Submarine
Sobekan tiket bioskop tertanggal 22 Maret 2011 adalah Submarine. Film ini masuk dalam line-up Glasgow Film Festival kemarin, dan beruntungnya kembali ditayangkan secara komersil. Tidak perlu berpikir panjang bagi gue untuk memutuskan menonton film ini; dengan sinopsis yang mengundang dan trailer yang menjanjikan.
Di Wales, seorang pelajar berusia 15 tahun, Oliver Tate, memiliki dua keinginan terdalam dalam hidupnya: 1. kehilangan keperjakaan sebelum ulang tahun berikutnya dan 2. menyelamatkan perkawinan orangtuanya ketika mantan kekasih ibunya hadir di tengah-tengah mereka.
Film yang ajaib ini ternyata diluar ekspektasi gue. Penonton serasa dijejalkan untuk memasuki kepala seorang Oliver Tate yang memiliki tingkat kecemasan diatas rata-rata normal dan mempersepsikan dunia dengan caranya sendiri. Gaya pengambilan gambar dan gaya editing pun seakan mengikuti jalan pikiran Oliver Tate, yang cukup random dan nyentrik untuk remaja seumurannya. Dengan jalan cerita dan "misi" yang cukup sederhana (di mata orang dewasa), namun film ini berhasil membuat misi tersebut menjadi lucu, kocak, memancing rasa penasaran, sekaligus menegangkan untuk diikuti.
Mungkin ini adalah film fiksi biopic yang paling jujur tentang seseorang. Lima menit pertama filmnya saja sudah membuat gue jatuh cinta dengan film ini. Adegan-adegan selanjutnya yang kemudian muncul pun menjadi justifikasi untuk semakin jatuh cinta dan tersentuh oleh film ini. Jalannya cerita dan kamera benar-benar sinkron dengan cara Oliver Tate memandang sekelilingnya. Narasi-narasinya yang naif dan membuat penonton seakan ingin membuka-buka kamus Theasaurus mengiringi jalan cerita dengan cara Oliver Tate sendiri. Soundtrack-soundtrack yang mengiringi beberapa adegan pun sangat mewakili adegan yang ditampilkan. Sepertinya Richard Ayoade sangat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menyutradarai film yang merupakan adaptasi dari novelnya Joe Dunthorne ini. Dengan gaya sinematografi, pemilihan tone warna, dan gaya editing yang unorthodox, rasanya cuma para pelaku sinema Inggris yang berani dan berhasil menggunakan cara tersebut menjadi sebuah film yang nyaman dan asik untuk ditonton.
Membahas film ini rasanya tidak pas kalau tidak sekalian membahas seorang Oliver Tate. Mengenal seorang Oliver Tate mungkin seakan kita mengenal seorang anak yang cenderung freak dan nerd di kala sekolah kita dulu. Anak yang kebanyakan bengong di dalam kelas, lebih memilih sendirian ketika waktu istirahat, dan diam-diam memendam perasaan pada seorang gadis. Tidak seperti gue dulu yang cenderung menghindari anak-anak semacam ini ketika waktu sekolah, film ini dengan berani memasuki kepala seorang Oliver Tate. Siapa yang tahu ternyata yang dia lamunkan pada saat kelas adalah bagaimana dunia akan bereaksi ketika dia meninggal. Siapa yang tahu ternyata dia memilih sendirian ketika waktu istirahat agar bisa menguntit gadis pujaannya. Siapa yang tahu juga dibalik "keanehan" jalan pikirannya, dia sangat sayang kepada kedua orang tuanya dan terus berusaha memanipulasi orang tuanya agar mereka mau berhubungan seks lagi.
Ini adalah akting pertama Craig Roberts dalam film layar lebar, namun ia terlihat sangat melebur dengan karakter Oliver Tate yang diperankannya. Mungkin karena perbedaan umur antara dia dan karakternya yang tidak terlalu jauh dan sama-sama dibesarkan di Wales membuat ia tidak kesulitan untuk menghidupkan karakternya. Yasmin Paige yang memerankan Jordana, gadis pujaan Oliver, pun sukses melahirkan rasa ngeri pada penonton karena tingkah lakunya, namun mampu mengambil hati penonton di setengah akhir film, terutama di menit-menit terakhir. Tidak lupa Noah Taylor dan Sally Hawkins sebagai orang tua dari Oliver, yang dengan kematangan aktingnya benar-benar mencuri adegan ketika karakter mereka tampil di layar. Salah satu adegan favorit gue adalah perbincangan antara Oliver dengan ayahnya di meja makan, dimana pembicaraan tersebut adalah seakan penjelasan mengenai judul film ini, adu akting antara Craig Roberts dan Noah Taylor sangat menyentuh dan segitu tajamnya mengiris kepribadian dan masa lalu dari karakter Oliver dan ayahnya.
Film yang unik, naif, menegangkan sekaligus mampu merebut hati penonton ini benar-benar menjadi sebuah pengalaman sinematik yang menarik bagi mereka yang ingin melebarkan genre referensi film mereka.
Rating?
8 dari 10
Di Wales, seorang pelajar berusia 15 tahun, Oliver Tate, memiliki dua keinginan terdalam dalam hidupnya: 1. kehilangan keperjakaan sebelum ulang tahun berikutnya dan 2. menyelamatkan perkawinan orangtuanya ketika mantan kekasih ibunya hadir di tengah-tengah mereka.
Film yang ajaib ini ternyata diluar ekspektasi gue. Penonton serasa dijejalkan untuk memasuki kepala seorang Oliver Tate yang memiliki tingkat kecemasan diatas rata-rata normal dan mempersepsikan dunia dengan caranya sendiri. Gaya pengambilan gambar dan gaya editing pun seakan mengikuti jalan pikiran Oliver Tate, yang cukup random dan nyentrik untuk remaja seumurannya. Dengan jalan cerita dan "misi" yang cukup sederhana (di mata orang dewasa), namun film ini berhasil membuat misi tersebut menjadi lucu, kocak, memancing rasa penasaran, sekaligus menegangkan untuk diikuti.
Mungkin ini adalah film fiksi biopic yang paling jujur tentang seseorang. Lima menit pertama filmnya saja sudah membuat gue jatuh cinta dengan film ini. Adegan-adegan selanjutnya yang kemudian muncul pun menjadi justifikasi untuk semakin jatuh cinta dan tersentuh oleh film ini. Jalannya cerita dan kamera benar-benar sinkron dengan cara Oliver Tate memandang sekelilingnya. Narasi-narasinya yang naif dan membuat penonton seakan ingin membuka-buka kamus Theasaurus mengiringi jalan cerita dengan cara Oliver Tate sendiri. Soundtrack-soundtrack yang mengiringi beberapa adegan pun sangat mewakili adegan yang ditampilkan. Sepertinya Richard Ayoade sangat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menyutradarai film yang merupakan adaptasi dari novelnya Joe Dunthorne ini. Dengan gaya sinematografi, pemilihan tone warna, dan gaya editing yang unorthodox, rasanya cuma para pelaku sinema Inggris yang berani dan berhasil menggunakan cara tersebut menjadi sebuah film yang nyaman dan asik untuk ditonton.
gambar diambil dari sini |
Ini adalah akting pertama Craig Roberts dalam film layar lebar, namun ia terlihat sangat melebur dengan karakter Oliver Tate yang diperankannya. Mungkin karena perbedaan umur antara dia dan karakternya yang tidak terlalu jauh dan sama-sama dibesarkan di Wales membuat ia tidak kesulitan untuk menghidupkan karakternya. Yasmin Paige yang memerankan Jordana, gadis pujaan Oliver, pun sukses melahirkan rasa ngeri pada penonton karena tingkah lakunya, namun mampu mengambil hati penonton di setengah akhir film, terutama di menit-menit terakhir. Tidak lupa Noah Taylor dan Sally Hawkins sebagai orang tua dari Oliver, yang dengan kematangan aktingnya benar-benar mencuri adegan ketika karakter mereka tampil di layar. Salah satu adegan favorit gue adalah perbincangan antara Oliver dengan ayahnya di meja makan, dimana pembicaraan tersebut adalah seakan penjelasan mengenai judul film ini, adu akting antara Craig Roberts dan Noah Taylor sangat menyentuh dan segitu tajamnya mengiris kepribadian dan masa lalu dari karakter Oliver dan ayahnya.
gambar diambil dari sini |
Rating?
8 dari 10
Can’t wait to see this one.
BalasHapusDari reviewnya, terlihat semaking menjanjikan film ini.
oh di negeri Paman Sam sana belum keluar toh? mungkin kopi filmnya digilir sama si Joni yak ;p iya, worth to wait kok.
BalasHapusbelum dan pengen banget nonton film ini, tapi saya udah dengerin semua original soundtracknya, yang ngisi si Alex Turner, vox Arctic Monkeys.. :)
BalasHapusooooiya betul juga yah, Alex Turner! pantes musik-musiknya rada mirip! dengerin dimana, gan? bagi donk linknya :D
BalasHapusabis liat trailernya kemaren, kayaknya bagus ya filmnya, jadi penasaran
BalasHapus