A Little Bit of Heaven

Sobekan tiket bioskop tertanggal 8 Februari 2011 adalah A Little Bit of Heaven. Entah apa yang merasuki gue untuk menonton film ini. Mungkin karena gue cukup tergiur akan kombinasi Kate Hudson dan Gael Garcia Bernal sebagai pemeran utama dalam film ini.

Drama komedi romantis ini bercerita tentang bagaimana Marley (Hudson) yang tidak percaya dengan adanya komitmen cinta dan memuja hubungan tanpa komitmen. Namun pandangannya tersebut harus diuji ketika ia bertemu dokter tampan (Garcia Bernal) dan divonis bahwa hidupnya tinggal dua bulan lagi karena kanker mematikan.

Oke, plot cerita ini sungguh mirip dengan Love & Other Drugs yang baru gue tonton bulan lalu. Masih segar di ingatan, maka sangat sering gue menemukan diri gue membanding-bandingkan cerita Hudson-Garcia Bernal dengan Gyllenhaal-Hathaway. Tentu saja gue berpendapat bahwa duet Gyllenhaal-Hathaway lebih ber-chemistry dengan pendalaman karakter yang lebih kuat. Entah kenapa gue merasa Hudson-Garcia Bernal ini begitu datar dan dangkal. Apalagi dengan pembawaan cerita yang rasanya segmentasi film ini hanya untuk remaja saja.


Tidak ada kedalaman karakter sama sekali, baik pada Hudson dan Garcia Bernal. Sebagai seseorang yang hidupnya tidak lama lagi, walaupuan dengan karakter happy-go-lucky, gue sebagai penonton yang mengenal dia dari awal film sama sekali tidak merasakan bahwa dia akan meninggal di akhir film. Lebih jauh lagi, gue tidak menemukan diri gue untuk menyayangkan meninggalnya dia di akhir film, seperti yang gue temukan pada A Walk to Remember. Beruntung ada Gael Garcia Bernal yang sedikit menyelamatkan film ini dan menutupi datarnya akting Hudson. Namun sepertinya karena tidak didukung oleh naskah yang kuat, Garcia Bernal pun hanya tampil seadanya. Jelas ini adalah penampilan terburuknya dari berbagai film yang ia bintangi.
gambar diambil dari sini
Salah satu yang membuat "makin hancur"nya film ini adalah *SPOILER* dua adegan dimana karakter Marley berada di "dunia in-between" dan bertemu, ehem, Tuhan. Gue yakin ada cara yang jauh lebih baik untuk memberikan insight terhadap Marley daripada digambarkan bahwa ia bertemu dengan Sang Pencipta. Dua adegan ini adalah momen-momen kehancuran dalam film ini yang sanggup membuat gue membuang muka dari layar lebar.

Tapi yah, mungkin film ini hanya dibuat khusus untuk para remaja, karena gue menemukan tiga remaja wanita yang duduk di sebelah gue begitu menikmati film ini. Komedi, tidak ada yang kena. Romantis, sama sekali tidak menyentuh gue. Drama, air mata yang tumpah di layar bahkan tidak mempengaruhi perasaan gue.

Rating?
6 dari 10

Komentar