The Road
sobekan tiket bioskop tertanggal 22 April 2010 adalah The Road. awalnya gue engga terlalu tertarik untuk nonton film ini. tapi setelah melihat trailernya dan tahu bahwa film ini diangkat dari novel karya Cormac McCarthy (No Country for Old Men), gue jadi tertarik dan penasaran akan film ini.
bercerita tentang perjalanan seorang ayah dan anaknya ke Selatan setelah bumi hancur oleh suatu keadaan bencana. kehancuran bumi membuat seluruh hewan dan bahan pangan habis, sehingga manusia yang tersisa bertahan hidup dengan makanan seadanya.
aha, another post-apocalyptic movie. memang sih nonton film ini, secara automatis gue membandingkan dengan The Book of Eli. karena memang ide dasar ceritanya cukup mirip; perjalanan seseorang menuju suatu tempat, untuk bertahan hidup di tengah bumi yang hancur karena suatu keadaan bencana.
pada The Book of Eli, cerita berjalan seakan-akan sosok Eli adalah sosok pahlawan penumpas kejahatan dan pembela kebenaran. namun pada film ini, cerita lebih berpusat kepada kehidupan manusia yang mencoba bertahan hidup dengan segala cara melawan ganasnya dingin dan langkanya bahan makanan. seakan-akan pilihan untuk hidup menjadi sempit, antara menjadi pemakan sesama manusia atau bunuh diri.
yang gue suka pada film ini adalah, cerita pada film ini benar-benar manusiawi. dalam artian, bila kita berada pada situasi seperti yang diceritakan pada film tersebut, tentunya kita akan melakukan hal yang sama; bertahan hidup dengan tidak memakan sesama dan tidak bunuh diri adalah cara yang benar-benar sulit untuk dijalani.
oya, film ini tipikal film-film non-Hollywood yang menjanjikan hiburan. sebaliknya, banyak sekali makna kemanusiaan yang terdapat dalam film ini. suasana film ini suram dan gelap, terlihat dari tone warna yang buram. suasana suram ini diperkuat oleh sepi dan alur yang berjalan lambat. wajar kalau di akhir cerita, penonton merasa capai karena diajak bertualang dan menghindari segala macam bahaya.
recommended for watching bagi pencinta film post-apocalyptic.
rating?
7,5 of 10.
bercerita tentang perjalanan seorang ayah dan anaknya ke Selatan setelah bumi hancur oleh suatu keadaan bencana. kehancuran bumi membuat seluruh hewan dan bahan pangan habis, sehingga manusia yang tersisa bertahan hidup dengan makanan seadanya.
aha, another post-apocalyptic movie. memang sih nonton film ini, secara automatis gue membandingkan dengan The Book of Eli. karena memang ide dasar ceritanya cukup mirip; perjalanan seseorang menuju suatu tempat, untuk bertahan hidup di tengah bumi yang hancur karena suatu keadaan bencana.
pada The Book of Eli, cerita berjalan seakan-akan sosok Eli adalah sosok pahlawan penumpas kejahatan dan pembela kebenaran. namun pada film ini, cerita lebih berpusat kepada kehidupan manusia yang mencoba bertahan hidup dengan segala cara melawan ganasnya dingin dan langkanya bahan makanan. seakan-akan pilihan untuk hidup menjadi sempit, antara menjadi pemakan sesama manusia atau bunuh diri.
yang gue suka pada film ini adalah, cerita pada film ini benar-benar manusiawi. dalam artian, bila kita berada pada situasi seperti yang diceritakan pada film tersebut, tentunya kita akan melakukan hal yang sama; bertahan hidup dengan tidak memakan sesama dan tidak bunuh diri adalah cara yang benar-benar sulit untuk dijalani.
oya, film ini tipikal film-film non-Hollywood yang menjanjikan hiburan. sebaliknya, banyak sekali makna kemanusiaan yang terdapat dalam film ini. suasana film ini suram dan gelap, terlihat dari tone warna yang buram. suasana suram ini diperkuat oleh sepi dan alur yang berjalan lambat. wajar kalau di akhir cerita, penonton merasa capai karena diajak bertualang dan menghindari segala macam bahaya.
recommended for watching bagi pencinta film post-apocalyptic.
rating?
7,5 of 10.
Komentar
Posting Komentar