Paul

Sobekan tiket bioskop tertanggal 17 Februari 2011 adalah Paul. Duet komikal klasik Nick Frost dan Simon Pegg telah kembali! Untuk ketiga kalinya, gue memandang sebelah mata film ketiga mereka berdua ini apalagi setelah melihat trailernya yang rasanya kurang menjual. Tapi atas nama penasaran dan demi mengikuti rekam jejak film-film yang dibintangi oleh mereka berdua yang selalu membuat gue terbahak-bahak, gue bersiap untuk apapun yang terjadi.

Graeme Willy (Pegg) dan Clive Golling (Frost) adalah dua sekawan sehidup semati pecinta sci-fi yang sedang bertualang di benua Amerika demi mengejar cita-cita mereka berdua; mendatangi tempat-tempat yang pernah "dikunjungi" oleh alien. Di tengah perjalanan, mereka malah bertemu dengan alien sungguhan, Paul. Walaupun melihat dan bertemu alien secara langsung adalah mimpi besar bagi para pecinta sci-fi, namun ternyata interaksi antara Graeme dan Clive dengan Paul pun tidak semudah yang dikira. Paul yang meminta tolong pada mereka untuk pulang ke kapal induknya, secara tidak sengaja menculik wanita muda, yang malah menambah panjang daftar orang-orang yang mengejar mereka.

Seperti Shaun of the Dead dan Hot Fuzz, gue dibuat terkagum-kagum karena ternyata film ini jauh diatas ekspektasi gue. Mereka berdua sudah pernah membuat versi kocak dari film zombie dan film action, kenapa tidak sekalian membuat film alien dengan sudut pandang yang berbeda? Sepertinya gue harus menerima kenyataan bahwa film yang dibintangi oleh duet Frost dan Pegg selalu menjadi film yang tidak hanya konyol tapi juga mengandung humor-humor cerdas. Betul, Pegg tanpa Frost (seperti Burke & Hare yang "gagal" itu) atau Frost tanpa Pegg dalam satu film bagaikan makan bakso tanpa mangkok. Apalagi jika didukung oleh cerita yang mengakomodasi chemistry diantara mereka berdua. Belum cukup itu saja, mari tambahkan satu alien hijau kecil yang suaranya diisi oleh bintang komedi berbakat asal AS, Seth Rogen, jadilah film yang sangat membuat hari gue menjadi lebih berwarna.


Cerita yang ditulis sendiri oleh Frost dan Pegg ini terinspirasi dari ide yang muncul di kepala mereka ketika mereka sedang berteduh dari hujan disaat syuting Shaun of the Dead (2004). Bagi gue sendiri, akhir-akhir ini gue sangat berhati-hati untuk menaruh ekspektasi pada film-film yang bertemakan alien. Film alien "serius" macam Skyline saja ternyata tidak sebaik yang gue harapkan, apalagi film "bercanda" yang ditulis oleh Frost dan Pegg ini. Disutradari oleh tangan yang pernah menangani Superbad dan Adventureland, Greg Mottola menerjemahkan screenplay Frost dan Pegg dengan cukup baik. Tidak se-brilian Edgar Wright yang sepertinya tahu cara untuk memaksimalkan kekocakan Frost dan Pegg, tapi setidaknya Mottola dapat membuat cerita dalam film ini tetap menarik untuk diikuti bahkan sampai ending title turun.
gambar diambil dari sini
Penampilan Frost dan Pegg benar-benar mengobati rasa kangen gue selama empat tahun tidak menikmati akting mereka di layar lebar. Tampaknya mereka tidak perlu berusaha keras untuk mendapatkan chemistry diantara dua karakter yang mereka perankan, karena interaksi diantara mereka berdua tampak natural. Aksi-reaksi ekspresi muka dan celetukan-celetukan diantara mereka berdua sangat berkesinambungan dan empuk. Praktis tidak ada salah satu yang menonjol, karena akting mereka masing-masing saling melengkapi satu sama lain. Munculnya karakter Ruth, gadis yang terculik oleh mereka, dan tentu saja si alien kita malah menambah ramai suasana yang ada. Belum lagi ada agen rahasia yang pantang menyerah mengejar mereka yang diperankan dengan sangat baik oleh Jason Bateman. Belum cukup, nantikan cameo dari si "ahli" alien dari Sigourney Weaver yang walaupun kurang memuaskan tapi tidak ada aktor/aktris yang lebih cocok lagi dibanding beliau.

Secara khusus gue ingin membahas si alien kecil kita ini yang menjadi titik gravitasi dan penggerak cerita dalam film ini. Seth Rogen benar-benar berhasil menghidupkan alien kecil ini menjadi alien yang slengean, gokil, ngasal, dan (percayalah) adorable! Pikiran dan perasaan penonton dibuat seakan-akan menyerupai pikiran dan perasaan dari Graeme dan Clive dari pertama kali bertemu sampai harus berpisah dengan Paul. Pertama kali mungkin anda akan menganggap Paul hanyalah alien "biasa" yang annoying dan ada maunya. Tapi ketika makin lama mengenal dia, penonton (serta Graeme dan Clive) semakin menemukan hal-hal yang berbeda dari seorang (sealien?) Paul. Apalagi dengan jalan cerita yang bergulir yang seakan menyingkap tirai masa lalu dari alien yang telah hidup di bumi selama kurang lebih 60 tahun ini. Tanpa bermaksud untuk spoiler, di akhir film dijamin anda akan merasakan hal yang 180' yang anda rasakan ketika pertama kali mengenal Paul. Belum lagi dengan teknik CGI yang menggunakan (lagi-lagi) teknologi motion-capture-nya James Cameron yang digunakan dalam Avatar, membuat penampilan visual Paul menjadi sangat realistis. Gue masih terkagum-kagum dengan matanya yang menurut gue merupakan hasil dari sebuah proses pengerjaan yang sangat sulit.

Ceritanya memang ringan dan tidak perlu menggunakan banyak serabut otak untuk berpikir, tapi memang itulah tujuannya; untuk menikmati petualangan road trip kelompok ajaib ini dalam menyelamatkan perdamaian antar-galaksi. Selera humor Frost dan Pegg juga turut gue acungi jempol, karena mereka telah berhasil meramu referensi-referensi dari film-film bertema alien sejenis ke dalam humor yang cerdas dan kocak. Pecinta teori konspirasi tampaknya juga akan suka dengan tambahan ide baru tentang kerahasiaan pemerintah AS dalam isu alien dan kawan-kawannya. Yang namanya juga humor, jadi ya engga bisa dibawa serius, walaupun ada humor-humor yang mengaitkan agama vs teknologi. Tapi ada beberapa humor yang gue kurang nangkep, tapi orang-orang British sini sih malah ketawa ngakak jadi apapun itu maksudnya berarti lumayan kena dengan orang-orang lokal.

Mungkin tulisan ini sedikit meningkatkan ekspektasi anda untuk menonton film ini, tapi saran gue adalah tetap pertahankan ekspektasi anda pada level terendah. Karena tulisan ini adalah tulisan dari seorang yang memang menggemari setiap gerak dan laku dari Frost dan Pegg. Belum lagi dengan cerita yang kelewat ringan dan hanya mengandalkan kekocakan Frost, Pegg, dan Rogen. Seperti E.T., film ini dapat menjungkirbalikkan pandangan masyarakat pada umumnya tentang alien - dengan cara kocak. Yah, kapan lagi ngeliat alien dengan gaya lancai; celana pendek belel, sendal jepit, dan gaya omongan yang ngasal. Yang jelas, gue sangat menikmati film ini dan bersedia untuk menontonnya lagi dan lagi.
gambar diambil dari sini
Rating?
8 dari 10

Komentar