yang tidak ingat apa dan siapa dirinya di masa lalu. Namun ternyata Alita memiliki

Green Book - Review

Gambar
"Ini memang masih awal tahun, tapi Green Book sudah pasti menjadi salah satu film terbaik gue tahun ini" Green Book dengan mudah masuk dalam daftar Sepuluh Sobekan Tiket Terbaik tahun 2019 gue. Film ini bagusnya keterlaluan sih. Paket lengkap berisi drama, komedi, romansa, keluarga, dan isu diskriminasi ras yang jadi pesan utama dalam film ini. Satu hal yang gue ngga sangka adalah ternyata betapa kocaknya film ini, yang unsur komedinya benar-benar efektif mengimbangi isu diskriminasi ras kulit hitam yang menyebalkan itu. Film ini berlatar tahun 1962, di mana Tony "Tony Lip" Vallelonga sedang mencari pekerjaan baru setelah klub malamnya tutup untuk renovasi. Pekerjaan yang paling menjanjikan malah datang dari pianis Afrika-Amerika Don Shirley yang akan menjalani tur di selatan Amerika - daerah yang masih sangat mendiskriminasi ras kulit hitam. Dengan karakter dan latar belakang yang bertolak belakang, perjalanan darat selama dua bulan itu pun membawa hidup me

The Mule - Review

Gambar
"Studi karakter yang sangat baik yang dibalut dalam drama kriminal yang menghangatkan hati" The Mule bercerita tentang seorang kakek berumur 90 tahun yang menikmati uang dari hasil menjadi kurir narkotika dari kartel Meksiko. Rasanya lebih dari kebetulan kalau "Tata", kode nama panggilan para kartel terhadap si kakek, diperankan (dan juga disutradarai) oleh Clint Eastwood yang berusia 89 tahun di tahun ini. Belum lagi ini adalah kisah nyata, di mana naskahnya terinspirasi dari artikel New York Times tahun 2014 berjudul The Sinaloa Cartel's 90-Year-Old Drug Mule . Menonton The Mule bagi gue berasa seperti menonton Logan (2017) versi non-superhero dan realistis. The Mule itu seakan "karir terbaru" di usia senja seseorang, termasuk dengan tema penebusan diri yang sangat personal. Terutama jika karakter ini diperankan oleh seorang Clint Eastwood, lengkap dengan karakterisasi beliau di dunia nyata yang penuh dengan hingar bingar kesuksesannya - di

Terlalu Tampan - Review

Gambar
"Terlalu Tampan itu film yang terlalu kocak untuk ditonton sendirian, alias wajib ngakak bareng temen-temen!" Gue nggak pernah tahu dan baca sebelumnya tentang Terlalu Tampan yang konon sangat tenar di media komik daring Line Webtoon. Tapi teaser trailer -nya yang out-of-the-box kocak nan absurd itu udah berhasil membuat gue tertarik untuk nonton versi film layar lebarnya. Apalagi film ini diproduksi oleh Visinema, yang berhasil mengangkat Keluarga Cemara ke layar lebar dan sukses secara kritik dan komersil. Alkisah hiduplah Mas Kulin yang wajahnya terlalu tampan bagi semua kaum hawa, dan dirinya memang berasal dari keluarga tampan. Saking takutnya pergi ke dunia luar, keluarganya menyusun skenario hingga Mas Kulin mau menghabiskan tahun terakhir SMAnya di sekolah homogen. Tapi ternyata ketampanannya segera terekspos ke masyarakat luas, hingga membuat para guru dan siswi sekolah homogen sebelah sampai kejang-kejang dan mimisin - termasuk di gadis Terlalu Cantik di seko

Instant Family - Review

Gambar
"Film keluarga yang berhasil membawa isu yang sulit dan kompleks ke dalam kemasan yang ringan dan kocak maksimal" Rasanya jarang-jarang gue nonton film drama keluarga bisa sampai sengakak ini. Padahal biasanya gue nggak begitu cocok sama lelucon-lelucon di film-film komedinya Mark Wahlberg. Tapi Instant Family ini, benar-benar bikin gue ngakak sampai kehabisan nafas - lebay sih oke, tapi beneran kocaknya maksimal. Apalagi ditambah keunyuan anak-anak adopsi yang kadang ngeselin kadang geblek kadang lovable . Pete dan Ellie adalah pasangan muda yang belum punya anak, dan merasa kehilangan sesuatu dalam pernikahan. Mereka pun memutuskan untuk mengadopsi, tidak satu ataupun dua, tapi tiga kakak beradik dari sebuah pusat penampungan anak-anak dari dinas sosial. Seperti yang bisa masyarakat banyak bisa perkirakan, proses adaptasi dan interaksi antara kedua orang tua angkat dan anak adopsi ini jauh dari kata mudah. Apalagi untuk menjawab pertanyaan; mengapa mereka mau mengang

Glass - Review

Gambar
"Memang tidak sekuat dua film pendahulunya, tapi Glass adalah penutup trilogi yang brilian" Sekuel ketiga dan penutup trilogi Eastrail 177 yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Ini adalah penantian panjang 19 tahun bagi para fans Unbreakable (2000) - yang sempat dibuat menjerit bahagia di after credits Split (2017) kemarin. Bagi gue sebagai fans setia (awal karir) M. Night Shyamalan, Unbreakable adalah film favorit dan kesayangan gue - yang dapat gue tonton berkali-kali tanpa merasa bosan sekalipun. Makanya gue sangat bahagia akhirnya bisa melihat kelanjutan sepak terjang David Dunn dan Mr. Glass yang dipertemukan dengan kece itu. Setelah kejadian Kevin Wendell Crumb yang diliput media, David Dunn pun merasa bertanggung jawab untuk melacak dan menghentikan kejahatannya. Namun pertikaian antara kebaikan dan kejahatan itu harus melewati otak cerdas dari Mr. Glass yang memiliki misinya tersendiri. Mereka bertiga ditangani oleh psikiater misterius, Dr. Staple, yang beru

Swing Kids - Review

Gambar
"Paket lengkap berisi musikal yang menghentak, komedi yang super kocak, dan drama perang yang penuh getir" Tahun 1951 selama perang Korea berlangsung, kamp penjara Geoje di selatan semenanjung Korea sedang disorot media. Tujuannya adalah meningkatkan repatriasi di kalangan tahanan komunis agar membelot dari Korea Utara. Kepala penjara pun menginstruksikan dibentuknya tim dansa beranggotakan para tahanan yang berbakat. Pada akhirnya terkumpul empat orang dari latar belakang yang berbeda-beda; tahanan asal Cina, tahanan komunis yang membelot, warga lokal, dan tahanan Korea Utara yang setia pada ideologi komunis namun berbakat menari dan tergoda untuk belajar tap dance. Siapa yang nggak jatuh hati begitu melihat trailernya, atau setidaknya gue yang memang selalu punya hati pada film bergenre musikal. Ternyata Swing Kids malah menyajikan lebih dari itu; paket lengkap antara komedi, drama, perang, dan musikal! Satu hal yang gue nggak nyangka adalah ternyata film ini kocak p

How to Train Your Dragon: The Hidden World - Review

Gambar
"Sekuel penutup yang menjadi perpisahan yang manis terhadap Toothless dan teman-temannya" Hiccup sebagai kepala suku Berk telah berhasil membangun utopia di mana manusia dan naga hidup berdampingan. Namun masalah demi masalah baru mulai muncul; mulai dari semakin penuhnya desa oleh naga dan serangan tiada henti terhadap pemburu naga Grimmel. Ditambah lagi Toothless ternyata bukan satu-satunya naga Night Fury. Maka Hiccup dan teman-temannya harus mencari The Hidden World tempat asal mula naga berkembang biak dan aman dari manusia. Buat yang kangen sama Toothless, mungkin ini adalah film yang tepat jadi obat kangen. Apalagi di film ini, Toothless bertemu dengan pasangannya; Night Fury berwarna putih - yang nggak kalah imutnya! Betul sih, jualan utama sekuel ketiga dan terakhir dari franchise layar lebar How to Train Your Dragon ini hanya naga Night Fury yang unyu namun memiliki kekuatan yang dahsyat.

Escape Room - Review

Gambar
"Menegangkan dan potensial sebagai pembuka franchise baru" Enam orang asing terjebak dalam permainan "Escape Room" yang sangat nyata dan mengancam nyawa. Mereka harus bekerja sama untuk menyelesaikan satu demi satu ruangan, dengan nyawa sebagai taruhannya. Perlahan, mereka pun menyadari bahwa permainan ini lebih besar dari yang mereka bayangkan. Escape Room yang rilis di tahun 2019 ini jauh berbeda - dan bukan remake/reboot/sekuel - dari yang rilis tahun 2017 kemarin. Tentunya yang ini dengan budget yang jauh lebih besar sehingga diambil oleh Sony sebagai distributor film. Sebagai film dengan tema melarikan diri, Escape Room berhasil memberikan ketegangan yang berarti buat gue. Bisa lah film ini dijadikan titik tolak franchise baru menggantikan Saw yang sudah kehilangan daya ledaknya.