Spotlight

"Drama investigatif yang jujur dalam menguak kasus memalukan di tubuh Gereja Katolik"

Sekelompok wartawan investigatif bernama Spotlight dari harian Boston Globe, ditugaskan oleh editor barunya untuk menyelidiki kasus sex abuse seorang pastor pada anak. Ternyata penyelidikan mereka membawa pada kasus yang lebih besar lagi daripada kasus dalam skala individual. Mencari tahu lewat berbagai pengacara, hingga tubuh Gereja Katolik sendiri, mereka mencurigai setidaknya ada 83 pastor di Boston yang melakukan kekerasan seksual pada anak. Namun penyelidikan mereka tidak semudah itu karena mereka berhadapan pada institusi tertua dan terkuat di dunia, yang lihai menyembunyikan fakta hingga dokumen legal.

Dengan bagaimana gue bisa terpengaruh secara emosional, tampaknya Spotlight karya sutradara Tom McCarthy ini cukup sukses dalam menceritakan kisahnya hingga penonton dapat larut penuh dalam film. Ini adalah tipikal film jurnalistik dimana berisi kegigihan para wartawan investigasi dalam mengungkap sebuah kasus. Meski memiliki genre drama, tetapi cara bertutur film ini cukup menegangkan dengan bagaimana setiap fakta baru yang mengejutkan disajikan secara beruntun. Rasa penasaran pun terus dipancing keluar, bahkan hingga akhir menit ke-128.



Deretan cast-nya jelas menjadi kekuatan pendukung yang sempurna bagi jalan cerita yang sangat menarik ini. Masing-masing dari Michael Keaton, Mike Ruffalo, Rachel McAdams, Liev Schreiber, dan John Slattery tampil nyaris sempurna, dan bahkan tidak terlihat menonjol antara satu dengan yang lain. Ketika mereka semua bersama dalam satu layar, kita sedang disuguhkan oleh parade akting yang sangat menghibur dan natural oleh para aktor dan aktris papan atas ini. 

Sebagai orang Katolik, menonton film ini membuat hati gue tersayat-sayat. Apalagi gue memang mengikuti perkembangan kasus ini sejak skandal ini terkuak tahun 2003 lalu. Namun gue masih tidak dapat membayangkan betapa kotor dan luar biasa sistematisnya Gereja Katolik menutupi kasus ini serapat mungkin selama tiga dekade lebih. Rasa malu jelas menempel pada muka (dan KTP) gue dengan kasus yang ternyata tidak hanya terjadi di AS saja, tetapi juga di seluruh dunia.


Meski Paus Fransiskus belum mengeluarkan pernyataan khusus, bisa dibilang Vatikan memberikan silent approval pada film ini. Beliau sendiri menerapkan kebijakan zero-tolerance pada kasus pastor yang melakukan kekerasan seksual pada anak dengan membuat satu badan khusus di Vatikan. Berbagai sumber di Vatikan juga secara terang-terangan memuji film ini sebagai film yang jujur dalam menggambarkan sejarah gelap Gereja Katolik. 

Seperti yang pernah diutarakan oleh para pembuat film, mereka hanya berniat untuk menampilkan kisah para jurnalis yang gigih dalam mengungkap suatu kasus. Kebetulan saja contoh kasus yang dipilih adalah salah satu kasus rumit dengan tingkat revelasi yang cukup mengejutkan. Bayangkan, sebuah fakta yang telah ditutupi selama tiga puluh tahun lebih oleh berbagai institusi hukum di AS, berhasil dibuka oleh kelompok wartawan ini. Jelas ini menjadi tonggak baru bagi pemberantasan kasus penganiayaan seksual pada anak, khususnya di institusi besar dan sistematis lainnya.


USA | 2015 | Drama | 128 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1

Rating?
9 dari 10

Won for Best Motion Picture, Best Original Screenplay, Nominated for Best Supporting Actor (Mark Ruffalo), Best Supporting Actress (Rachel McAdams), Best Director, Best Editing, Academy Awards, 2016.

Nominated for Best Picture, Best Director, Best Screenplay, Golden Globes, 2016.

Won for Best Original Screenplay, Nominated for Best Supporting Actor (Mark Ruffalo), Best Film, BAFTA Awards, 2016.

- sobekan tiket bioskop tanggal 12 Februari 2016 -

Komentar

  1. Halo Pak Timo! Well to be honest, sy dengan sangat sengaja me(n)-stalk path Bapak hanya untuk membaca review tentang film ini (baru nonton minggu lalu setelah sekian lama mencari kesempatan nonton, :p)

    It's a good review and it's a great movie. Spotlight pantas menang Oscar. Dan saya berharap nilai jurnalistik yang mulia untuk membongkar tabir gelap dengan fakta2 selalu ada dan juga bagi institusi Gereja Katolik dapat lebih memperbaiki diri.

    Salam,
    Edrick

    BalasHapus

Posting Komentar