Glass - Review

"Memang tidak sekuat dua film pendahulunya, tapi Glass adalah penutup trilogi yang brilian"

Sekuel ketiga dan penutup trilogi Eastrail 177 yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Ini adalah penantian panjang 19 tahun bagi para fans Unbreakable (2000) - yang sempat dibuat menjerit bahagia di after credits Split (2017) kemarin. Bagi gue sebagai fans setia (awal karir) M. Night Shyamalan, Unbreakable adalah film favorit dan kesayangan gue - yang dapat gue tonton berkali-kali tanpa merasa bosan sekalipun. Makanya gue sangat bahagia akhirnya bisa melihat kelanjutan sepak terjang David Dunn dan Mr. Glass yang dipertemukan dengan kece itu.

Setelah kejadian Kevin Wendell Crumb yang diliput media, David Dunn pun merasa bertanggung jawab untuk melacak dan menghentikan kejahatannya. Namun pertikaian antara kebaikan dan kejahatan itu harus melewati otak cerdas dari Mr. Glass yang memiliki misinya tersendiri. Mereka bertiga ditangani oleh psikiater misterius, Dr. Staple, yang berusaha meyakinkan mereka bahwa tidak ada yang namanya manusia super.

Kesenangan dan penantian gue ini nggak goyah meski Glass mendapat rating busuk di berbagai situs rating. Ya memang gue sedikit menurunkan ekspektasi gue, tapi ternyata Glass tidaklah sebegitu jeleknya seperti yang diutarakan para kritikus AS tersebut. Seperti biasa (kecuali film-film busuknya ya), ide cerita yang ditawarkan oleh sutradara, penulis, dan produser M. Night Shyamalan ini out of the box dan cerdas! Apalagi di tengah era film superheroes yang sudah terlalu oversaturated ini, Glass jelas merupakan anti-tesis dari Marvel dan DC sekaligus tamparan keras terhadap tema manusia super.


Pertama jelas dari pembawaan Glass, yang sejalan dengan atmosfer Unbreakable dan Split; tidak penuh aksi, melainkan dialog dengan permainan pikiran yang beberapa kali menggoda mindset awal gue mengenai beberapa hal. Kedua, gue sangat suka dengan twist yang ada di akhir film, dengan ide yang ditawarkan mengenai eksistensi pahlawan v penjahat. Sebuah ide yang brilian dan sangat menarik, serta bisa saja terjadi di kehidupan nyata. Meski sayang, twist yang dihadirkan memang minim efek "whoa!"

Hal positif lain yang luar biasa jelas pada penampilan setiap karakternya. James McAvoy tetap mempertahankan saktinya doi merubah-rubah intonasi bicara dan ekspresi muka ketika berganti kepribadian. Tapi hebatnya, Bruce Willis dan Samuel L. Jackson tidak serta merta tenggelam dan masih mampu membawa jalan cerita dengan sangat baik - mungkin saja ini efek kangen 19 tahun dari film pertamanya. Pujian jelas harus diarahkan pada Sarah Paulson, sebagai satu-satunya karakter wanita yang "mengendalikan" tiga tokoh utama kita tapi masih mampu tampil ciamik. Yang membuat gue berteriak kagum adalah kemunculan Spencer Treat Clark sebagai anak dari David Dunn, diperankan oleh aktor yang sama di Unbreakable 19 tahun lalu!


Hal lain yang membuat gue bersorak gembira adalah Shyamalan banyak - banget - menaruh fans service dalam Glass. Mulai dari flashback adegan, dialog, sampai karakter-karakter yang pernah muncul dalam Unbreakable dan Split. Well, ini tidak hanya untuk menyenangkan fans tetapi beberapa juga sangat berpengaruh terhadap jalan cerita. Jadi, menonton Unbreakable dan Split sebelum nonton Glass adalah hal yang wajib.

Di antara tiga film tersebut, harus gue akui Glass adalah yang paling lemah. Cara bercerita atau storytelling-nya terlihat berantakan, apalagi di act pertama dan act ketiga. Banyak sekali adegan-adegan pendek yang gue rasa nggak penting dan nggak pengaruh ke jalan cerita - yang malah terlihat ke mana-mana dan nggak fokus. Jauh sekali kualitasnya dibandingkan Unbreakable dan Split yang sangat rapi dan fokus. Tapi rasanya ini adalah penyakit para penulis naskah yang mencoba menyatukan karakter-karakter utama ke dalam satu film layaknya Avengers dan Justice League.


Di luar kelemahannya itu, Glass jelas menjadi penutup trilogi yang dahsyat. Ide ceritanya brilian dan cerdas, serta secara sempurna merangkul dua film pendahulunya. Glass adalah jawaban yang solid akan pertanyaan apakah manusia super dan penjahat itu ada, dan ke mana mereka selama ini - yang di angkat dari perspektif serealistis mungkin. Ini adalah trilogi yang spesial nan unik, dan dengan mudah masuk dalam daftar trilogi favorit gue.






USA | 2018 | Action | 129 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1

sobekan tiket bioskop tanggal 14 Januari 2019 -

Rating Sobekan Tiket Bioskop:

----------------------------------------------------------
  • review film glass split unbreakable
  • review glass split unbreakable
  • glass split unbreakable movie review
  • glass split unbreakable film review
  • resensi film glass split unbreakable
  • resensi glass split unbreakable
  • ulasan glass split unbreakable
  • ulasan film glass split unbreakable
  • sinopsis film glass split unbreakable
  • sinopsis glass split unbreakable
  • cerita glass split unbreakable
  • jalan cerita glass split unbreakable

Komentar