It - Review
"Film horor yang sangat menyenangkan untuk ditonton, dengan karakter anak-anak yang sangat menggemaskan sebagai penyeimbang karakter Pennywise yang sangat mengerikan"
Di kota kecil Derry, satu demi satu anak menghilang tanpa jejak, termasuk adik dari Bill yang lebih dulu menghilang setahun yang lalu. Bill dan teman-temannya pun mulai mengalami teror dari iblis jahat yang mengambil bentuk sebagai badut. Ketika nyawa mulai terancam, mereka pun harus bekerja sama dan bersatu untuk mengungkap teror si badut Pennywise.
Kisah novel Stephen King yang pernah diadaptasi dalam bentuk televisi miniseri dengan dua episode tahun 1990 ini, akhirnya mendapatkan tempat adaptasi dalam bentuk layar lebar. Pada masanya, kisah antara badut Pennywise dengan anak-anak 12 tahun ini sangat fenomenal sebagai perpaduan antara drama coming-of-age dan horor. Fenomena ini yang kemudian menginspirasi banyak sineas, dan salah satunya termanifestasi dengan sangat baik dalam serial Stranger Things, lengkap dengan kelompok anak laki-laki dengan satu gadis yang mengendarai sepeda dalam kota kecil.
Rasanya sudah sejak lama, setidaknya setelah Under the Shadow (2016), akhirnya gue menonton film horor dengan jalan cerita yang sangat signifikan dan mendapat porsi utama. Latar belakang setiap anak dalam klub The Losers diceritakan secara mendetil, termasuk hubungan mereka dengan orang tua atau teman sekolah yang lain. Sebuah pendekatan yang terbilang langka di genre film horor, yang biasanya hanya fokus pada adegan yang menakutkan. Tetapi pendekatan perkembangan setiap karakter ini jelas penting, karena justru latar belakang inilah yang menjadi target teror dari Pennywise. Memahami latar belakang dan ketakutan setiap anak, menjadi lebih mengerikan ketika Pennywise memanifestasikan ketakutan tersebut dalam bentuk nyata di depan mata mereka. Mungkin di sini peran sutradara Andy Muschietti patut diberi acungan jempol, mengingat arahannya dalam Mama (2013) yang mampu memancing empati penonton.
Tidak hanya segi cerita, karakterisasi anak-anak yang ada juga dibuat sangat menggemaskan dan menghibur - efektif sebagai penyeimbang dari horornya teror Pennywise. Di titik ini kita bisa menilai bahwa perkembangan karakter yang ada sudah digambarkan dengan sangat baik. Setiap tingkah polah mereka pasti akan mengundang tawa, atau bahkan umpatan simpati ketika si gadis hanya memberikan tepuk pundak pada satu anak laki-laki dan kemudian memeluk anak lainnya. Bagi fans Stranger Things, siap-siap teralihkan dengan penampilan Finn Wolfhard dengan karakter yang jauh berbeda namun sama menggemaskannya. Semoga dia tidak bosan bermain film di setting tahun 80-an dengan bersepeda di kota kecil untuk mencari temannya yang hilang.
Memang banyak yang meragukan remake It, apalagi penampilan Tim Curry sebagai Pennywise yang sangat berkesan. Tetapi tampaknya Bill Skaarsgard tidak hanya berhasil menepis keraguan tersebut, tetapi juga menampilkan karakter Pennywise yang jauh berbeda dibandingkan versi Tim Curry. Dalam film ini, sekelompok anak yang unyu-unyu ini akan berhadapan dengan Pennywise yang sosiopat dan kekanak-kanakan, ditambah dengan ciri khas tawa yang sangat mengerikan.
Pada akhirnya, It menjadi film horor yang sangat - sangat - menyenangkan untuk ditonton. Tingkat keseramannya mungkin tidak bisa dibandingkan dengan Insidious atau The Conjuring, karena It murni berfokus pada segi cerita. Jadi untuk para penikmat horor, ekspektasi untuk mengalami adegan-adegan horor harus diturunkan. It adalah sebuah film yang lengkap, dengan drama dan kisah setiap karakter, kelucuan dan kegemasan anak-anak yang menimbulkan rasa hangat di dada, serta sesekali teror mengerikan dari Pennywise.
USA | 2017 | Drama / Horror | 134 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
Rating?
9 dari 10
----------------------------------------------------------
Di kota kecil Derry, satu demi satu anak menghilang tanpa jejak, termasuk adik dari Bill yang lebih dulu menghilang setahun yang lalu. Bill dan teman-temannya pun mulai mengalami teror dari iblis jahat yang mengambil bentuk sebagai badut. Ketika nyawa mulai terancam, mereka pun harus bekerja sama dan bersatu untuk mengungkap teror si badut Pennywise.
Kisah novel Stephen King yang pernah diadaptasi dalam bentuk televisi miniseri dengan dua episode tahun 1990 ini, akhirnya mendapatkan tempat adaptasi dalam bentuk layar lebar. Pada masanya, kisah antara badut Pennywise dengan anak-anak 12 tahun ini sangat fenomenal sebagai perpaduan antara drama coming-of-age dan horor. Fenomena ini yang kemudian menginspirasi banyak sineas, dan salah satunya termanifestasi dengan sangat baik dalam serial Stranger Things, lengkap dengan kelompok anak laki-laki dengan satu gadis yang mengendarai sepeda dalam kota kecil.
Rasanya sudah sejak lama, setidaknya setelah Under the Shadow (2016), akhirnya gue menonton film horor dengan jalan cerita yang sangat signifikan dan mendapat porsi utama. Latar belakang setiap anak dalam klub The Losers diceritakan secara mendetil, termasuk hubungan mereka dengan orang tua atau teman sekolah yang lain. Sebuah pendekatan yang terbilang langka di genre film horor, yang biasanya hanya fokus pada adegan yang menakutkan. Tetapi pendekatan perkembangan setiap karakter ini jelas penting, karena justru latar belakang inilah yang menjadi target teror dari Pennywise. Memahami latar belakang dan ketakutan setiap anak, menjadi lebih mengerikan ketika Pennywise memanifestasikan ketakutan tersebut dalam bentuk nyata di depan mata mereka. Mungkin di sini peran sutradara Andy Muschietti patut diberi acungan jempol, mengingat arahannya dalam Mama (2013) yang mampu memancing empati penonton.
Tidak hanya segi cerita, karakterisasi anak-anak yang ada juga dibuat sangat menggemaskan dan menghibur - efektif sebagai penyeimbang dari horornya teror Pennywise. Di titik ini kita bisa menilai bahwa perkembangan karakter yang ada sudah digambarkan dengan sangat baik. Setiap tingkah polah mereka pasti akan mengundang tawa, atau bahkan umpatan simpati ketika si gadis hanya memberikan tepuk pundak pada satu anak laki-laki dan kemudian memeluk anak lainnya. Bagi fans Stranger Things, siap-siap teralihkan dengan penampilan Finn Wolfhard dengan karakter yang jauh berbeda namun sama menggemaskannya. Semoga dia tidak bosan bermain film di setting tahun 80-an dengan bersepeda di kota kecil untuk mencari temannya yang hilang.
Memang banyak yang meragukan remake It, apalagi penampilan Tim Curry sebagai Pennywise yang sangat berkesan. Tetapi tampaknya Bill Skaarsgard tidak hanya berhasil menepis keraguan tersebut, tetapi juga menampilkan karakter Pennywise yang jauh berbeda dibandingkan versi Tim Curry. Dalam film ini, sekelompok anak yang unyu-unyu ini akan berhadapan dengan Pennywise yang sosiopat dan kekanak-kanakan, ditambah dengan ciri khas tawa yang sangat mengerikan.
Pada akhirnya, It menjadi film horor yang sangat - sangat - menyenangkan untuk ditonton. Tingkat keseramannya mungkin tidak bisa dibandingkan dengan Insidious atau The Conjuring, karena It murni berfokus pada segi cerita. Jadi untuk para penikmat horor, ekspektasi untuk mengalami adegan-adegan horor harus diturunkan. It adalah sebuah film yang lengkap, dengan drama dan kisah setiap karakter, kelucuan dan kegemasan anak-anak yang menimbulkan rasa hangat di dada, serta sesekali teror mengerikan dari Pennywise.
USA | 2017 | Drama / Horror | 134 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
Rating?
9 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 5 September 2017 -
- review film it stephen king
- review it stephen king
- it stephen king movie review
- it stephen king film review
- resensi film it stephen king
- resensi it stephen king
- ulasan it stephen king
- ulasan film it stephen king
- sinopsis film it stephen king
- sinopsis it stephen king
- cerita it stephen king
- jalan cerita it stephen king
Komentar
Posting Komentar