Sekala Niskala: The Seen and Unseen - Review

"Narasinya yang sederhana dibalut dalam kemasan kontemporer yang artistik dan kelewat indah"

Di Bali, Tantri sedang bersedih karena saudara kembar laki-lakinya, Tantra, sedang dirawat di rumah sakit karena penyakit otak. Makin hari, Tantri menyadari bahwa mereka akan semakin kehilangan waktu untuk bermain bersama ketika satu per satu indra Tantra tidak berfungsi. Situasi tersebut membuka ruang dan waktu yang berbeda dalam pikiran Tantri. Beberapa kali Tantri terbangun dan menjalani perjalanan magis untuk bermain dengan Tantra. Lewat ekspresi tubuh dan simbol-simbol kehidupan, Tantri mencari jati diri dan harapan untuk dapat bertemu lagi dengan Tantra.

Sekala Niskala, atau judul internasionalnya The Seen and Unseen, ternyata adalah karya seni dengan cita rasa artistik yang tinggi, yang (kebetulan) divisualisasikan dalam medium audio-visual berupa film panjang. Pengalaman menonton Sekala Niskala niscaya sungguh unik dan tidak tertandingi, karena bagi gue pribadi seakan menonton pentas pertunjukan teater namun dengan teknik sinematografi yang luwes. Panggung teater dua dimensi seakan diperluas menjadi empat dimensi yang menembus ruang dan waktu, lengkap dengan ekspresi tari dan gerakan tubuh yang penuh simbol dan makna.



Narasinya sebenarnya sangat sederhana dan tidak sulit untuk dipahami; Tantri yang sedang berduka karena saudara kembarnya sakit parah dan kondisinya semakin memburuk. Berhubung Tantri adalah anak berusia 10 tahun yang hidup di tengah kultur dan agama yang kental di pulau Bali, maka tahap perkembangan anak yang penuh dengan imajinasi serta ekspresif dalam mengungkapkan emosi pun berbaur dengan akar budaya yang penuh dengan hal spiritual. Mulai dari kembar buncing (kembar beda kelamin) disimbolkan sebagai dualitas putih dan kuning telur yang pernah dianggap bencana oleh masyarakat Bali dahulu kala, hingga mitos gerhana bulan di mana bulan dilahap oleh raksasa.

Menggambarkan narasi anak kecil yang sedang berduka memang selalu menarik, karena kombinasi imajinasi dan eksplorasi emosi yang ada. A Monster Calls (2016) yang diadaptasi dari novel berjudul sama sudah lebih dulu mengisahkannya dengan metafora yang menarik. Tetapi rasanya Sekala Niskala tampil menonjol dengan potret kultur Bali yang sangat kental, lengkap dengan tari pemujaan terhadap Dewi Ratih si dewi bulan dalam mitos Raksasa Kala Rau yang memakan bulan sehingga menjadikan gerhana. Eksekusi yang terbilang kontemporer dengan menggunakan tari ayam hingga tari kera dalam rangka usaha Tantri untuk membangunkan Tantra ini bisa dibilang cukup berani. Unsur kontemporer yang bisa saja langsung menyempitkan potensi kelompok penonton yang luas, tetapi di saat yang sama juga menaikkan nilai estetika karya seni berupa film ini.







- sobekan tiket bioskop tanggal 11 Maret 2018 -

Rating Sobekan Tiket Bioskop:


Indonesia | Arthouse / Drama | 86 menit | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1

----------------------------------------------------------
  • review film sekala niskala the seen and unseen
  • review sekala niskala the seen and unseen
  • sekala niskala the seen and unseen movie review
  • sekala niskala the seen and unseen film review
  • resensi film sekala niskala the seen and unseen
  • resensi sekala niskala the seen and unseen
  • ulasan sekala niskala the seen and unseen
  • ulasan film sekala niskala the seen and unseen
  • sinopsis film sekala niskala the seen and unseen
  • sinopsis sekala niskala the seen and unseen
  • cerita sekala niskala the seen and unseen
  • jalan cerita sekala niskala the seen and unseen

Komentar