Captain Marvel - Review

"Bukan yang terbaik dari MCU tapi jelas yang terbaik di antara film pahlawan super perempuan lainnya"

Butuh lebih dari 10 tahun bagi Marvel Studios untuk (akhirnya berani) membuat film superhero perempuan sebagai karakter utamanya. Belum lagi banyaknya haters yang sampai bikin RottenTomatoes nutup audience scores-nya iyang sempat dibombardir sama rating jelek beberapa hari sebelum rilis. Tapi filmnya sudah membuktikan diri, dan gue pribadi sih suka banget. Ini baru film superhero perempuan yang beneran feminist, jauh banget dari film lapak sebelah (monmaap ni ya).

Berlatar tahun 1990-an, Carol Danvers memiliki kekuatan super. namun kehilangan memori atas masa lalunya. Sementara bumi berada di tengah perang antar-galaksi, Carol Danvers harus mencari tahu apa yang terjadi di masa lalunya sebelum bisa menjadi pahlawan bagi bumi.


Filmnya sih menyenangkan banget buat ditonton. Ceritanya sederhana nggak berliku-liku, dan humornya pas nggak kebanyakan tapi efektif bikin ngakak. Yang gue suka banget sih nuansa 90-annya, yang pas banget kan akhir-akhir ini kaya lain ngetren buat back to 90s. Soundtrack-nya sih kece badai, apalagi ternyata Just A Girl-nya No Doubt bisa pecah banget ngiringin adegan berantem!


Pengalaman produser Kevin Feige selama lebih dari 10 tahun bikin film superhero, jadi seakan Marvel Cinematic Universe punya formula baku tersendiri di setiap origin story-nya. Di satu sisi ya bagus sih kaya udah jadi standar tersendiri, dan orang nggak perlu banding-bandingin lagi ke Dark Knight Trilogy. Di sisi lain, ya jadi gitu-gitu aja sih, normatif dan monoton cenderung nggak ada sesuatu yang baru dan segar. Satu-satunya hal baru dan segar adalah konten dari cerita itu sendiri, yang beruntungnya di Captain Marvel adalah hal yang benar-benar baru; girl power!

Terima kasih banyak buat Captain Marvel karena sekarang kita semua punya contoh nyata untuk isu feminisme perempuan. Loh Wonder Woman? Monmaap, kayaknya di film itu Diana Lane lebih jadi objek ya daripada subjek. Bukan cuma pakaiannya yang serba terbuka, tapi karakternya masih tergantung banget sama laki-laki. Apalagi Diana Lane baru mencapai kekuatan super maksimalnya setelah ngeliat love interest-nya mati. Hal ini sangat bertolak belakang sama karakter Carol Danvers yang mandiri luar dalam kiri kanan depan belakang atas bawah.


Coba perhatiin aja, Carol Danvers nggak perlu dikasih tahu orang lain (terutama laki-laki) untuk mesti ngapain selanjutnya. Buat mencapai level "super saiya" ya pakai kekuatan diri sendiri aja, dan bebas bikin keputusan sendiri nggak perlu diatur orang lain - malah doi yang ngatur orang lain! Bisa dibayangkan ya betapa inspiratifnya film ini, apalagi buat anak-anak perempuan.






USA | 2018 | Superheroes | 124 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1

Scene During Credits? Yes!
Scene After Credits? Yes!

- sobekan tiket bioskop tanggal 5 Maret 2019 -

Rating Sobekan Tiket Bioskop:

----------------------------------------------------------
review film captain marvel
review captain marvel
captain marvel movie review
captain marvel film review
resensi film captain marvel
resensi captain marvel
ulasan captain marvel
ulasan film captain marvel
sinopsis film captain marvel
sinopsis captain marvel
cerita captain marvel
jalan cerita captain marvel

Komentar

Posting Komentar