Detroit - Review
"Dramatisasi kisah nyata isu rasialis yang sangat menegangkan sekaligus menggemaskan"
Film ini bercerita tentang kisah nyata kerusuhan rasial di Detroit tahun 1967. Setelah penyerbuan polisi terhadap sebuah klub malam milik kulit hitam, mayoritas warga kulit hitam pun melakukan kerusuhan dengan penjarahan dan pembakaran toko-toko di kota Detroit. Kemudian tindak kekerasan mengerucut di Motel Algiers, di mana gugus tugas gabungan polisi dan tentara menyerbu setelah terdengar letusan senjata di motel tersebut. Para tamu motel pun menjadi korban kekerasan para penegak hukum, yang hingga kini detil kejadiannya masih simpang siur.
Detroit adalah film drama kriminal yang sangat kental dengan isu sosial, yang bertujuan untuk menjadi pengingat pahit insiden yang terjadi 50 tahun lalu. Sebuah insiden pahit yang sangat disayangkan, mengingat isu rasialis ini terjadi di era modern. Jika anda termasuk penonton yang sangat miris melihat 12 Years A Slave (2013), maka Detroit akan meningkatkan kemirisan tersebut bercampur gemas dan kesal. Tahun 1967 dan perilaku rasis seperti itu masih saja terjadi?
Jujur saja, kalau bukan nama sutradara Kathryn Bigelow dan penulis naskah Mark Boal, mungkin gue akan dengan mudah melewatkan film ini. Ini adalah kolaborasi ketiga mereka setelah The Hurt Locker (2008) dan Zero Dark Thirty (2012) yang dua-duanya sarat dengan penghargaan Oscar. Bukan tidak mungkin, judul Detroit akan disebut-sebut dalam salah satu nominasi Oscar 2018, mengingat film ini juga sama-sama mengangkat isu sosial yang sangat penting - dan cenderung disukai oleh juri-juri Oscar.
Dalam Detroit, Kathryn Bigelow masih mempertahankan gaya bercerita visualnya dengan teknik kamera shaky handheld. Konsep ini sangat mempengaruhi emosi penonton, seakan-akan adegan kekerasan dan penuh ketegangan di dalam motel Algiers berada tepat di depan mata. Teknik kamera yang bergetar tanpa stabilisasi gambar, benar-benar cocok dan meningkatkan ketegangan dalam melihat kekejaman para penegak hukum, yang beroposisi dengan reaksi pasrah dan ketakutan para korban.
Ketika gue merasa ingin meninju satu-dua karakter yang ada di layar karena saking kesalnya, artinya pujian layak dilayangkan pada penampilan akting mereka. Will Poulter, yang kita sebagai penonton sudah terbiasa kesal dengan karakter-karakter yang dia bawakan seperti dalam The Maze Runner (2014) atau The Revenant (2015), membuat seakan-akan mengesalkannya karakter tersebut tidak apa-apanya. Perannya sebagai polisi yang memimpin penyerangan dan investigasi di motel Algiers tersebut sangat meyakinkan, membuat gue berharap dia tidak mendapat ancaman nyawa setelah perannya dalam film tersebut. Di sisi lain, Algee Smith sebagai salah satu korban yang berada di tempat dan waktu yang salah, juga patut diberi acungan jempol. Penampilannya begitu bersinar di antara korban-korban lain, dan cenderung menonjol untuk mendapatkan empati penonton.
Sayangnya, film ini tidak mendapat promosi yang signifikan dan tenggelam di antara popularitas film-film blockbuster yang sedang rilis di Indonesia. Kemungkinan besar karena sinopsis yang diangkat tidak memiliki relasi yang dekat dengan penonton Indonesia. Kalau ada yang menonton pun, mungkin itu karena aktor John Boyega yang sedang naik daun karena Star Wars. Tetapi film ini sangat powerful dalam bercerita, dan membawa isu sosial yang sangat penting. Selain itu, Detroit juga menjadi film yang sangat rapi dalam pembuatan dan eksekusinya, di mana penonton bisa larut dalam emosi meski hanya dalam medium audio visual.
Rating?
USA | 2017 | Crime / Drama / History | 143 mins | Flat Aspect Ratio 1.85 : 1
- sobekan tiket bioskop tanggal 21 September 2017 -
----------------------------------------------------------
Film ini bercerita tentang kisah nyata kerusuhan rasial di Detroit tahun 1967. Setelah penyerbuan polisi terhadap sebuah klub malam milik kulit hitam, mayoritas warga kulit hitam pun melakukan kerusuhan dengan penjarahan dan pembakaran toko-toko di kota Detroit. Kemudian tindak kekerasan mengerucut di Motel Algiers, di mana gugus tugas gabungan polisi dan tentara menyerbu setelah terdengar letusan senjata di motel tersebut. Para tamu motel pun menjadi korban kekerasan para penegak hukum, yang hingga kini detil kejadiannya masih simpang siur.
Detroit adalah film drama kriminal yang sangat kental dengan isu sosial, yang bertujuan untuk menjadi pengingat pahit insiden yang terjadi 50 tahun lalu. Sebuah insiden pahit yang sangat disayangkan, mengingat isu rasialis ini terjadi di era modern. Jika anda termasuk penonton yang sangat miris melihat 12 Years A Slave (2013), maka Detroit akan meningkatkan kemirisan tersebut bercampur gemas dan kesal. Tahun 1967 dan perilaku rasis seperti itu masih saja terjadi?
John Boyega dalam Detroit (2017) |
Dalam Detroit, Kathryn Bigelow masih mempertahankan gaya bercerita visualnya dengan teknik kamera shaky handheld. Konsep ini sangat mempengaruhi emosi penonton, seakan-akan adegan kekerasan dan penuh ketegangan di dalam motel Algiers berada tepat di depan mata. Teknik kamera yang bergetar tanpa stabilisasi gambar, benar-benar cocok dan meningkatkan ketegangan dalam melihat kekejaman para penegak hukum, yang beroposisi dengan reaksi pasrah dan ketakutan para korban.
Will Poulter dan Anthony Mackie dalam Detroit (2017) |
Sayangnya, film ini tidak mendapat promosi yang signifikan dan tenggelam di antara popularitas film-film blockbuster yang sedang rilis di Indonesia. Kemungkinan besar karena sinopsis yang diangkat tidak memiliki relasi yang dekat dengan penonton Indonesia. Kalau ada yang menonton pun, mungkin itu karena aktor John Boyega yang sedang naik daun karena Star Wars. Tetapi film ini sangat powerful dalam bercerita, dan membawa isu sosial yang sangat penting. Selain itu, Detroit juga menjadi film yang sangat rapi dalam pembuatan dan eksekusinya, di mana penonton bisa larut dalam emosi meski hanya dalam medium audio visual.
Rating?
USA | 2017 | Crime / Drama / History | 143 mins | Flat Aspect Ratio 1.85 : 1
- sobekan tiket bioskop tanggal 21 September 2017 -
----------------------------------------------------------
- review film detroit john boyega
- review detroit john boyega
- detroit john boyega movie review
- detroit john boyega film review
- resensi film detroit john boyega
- resensi detroit john boyega
- ulasan detroit john boyega
- ulasan film detroit john boyega
- sinopsis film detroit john boyega
- sinopsis detroit john boyega
- cerita detroit john boyega
- jalan cerita detroit john boyega
Komentar
Posting Komentar