Limitless
Sobekan tiket bioskop tertanggal 30 Maret 2011 adalah Limitless. Melihat trailernya sekali sudah cukup untuk memancing ketertarikan gue akan film ini. Ide cerita yang baru dan menarik serta deretan cast yang rupawan. Diambangi oleh si ganteng Bradley Cooper dan didukung oleh Robert De Niro dan Anna Friel.
Seorang penulis yang kehabisan ide, serta baru putus dari pacarnya, Eddie Morra yakin bahwa kehidupan sedang tidak berpihak padanya dan masa depannya suram. Sampai ketika Eddie bertemu dengan teman lamanya yang memberinya sebuah obat yang tidak biasa; obat yang mampu mengaktifkan seluruh sel dan kemampuan otak manusia. Semenjak memakai obat itu, Eddie pun menjadi seseorang yang jauh lebih pintar, lebih berbakat, dan lebih percaya diri. Dengan kesuksesan yang diraihnya, tidak sedikit orang yang menginginkan obat tersebut dari tangan Eddie.
Rasa thriller yang dijanjikan film ini pun terbayarkan dengan baik. Setiap adegan kejar-kejaran berlangsung menegangkan, walaupun adegan-adegan semacam ini banyak ditemukan dalam film lain. Namun ada beberapa adegan kejar-kejaran yang kurang masuk diakal lantaran sulit dimengerti pilihan tindakan yang diambil. Akting pada cast-nya pun tidak terbilang buruk, namun bukan pula penampilan terbaik dari masing-masing aktor. Bradley Cooper seperti biasa, tampil flamboyan dan kece namun ia membuktikan bahwa dirinya bisa juga berakting depresif dan surviving dalam adegan-adegan thriller. Robert De Niro sekali lagi terjebak dalam karakter seseorang yang memiliki uang dan kuasa yang ingin melebarkan sayapnya, yang notabene tidak ada yang baru dalam pilihan karakter beliau di beberapa film sebelumnya. Yang mengejutkan adalah penampilan dari Anna Friel, yang walaupun hanya sebentar namun memberikan aura dan warna yang signifikan dalam perkembangan jalan cerita.
Yang harus diberi jempol adalah sinematografinya yang menarik. Cara pengambilan kamera dan pemilihan tone warna yang disesuaikan dengan meningkatnya kemampuan otak Eddie Morra terbilang cukup brilian. Kemampuan otak yang seperti melejit tinggi digambarkan dengan pilihan tone warna yang terang. Selain itu dengan terhubungkannya banyak sel otak akibat pengaruh obat misterius ini dapat membuat si pengguna melihat dan menganalisa kejadian yang akan terjadi. Hal tersebut digambarkan dengan beberapa adegan yang menggunakan efek zoom yang tanpa batas yang brilian, termasuk pada opening credit.
Ide dasar yang dibawa film ini memang intriguing dan layak untuk dipikirkan lebih lanjut; akan seperti apa jika kita dapat menggunakan kemampuan otak kita 100%. Namun menurut gue banyak adegan dalam film ini yang tampaknya akan dengan mudah terlupakan karena eksekusi cerita yang cenderung tidak menawarkan sesuatu yang baru.
Rating?
7 dari 10
Seorang penulis yang kehabisan ide, serta baru putus dari pacarnya, Eddie Morra yakin bahwa kehidupan sedang tidak berpihak padanya dan masa depannya suram. Sampai ketika Eddie bertemu dengan teman lamanya yang memberinya sebuah obat yang tidak biasa; obat yang mampu mengaktifkan seluruh sel dan kemampuan otak manusia. Semenjak memakai obat itu, Eddie pun menjadi seseorang yang jauh lebih pintar, lebih berbakat, dan lebih percaya diri. Dengan kesuksesan yang diraihnya, tidak sedikit orang yang menginginkan obat tersebut dari tangan Eddie.
I don't have a delusion of grandeur. But I have a recipe of grandeur.Benar saja, cerita kelewat menarik dan orisinil. Perkembangan jalan ceritanya pun cukup logis dan cenderung down to earth. Obat yang bisa memaksimalkan penggunaan otak manusia? Bukan tidak mungkin dunia modern, entah kapan, bisa menghasilkan obat semacam itu walaupun dengan efek samping yang ada. Kekuatan tidak terbatas, meminjam istilah yang dipakai dalam film ini - invincible, yang didapat hanya dengan memakan obat tersebut adalah sebuah hal yang sangat patut untuk diperebutkan banyak pihak, bahkan dengan taruhan nyawa.
Rasa thriller yang dijanjikan film ini pun terbayarkan dengan baik. Setiap adegan kejar-kejaran berlangsung menegangkan, walaupun adegan-adegan semacam ini banyak ditemukan dalam film lain. Namun ada beberapa adegan kejar-kejaran yang kurang masuk diakal lantaran sulit dimengerti pilihan tindakan yang diambil. Akting pada cast-nya pun tidak terbilang buruk, namun bukan pula penampilan terbaik dari masing-masing aktor. Bradley Cooper seperti biasa, tampil flamboyan dan kece namun ia membuktikan bahwa dirinya bisa juga berakting depresif dan surviving dalam adegan-adegan thriller. Robert De Niro sekali lagi terjebak dalam karakter seseorang yang memiliki uang dan kuasa yang ingin melebarkan sayapnya, yang notabene tidak ada yang baru dalam pilihan karakter beliau di beberapa film sebelumnya. Yang mengejutkan adalah penampilan dari Anna Friel, yang walaupun hanya sebentar namun memberikan aura dan warna yang signifikan dalam perkembangan jalan cerita.
gambar diambil dari sini |
Ide dasar yang dibawa film ini memang intriguing dan layak untuk dipikirkan lebih lanjut; akan seperti apa jika kita dapat menggunakan kemampuan otak kita 100%. Namun menurut gue banyak adegan dalam film ini yang tampaknya akan dengan mudah terlupakan karena eksekusi cerita yang cenderung tidak menawarkan sesuatu yang baru.
Rating?
7 dari 10
wah menarik nih blognya . . . tukeran link yuk kak . . .
BalasHapusdimonggo, kang. mampir lagi yah :D
BalasHapus