Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2023

The Equalizer 3 - Review

Gambar
Denzel Washington is back! Biasanya Denzel itu nggak mau main di film sekuel. Nah franchise The Equalizer ini jadi spesial karena tumben banget Denzel mau bahkan sampai sekuel ketiga. Meski sudah dikonfirmasi bahwa film ketiga ini akan jadi penutup dari franchise The Equalizer . Kalau kita ingat The Equalizer 2 memberikan aksi yang lebih cadas dengan kekerasan grafis yang lebih sadis daripada film pertamanya. Nah film ketiganya ini menurut gue lebih fokus pada segi cerita ketimbang adegan aksi dan adegan gore yang brutal. Porsi aksi dan sadisnya memang lebih sedikit, tapi diimbangi dengan cerita yang sangat matang dan menarik. Yang membuat gue excited adalah adanya Dakota Fanning di film ketiga ini. Iya iya dia makin dewasa aja dan rasanya sudah sukses mengaburkan image dia sebagai aktris anak-anak ya. The Equalizer 3 jelas jadi reunian antara Denzel dengan Dakota sejak Man on Fire (2004). Bayangkan, 19 tahun dan waktu itu Denzel masih ngegendong Dakota! Sekarang karkater Dakota uda

Talk to Me - Review

Gambar
Talk to Me adalah horor terbaik yang gue tonton di tahun 2023 ini! Gokil! Ceritanya memang bukan barang baru, tapi cara penyampaiannya yang luar biasa unik dan segar. Horornya jadi intens dan tegang banget. Deretan jump scare juga efektif bikin pantat gue loncat dari kursi bioskop. Penampilan setiap pemainnya juga sukses bikin ngeri, terutama pemain utamanya Sophie Wilde yang sukses bikin antara kasihan dan gemas. Pujian tertinggi jelas harus diarahkan ke duo sutradara Danny Philippou dan Michael Philippou yang baru kali ini menulis dan menyutradarai film panjang! Perlu diketahui mereka berdua ini youtuber dengan kanal bernama RackaRacka yang udah punya sekitar 6 juta subsriber. Jadi berasa banget cara pengambilan gambar dan editing yang cepat dan dinamis ala youtuber di film panjang pertama mereka ini. Gue suka banget gimana Talk to Me bermain di area grieving atau berduka. Memang tema grief di dalam film horor bukan suatu hal yang baru, tapi Talk to Me ngasih lihat hal buruk apa y

Gran Turismo - Review

Gambar
Sebelum nonton ini gue termasuk salah satu penonton yang skeptis sama film ini. Gue memang bukan pemain Sony Playstation, apalagi pemain Gran Turismo. Apalagi film adaptasi dari video game tidak punya track record yang cukup baik. Meski sebenarnya film Gran Turismo ini bukan adaptasi video game, melainkan berdasarkan kisah nyata pemain video game yang jadi pembalap mobil profesional. Gue harus kasih tepuk tangan setelah film ini selesai. Luar biasa! Ini baru film tentang balapan mobil! Nggak kaya franchise yang satu itu, judulnya balapan mobil tapi malah jadi film aksi spionase. Film Gran Turismo ini benar-benar memberi adegan balap-balapan di mayoritas durasinya. Drama keluarga, romansa, dan keraguan karakter utamanya memang ada tapi porsinya hanya sedikit. Jadi fokus utamanya tetap di adegan balapan. Setiap adegan balap mobilnya juga jadi hiburan mata dan telinga yang maksimal. Seperti halnya para engineer rumah produksi game Poly's Entertainment ynag sampai merekam suara mobil b

Cobweb - Review

Gambar
Wah ini dia, Cobweb jadi film horor yang paling mengejutkan dan paling spesial di tahun ini. Nggak ada hiruk-pikuk marketing dan hanya mengandalkan word of mouth. Gue pun tergerak nonton ini setelah bertebaran review positif dari orang-orang terpercaya di linimasa gue. Oya buat penonton The Boys pasti senang/sebal karena ada Homelander alias Anthony Starr di sini. Biasanya tipikal film kaya gini diproduksi sama A24 ya tapi bukan, ini produksi Lionsgate dengan Seth Rogen yang duduk di kursi produser. Perlu digarisbawahi, tangan dingin Seth Rogen di kursi produser konsisten menghasilkan karya yang ciamik. Sebut saja serial The Boys dan film animasi yang sedang tayang di bioskop; TMNT: Mutant Mayhem . Cobweb ini punya cerita yang benar-benar segar dan nggak ketebak. Saking barunya, gue sama sekali nggak kepikiran ini mirip film apa ya. Kecuali sampai di akhir yang kayaknya akan lebih keren kalau ternyata Cobweb adalah secret sequel dari The Babadook (2014). Horornya intens dan shockin

Blue Beetle - Review

Gambar
Blue Beetle hadir sebagai film pertama DCU di era James Gunn. Tapi tidak seperti MCU, film Blue Beetle ini tidak bermaksud membuka semesta ke film-film lain dan hanya fokus pada karakter ini saja. Sisi positif lainnya adalah, Blue Beetle menambah deretan pahlawan super dari kaum minoritas. Apalagi di semesta DC, sepertinya baru ini ada pahlawan super berdarah Latin. Kisahnya memang masih dengan formula origin story, terutama di area merasa tidak layak menjadi pahlawan super. Tapi yang menjadikan Blue Beetle spesial adalah unsur keluarga yang sangat kental. Jadi usaha untuk mengalahkan kejahatan nggak datang dari satu orang saja, tapi benar-benar dari setiap anggota keluarga yang punya andil untuk itu. Gue juga suka bagaimana Blue Beetle memperlakukan karakter penjahat utamanya; setiap penjahat pasti datang dari masa lalu yang traumatis dan punya kesempatan untuk berubah. Film ini juga nggak DC banget yang gelap dan serius. Rasanya ini memang sudah diaplikasikan oleh beberapa film DCU k

Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem - Review

Gambar
Spider-Man into the Spider-Verse (2018) memang jadi tonggak sejarah animasi Hollywood yang keluar dari pakem animasi dengan visual sehalus dan semirip mungkin dengan kehidupan nyata. Semenjak film itu, jadi makin banyak film animasi dengan gaya visual yang stylish dan cenderung kontemporer. Sebenarnya visual animasi seperti ini lumrah di ranah kontemporer, tapi baru kali ini masuk ke lini arusutama dan diterima pula oleh penonton populer. Yang terbaru adalah Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem karya sutradara Jeff Rowe dan Kyler Spears. Sebelumnya Jeff Row menyutradarai film animasi Netflix dengan gaya visual yang sama di The Mitchells vs the Machine (2021). Tampaknya Universal dan Nickelodeon sudah insyaf dengan live action kura-kura ninja ya dan kembali ke animasi. Memang sudah layak dan sepantasnya sih, apalagi dengan tren animasi yang ke arah kontemporer ini. Mutant Mayhem jelas jadi hiburan mata dan telinga yang maksimal. Visual animasinya cantik banget dengan gaya coret

Ketika Berhenti di Sini - Review

Gambar
Setelah sukses dengan film pertamanya Kukira Kau Rumah (2021), sutradara dan penulis naskah Umay Shahab kembali dengan film keduanya; Ketika Berhenti di Sini . Umay yang memang ternyata berbakat di belakang kamera, nggak berhenti untuk mengeksplorasi topik sulit di setiap filmnya. Setelah isu kesehatan mental di Kukira Kau Rumah , sekarang lewat film terbarunya mengupas isu berduka, kehilangan, dan denial yang kompleks dan penuh hati. Ketika Berhenti di Sini jelas punya kualitas yang jauh lebih tinggi ketimbang Kukira Kau Rumah . Gaya berceritanya lancar dan efektif mengaduk emosi, ditambah dengan iringan lagu yang siap menyayat hati. Kisahnya bisa dibilang sangat dekat dengan banyak penonton. Tawaran teknologinya pun masih bisa diterima oleh akal sehat, dengan banyak justifikasi yang diberikan di naskah dan adegan. Topik sensitif dan kompleks seperti ini jelas sangat bergantung pada pemerannya yang harus bisa memainkan range emosi yang luas. Beruntung Indonesia punya talenta berbaka

Suzzanna Malam Jumat Kliwon - Review

Gambar
Lima tahun setelah remake Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018), entah kenapa baru di 2023 ini Soraya Intercine Film merilis remake film Suzzanna berikutnya. Sayang memang karena hype -nya keburu mereda dalam kurun 5 tahun ini, padahal Bernapas dalam Kubur mendapatkan perolehan yang nggak sedikit; 3,3 juta penonton. Tapi Luna Maya kembali berperan sebagai Suzzanna di film kedua ini dengan lawan main baru; Achmad Megantara. Kali disutradarai oleh Guntur Soeharjanto dan naskahnya ditulis oleh Ferry Lesmana, Tumpal Tampubolon, dan Sunil Soraya. Meski diberkahi nama-nama besar di kursi sutradara dan penulis naskah, tapi tetap tidak mampu mengangkat kualitas Malam Jumat Kliwon setidaknya menyamai Bernapas dalam Kubur. Ada banyak cacat logika di dalam film, yang akhirnya membuat gue pasrah dan menyerah. Malam Jumat Kliwon juga nggak bisa dibilang murni film horor karena setiap adegan horornya sama sekali tidak menyeramkan. Para pembuat film juga rasanya memang tidak berniat untuk menakut-nak

The Moon - Review

Gambar
Pas nonton trailernya sih, spontan gue mikir wah industri film Korea udah maju banget ya. Terakhir gue nonton film Korea bertema luar angkasa itu Space Sweepers (2021) dan itu pun di Netflix. Itu pun gue paham pasti dapat budget yang besar sekali dari Netflix. Kali ini The Moon buatan CJ memilih tema yang lebih "membumi", meski notabene tema mendarat di bulan ini sudah biasa di Hollywood. Jadi harus diberi acungan jempol untuk industri film Korea dan CJ untuk berani mengangkat tema ini di ranah industri film Asia. Sebelum nonton, gue sudah menurunkan ekspektasi di ranah efek visual. Tapi setelah nonton gue malah puas dan dibuat terpukau. Memang ada beberapa adegan wide shot yang terlihat animasi, tapi secara keseluruhan bisa dibilang efek visualnya sangat rapi. Terutama adegan-adegan close up yang memperlihatkan desain produksi yang cukup detil dan rapi. Untuk cerita sendiri sangat baik dan efektif meningkatkan ketegangan. Deretan adegan aksinya benar-benar bikin gue tahan