Ben-Hur
"Remake yang tidak dapat dibandingkan dengan versi klasiknya, tetapi masih dapat berdiri sendiri"
Judah Ben-Hur, seorang pangeran berdarah Yahudi memiliki saudara angkat laki-laki berdarah Romawi, Messala. Messala yang terobsesi untuk menjadi seseorang yang memiliki kuasa dan status, berhasil membuat dirinya jadi perwira tinggi di Kerajaan Romawi. Kemudian Ben-Hur secara tidak sengaja dituduh menjadi pengkhianat, dan menjadi budak sebagai hukumannya. Setelah kembali ke Yerusalem membawa dendam, pertemuannya dengan Yesus Kristus membawa Ben-Hur kepada pengampunan.
Di samping banyak orang yang menyayangkan dibuatnya proyek remake dari versi klasik, Ben-Hur versi 2016 ini sebenarnya jauh lebih dapat dinikmati oleh banyak orang. Lewat kemasan populer yang penuh dengan adegan aksi dan efek CGI, film ini jelas lebih mudah diakses ketimbang versi klasik tahun 1959 yang berdurasi tiga setengah jam tersebut. Diisi dengan jalan cerita yang menarik dan makna yang cukup dalam, Ben-Hur jelas menjadi sebuah film yang penuh pelajaran hidup.
Gue baru sadar bahwa kisah epik rivalitas persaudaraan antara Ben-Hur dan Messala adalah inspirasi utama dari banyak film dengan tema serupa, mulai dari Taegukgi (2004) dari Korea hingga Brothers (2004) dari Denmark. Tetapi melihat cerita ini dikisahkan kembali di tahun 2016, menonton Ben-Hur akan tampak sebagai sebuah cerita dengan tidak ada hal yang baru. Kecuali memang adegan klimaks chariot race yang sangat seru dan fenomenal tersebut.
Bagi gue sendiri, kisah Ben-Hur jelas menarik karena dalam hal fiktifnya, beberapa karakter yang ada dalam cerita ini bertemu dengan tokoh Yesus Kristus. Menariknya adalah kita bisa melihat bagaimana efek pertemuan tersebut, dan lebih jauh lagi, efek dari ajaran atau kata-kata dari Yesus terhadap kehidupan para karakter. Meski kisah ini fiktif, tetapi konsekuensi yang ada cukup logis dan masuk akal. Mulai dari rakyat biasa yang terpengaruh oleh ajaran-Nya, hingga pejabat Romawi yang merasa terancam dengan pengaruh yang disebarkan oleh Yesus.
Pada akhirnya, versi remake yang dihujat oleh banyak kritikus film ini hanya menjadi batu loncatan atau pengingat mengenai betapa agungnya versi klasik tahun 1959. Bagi para penonton awam yang belum mengenal Ben-Hur, film ini jelas menjadi pintu gerbang untuk memahami kisah epik ini. Sebagai pintu gerbang perkenalan terhadap Judah Ben-Hur, film ini memang cukup menghibur dan memiliki makna hidup jika ia berdiri sendiri. Tetapi dibandingkan dengan pendahulunya, jelas banyak sekali kekurangan yang ada dan membuat penonton versi klasiknya akan gigit jari.
USA | 2016 | Action / Drama | 125 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
Rating?
7 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 1 Oktober 2016 -
----------------------------------------------------------
Search Keywords:
Judah Ben-Hur, seorang pangeran berdarah Yahudi memiliki saudara angkat laki-laki berdarah Romawi, Messala. Messala yang terobsesi untuk menjadi seseorang yang memiliki kuasa dan status, berhasil membuat dirinya jadi perwira tinggi di Kerajaan Romawi. Kemudian Ben-Hur secara tidak sengaja dituduh menjadi pengkhianat, dan menjadi budak sebagai hukumannya. Setelah kembali ke Yerusalem membawa dendam, pertemuannya dengan Yesus Kristus membawa Ben-Hur kepada pengampunan.
Di samping banyak orang yang menyayangkan dibuatnya proyek remake dari versi klasik, Ben-Hur versi 2016 ini sebenarnya jauh lebih dapat dinikmati oleh banyak orang. Lewat kemasan populer yang penuh dengan adegan aksi dan efek CGI, film ini jelas lebih mudah diakses ketimbang versi klasik tahun 1959 yang berdurasi tiga setengah jam tersebut. Diisi dengan jalan cerita yang menarik dan makna yang cukup dalam, Ben-Hur jelas menjadi sebuah film yang penuh pelajaran hidup.
Gue baru sadar bahwa kisah epik rivalitas persaudaraan antara Ben-Hur dan Messala adalah inspirasi utama dari banyak film dengan tema serupa, mulai dari Taegukgi (2004) dari Korea hingga Brothers (2004) dari Denmark. Tetapi melihat cerita ini dikisahkan kembali di tahun 2016, menonton Ben-Hur akan tampak sebagai sebuah cerita dengan tidak ada hal yang baru. Kecuali memang adegan klimaks chariot race yang sangat seru dan fenomenal tersebut.
Bagi gue sendiri, kisah Ben-Hur jelas menarik karena dalam hal fiktifnya, beberapa karakter yang ada dalam cerita ini bertemu dengan tokoh Yesus Kristus. Menariknya adalah kita bisa melihat bagaimana efek pertemuan tersebut, dan lebih jauh lagi, efek dari ajaran atau kata-kata dari Yesus terhadap kehidupan para karakter. Meski kisah ini fiktif, tetapi konsekuensi yang ada cukup logis dan masuk akal. Mulai dari rakyat biasa yang terpengaruh oleh ajaran-Nya, hingga pejabat Romawi yang merasa terancam dengan pengaruh yang disebarkan oleh Yesus.
Pada akhirnya, versi remake yang dihujat oleh banyak kritikus film ini hanya menjadi batu loncatan atau pengingat mengenai betapa agungnya versi klasik tahun 1959. Bagi para penonton awam yang belum mengenal Ben-Hur, film ini jelas menjadi pintu gerbang untuk memahami kisah epik ini. Sebagai pintu gerbang perkenalan terhadap Judah Ben-Hur, film ini memang cukup menghibur dan memiliki makna hidup jika ia berdiri sendiri. Tetapi dibandingkan dengan pendahulunya, jelas banyak sekali kekurangan yang ada dan membuat penonton versi klasiknya akan gigit jari.
USA | 2016 | Action / Drama | 125 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
Rating?
7 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 1 Oktober 2016 -
----------------------------------------------------------
Search Keywords:
- review film ben hur
- review ben hur
- ben hur review
- resensi film ben hur
- resensi ben hur
- ulasan ben hur
- ulasan film ben hur
- sinopsis film ben hur
- sinopsis ben hur
- cerita ben hur
- jalan cerita ben hur
Komentar
Posting Komentar