The Rite
Sobekan tiket bioskop tertanggal 4 Maret 2011 adalah The Rite. Kalau tidak ada nama Anthony Hopkins dalam film ini, mungkin gue akan melewati film ini dengan mudah seperti gue melewatkan The Last Exorcism. Gue sudah cukup capek dan muak dengan film-film bertemakan exorcism tapi hanya menawarkan cerita dan formula yang sama. Apalagi yang sok-sok membawa iman dan kepercayaan padahal hanya pamer efek visual dan kaget-kagetan horor saja.
Alkisah seorang seminari asal Amerika, Michael Kovak (Colin O'Donoghue), yang sedang kehilangan iman kepercayaannya dan ingin keluar dari seminari, dikirim ke Vatikan untuk mengikuti kursus pengusiran setan. Di Vatikan, Michael Kovak bertemu dengan Romo Lucas (Anthony Hopkins) yang telah banyak makan asam garam dalam hal eksorsisme. Bersama Romo Lucas, Michael Kovak mempertanyakan kembali iman kepercayaannya dan mengulas kembali ketidakpercayaannya terhadap iblis.
Walaupun diberi label "inspired by true events", cerita dalam film ini sangat familiar. Seorang rohaniwan (walaupun bukan seorang pastor) yang sedang mempertanyakan kembali keyakinannya, "dipaksa" berhadapan langsung dengan iblis, dan kemudian mengulas kembali tentang iman kepercayaannya. The Exorcist beserta prekuel dan sekuelnya telah mengangkat tema yang sama. Gue memang tidak meragukan label "inspired by true events" ini karena gue tahu bahwa kejadian kerasukan setan itu memang nyata terjadi di dunia yang kita pijak sekarang ini. Tapi dari segi film, gue cukup kecewa dengan film ini.
Setengah awal film, gue cukup puas dan berharap banyak akan kelanjutan jalan cerita pada film ini. Sesuai dengan judul, film dibuka dengan bagaimana cara untuk membedakan seseorang benar-benar kerasukan setan atau "hanya" gejala schizophrenia atau epilepsi. Lalu sedikit diberi tips and trick secara garis besar untuk melakukan exorcism, dua yang paling utama adalah mengetahui berapa banyak setan yang merasuki dan siapa nama si iblis tersebut - dengan begitu sang exorcist dapat memiliki kendali dan dapat melanjutkan ritual pengusiran setan. Sampai berkenalan dengan Romo Lucas pun penonton diberi gambaran "kuliah praktek" dari ritual pengusiran setan, apalagi dengan cara Romo Lucas yang unorthodox. Namun setelah itu, jalan cerita tiba-tiba menjadi kehilangan arah dan memutuskan untuk lebih fokus pada horor-thriller daripada ritual pengusiran setan itu sendiri. Finale ritual pengusiran setan di akhir film pun, ah sayang sungguh sayang, kurang menggigit. Tampaknya film ini berat di judul.
Anthony Hopkins memang tampil baik sebagai romo yang (eh spoiler ga yah, tapi udah keliatan di trailer juga sih) kerasukan setan. Gue sangat suka dengan ekspresi datar dan tatapan mata yang tajam dari beliau, yang lumayan bikin gue merinding. Sungguhan, tatapan mata beberapa detik itu benar-benar masih menempel di kepala gue. Seakan gue sedang menatap kembali Dr. Hannibal Lecter dari masa lalu. Tapi semua itu menjadi hancur lebur ketika tim efek visual - yang gue yakin bermaksud baik untuk membuat Romo Lucas terlihat seperti kerasukan setan - memberikan penekanan disana-sini tetapi malah menghilangkan naturalnya akting Sir Anthony. Come on! Ini Sir Anthony Hopkins! Beliau engga butuh make-up atau visual effect untuk membuat karakternya tambah mengerikan! Oke untuk membuat seseorang tampak nyata sedang kerasukan setan memang butuh make-up dan efek visual, tapi kan tetap saja tidak perlu selebay itu. Diluar isu make-up dan efek visual, akting Sir Anthony sangat meyakinkan seperti biasanya.
Film ini memang mengantarkan penonton akan praktek pengusiran setan di dunia modern pada bagaimana Vatikan kembali memberikan pendidikan exorcism kepada para imamnya. Memang benar, kabar ini telah terdengar santer beberapa bulan lalu. Tidak lama setelah kabar itu tersebar, umat Katolik Indonesia dibuat kaget setelah mendengar dan membaca kesaksian Romo Santo yang berhadapan langsung - dan mengusir - Lucifer dari tubuh seorang mahasiswi di bulan November 2010 kemarin. Gue sebagai yang pernah bertemu dan kenal baik dengan sosok Romo Santo spontan cukup terkejut dan tersentuh dengan kesaksiannya. Gue rasa, kesaksian Romo Santo ini malah akan jauh lebih menarik diangkat menjadi film. Ada sineas Indonesia yang tertarik? Kesaksian Romo Santo tentang ritual pengusiran setan dadakannya bisa dibaca disini. Berhubung yang menulis adalah Romo Santo sendiri, jadi harap maklum ada banyak istilah Katolik di tulisannya.
Rating?
6 dari 10
Alkisah seorang seminari asal Amerika, Michael Kovak (Colin O'Donoghue), yang sedang kehilangan iman kepercayaannya dan ingin keluar dari seminari, dikirim ke Vatikan untuk mengikuti kursus pengusiran setan. Di Vatikan, Michael Kovak bertemu dengan Romo Lucas (Anthony Hopkins) yang telah banyak makan asam garam dalam hal eksorsisme. Bersama Romo Lucas, Michael Kovak mempertanyakan kembali iman kepercayaannya dan mengulas kembali ketidakpercayaannya terhadap iblis.
Walaupun diberi label "inspired by true events", cerita dalam film ini sangat familiar. Seorang rohaniwan (walaupun bukan seorang pastor) yang sedang mempertanyakan kembali keyakinannya, "dipaksa" berhadapan langsung dengan iblis, dan kemudian mengulas kembali tentang iman kepercayaannya. The Exorcist beserta prekuel dan sekuelnya telah mengangkat tema yang sama. Gue memang tidak meragukan label "inspired by true events" ini karena gue tahu bahwa kejadian kerasukan setan itu memang nyata terjadi di dunia yang kita pijak sekarang ini. Tapi dari segi film, gue cukup kecewa dengan film ini.
Setengah awal film, gue cukup puas dan berharap banyak akan kelanjutan jalan cerita pada film ini. Sesuai dengan judul, film dibuka dengan bagaimana cara untuk membedakan seseorang benar-benar kerasukan setan atau "hanya" gejala schizophrenia atau epilepsi. Lalu sedikit diberi tips and trick secara garis besar untuk melakukan exorcism, dua yang paling utama adalah mengetahui berapa banyak setan yang merasuki dan siapa nama si iblis tersebut - dengan begitu sang exorcist dapat memiliki kendali dan dapat melanjutkan ritual pengusiran setan. Sampai berkenalan dengan Romo Lucas pun penonton diberi gambaran "kuliah praktek" dari ritual pengusiran setan, apalagi dengan cara Romo Lucas yang unorthodox. Namun setelah itu, jalan cerita tiba-tiba menjadi kehilangan arah dan memutuskan untuk lebih fokus pada horor-thriller daripada ritual pengusiran setan itu sendiri. Finale ritual pengusiran setan di akhir film pun, ah sayang sungguh sayang, kurang menggigit. Tampaknya film ini berat di judul.
gambar diambil dari sini |
"Be careful, Michael. Not believing in the devil does not protect you from him."Dari segi cerita, film ini mengangkat premis yang menjadi lagu lama di film-film sehubungan dengan agama; jika Tuhan itu ada, apakah berarti setan itu ada? Premis ini yang dibawakan oleh seminaris Michael Kovak yang skeptis - tidak hanya pada setan tetapi ternyata juga kepada Tuhan. Tampaknya Hollywood masih hobi mengangkat premis ini menjadi barang dagangan mereka, ya memang bagus sih mengingat tingkat iman kepercayaan dan keyakinan akan Tuhan di negeri Paman Sam itu sedang merosot. Jalan cerita dalam film ini juga cukup baik untuk menyadarkan orang bahwa jika setan itu ada, maka Tuhan itu ada. Namun sayang, berdiri sebagai film, film ini bukanlah yang terbaik sebagai media untuk membantu meningkatkan keyakinan penonton. Walaupun harus gue akui ada beberapa dialog yang dapat ditarik dan dicermati dalam-dalam karena cukup bermakna karena
gambar diambil dari sini |
"If the devil exist, then so does God"Kembali ke film, boleh lah ditonton jika anda ingin tahu bagaimana gambaran melakukan pengusiran setan "yang benar". Tapi bagi anda yang mencari efek kejut horor-thriller, jangan menaruh ekspektasi anda terlalu tinggi.
Rating?
6 dari 10
Komentar
Posting Komentar