The Book of Eli


sobekan tiket bioskop tertanggal 10 April 2010 adalah The Book of Eli. semenjak kemunculannya di trailer sewaktu gue masih di Manila, gue sudah berniat untuk menonton film ini. meskipun gue engga terlalu ngeh tentang cerita dalam film ini tentang apa, tapi kehadiran Denzel Washington sudah cukup menstimulus niat gue untuk menonton film ini.

Setelah sebuah perang yang membuat bumi menjadi dunia tandus tanpa hukum, seorang pejuang tunggal bernama Eli (Denzel Washington) harus bertarung melintasi Amerika demi melindungi sebuah buku suci yang merupakan kunci keselamatan umat manusia. Didorong oleh keyakinannya bahwa ada sesuatu yang lebih besar daripada dirinya, Eli harus terus berjalan untuk menyelamatkan keberadaban manusia yang telah porak-poranda. Hanya satu orang lain yang memahami besarnya kekuasaan di tangan Eli, dan bertekad untuk merampasnya untuk dirinya sendiri: Carnegie (Gary Oldman).

wah, another post-apocalyptic movie. tapi harus gue akui, cerita yang satu ini sangat menarik dan cukup orisinil. siapa yang sangka, akan ada satu buku yang menjadi paling dicari-cari dan diperebutkan oleh umat manusia setelah kehancuran peradaban manusia pasca-perang besar di bumi... bagi kebanyakan penonton film ini, gue bisa duga mereka pasti berpikir, "kenapa bisa sampai ada orang-orang yang mati-matian mempertahankan buku itu? sebegitu besarkah pengaruh buku itu terhadap manusia??" dan jawaban gue, justru cerita itu sangat sangat masuk akal. ketika peradaban manusia hancur dan tidak ada lagi pemerintah dan hukum yang mengatur hidup manusia, setiap individu yang hidup menjadi tidak memiliki tujuan hidup. hal yang dominan bagi setiap individu hanyalah bertahan hidup dengan air, makanan, dan tempat tinggal. dengan dunia yang hancur lebur, manusia kehilangan harapan dan tujuan hidup. dengan masyarakat yang hanya hidup dengan kebutuhan dasar, mereka akan mudah percaya dan mengikuti seseorang yang dapat menyediakan kebutuhan dasar mereka, terlebih lagi yang memberikan harapan dan tujuan hidup; spiritualitas.

kita bisa lihat dalam film ini bahwa kehidupan manusia yang hancur lebur karena perang, seperti kembali ke jaman purba, dimana uang menjadi langka dan perdagangan kembali ke era barter atau pertukaran barang. kita tentu ingat bagaimana nenek moyang kita yang begitu mudah percaya bahwa ada sesuatu yang lebih besar daripada mereka yang mengatur alam semesta; hujan, badai, petir, angin ribut, gempa bumi, dll. pemahaman (dan kehausan) manusia akan sesuatu yang lebih besar dan lebih kuat ini akan sangat dipuaskan jika ada seseorang atau sesuatu yang menyediakan (atau menuliskan) secara konkret tentang spiritualitas ini. dan inilah sebabnya, 'buku suci' ini menjadi senjata yang sangat kuat untuk mempengaruhi masyarakat, menurut penuturan Carnegie, si tokoh antagonis dalam film ini.

dan menurut gue, film ini bukan film tentang Christianity. gue rasa, 'buku suci' ini pun bisa diganti dengan 'buku suci' manapun. menurut gue, karena yang utama adalah bukan jenis bukunya, tapi tentang spiritualitas itu sendiri, bahwa ternyata kebutuhan primer manusia tidak hanya pangan, sandang, dan papan tetapi juga pemahaman akan sesuatu yang lebih besar dan lebih kuat daripada mereka.

selain sarat dengan makna, film ini juga engga lepas dari adegan action yang ada. utnuk para action-junkie, anda akan dipuaskan dengan adegan tembak-menembak yang cukup brilian. tidak hanya pertarungan dengan pistol dan senapan, tapi anda juga akan disuguhkan dengan kemampuan bela diri dari Washington sendiri, yang konon tidak menggunakan pemeran pengganti untuk setiap adegan bela diri.

mengenai karakter Eli, Washington berhasil menyuguhkan sebuah karakter jagoan pengelana yang tidak hanya jago bertarung dan menembak, tetapi juga sangat manusiawi dan cenderung bijak. mungkin sekilas jika kita melihat karakter Eli, kita akan ingat karakter Robert Neville (Will Smith) dalam I Am Legend. tapi menurut gue, Washington berhasil menghidupkan karakter Eli dengan sangat brilian, dan tetap dengan ciri khas Washington sendiri.

segi teknis, film ini cukup brilian dalam menggambarkan kondisi dunia pasca-kehancuran. dengan score-score yang simpel namun sangat mendukung suasana kering dan sepi. gue cukup terpukau dengan sinematografi yang digunakan dalam film ini, terutama pada adegan klimaks tembak menembak antara Eli dengan para penjahat.

bagi yang suka dengan film ini, termasuk gue, pasti akan tergelitik untuk menonton film ini sekali lagi hanya untuk mengecek fakta penting yang baru terungkap di detik terakhir film.

high recommended for watching!

rating?
8,9 of 10

Komentar

  1. sebagai bukan penggemar film 'paska-kiamat' saya sih cukup suka sama yg ini. enjoyable, meski nothing really special :)

    BalasHapus
  2. sebagai bukan penggemar film 'paska-kiamat' saya sih cukup suka sama yg ini. enjoyable, meski nothing really special :)

    BalasHapus
  3. yaaaap, benar sekali...rasanya ingin menonton sekali lagi demi memastikan fakta yg terkuak di akhir film ini...dan bertanya "masa sih?"
    :)

    BalasHapus
  4. Kalo saya pribadi lebih suka The Road, lebih kerasa suasana habis bencananya :)



    my simple opinion:
    www.movfreak.co.cc

    BalasHapus

Posting Komentar