Story of Kale: When Someone's In Love - Review
Berhubung Story of Kale ini malah rame ngomongin bajak-bajakan dan kale dan argo ngeselin, ada satu poin penting yang sayang malah tenggelam gak diomongin; kombinasi maut physical and verbal abuse + gaslighting + passive aggresive jadilah toxic relationship.
Gue sih seneng ya selain Posesif, ada film lokal lagi yang ngebahas soal toxic relationship. Apalagi kali ini direpresentasikan lewat dua karakter di sekitar si cewe. Ya harusnya judulnya Story of Dinda kali ya, tapi ya udahlah. Lagipula jarang-jarang kan film Indonesia ngebahas break up story, biar nggak kalah sama Hollywood gitu yang udah punya Blue Valentine dan kawan-kawannya.
Durasi 77 menit lumayan cukup panjang lah ya buat ngelihat dua orang berantem semalaman, sambil flashback gimana mereka bisa jadian dulu. Apalagi ngeliat dua karakter nyebelin, yang satu karakter utama pula, yang bukan antihero malah jadi antagonis di sini. Ngerti sih ini kaya mau ngasih liat sudut pandang lain dari seorang Kale yang keliatan bijak banget di NKCTHI, tapi ternyata dia punya masa lalu yang kelam juga. Tapi ketika nonton film yang karakter utamanya super nyebelin itu emang nggak enak, tapi bisa jadi pelajarin yang bagus banget buat penontonnya.
OIYA review ini spoiler alert ya.
Ya udah keliatan lah gimana Kale ternyata versi Argo yang lebih sensitif dan sentimental, ketolong sama piano. Kalau Argo gaslight dan posesifnya pake cara abusive, Kale pakai metode passive aggresive at its best.
“Aku bikin project ini buat kamu loh, sampe aku belain keluar dari band, kok kamu malah gini”,
atau
“Satu setengah tahun aku pertahanin hubungan kita biar kamu bahagia, kok kamu gampang bilang putus”
ya Dinda gak minta, Le. Kok lo jadi nuntut.
“Aku aku aku” si Kale fokus banget sama apa yang dia udah lakukan ke hubungan, trus nuntut Dinda ngelakuin hal yang sama. I’m no relationship expert, tapi kalo lo ngelakuin something trus lo nuntut the same thing ke pasangan ya artinya lo gak ikhlas. Dari pas nembak aja udah keliatan kok gimana Kale egois dan self centered, ini mau mulai hubungan aja udah ga sehat.
Ditambah lagi Kale punya luka masa kecil yang masih belum sembuh sampai saat itu; perpisahan ayah dan ibunya yang bikin traumatik. Nah trauma masa kecil ini nih yang nggak sehat kalau diproyeksikan ke dalam hubungan, yang sebenarnya udah ditegaskan sama Dinda bahwa "aku bukan ibu kamu dan kamu bukan ayah kamu". Tapi Kale yang masih trauma dan belum move on, jadilah dibawa-bawa ke hubungan dia dan seakan-akan menyalahkan Dinda - atau menyalahkan diri sendiri.
Ya gue jadi paham banget betapa segmented-nya film ini karena banyak orang yang kurang relate sama ceritanya. Ini sama kaya gue yang kurang relate dengan cerita di NKCTHI, yang bukan berarti filmnya jelek. Filmnya sama-sama bagus kok, tapi ya jadi subyektif aja karena pengalaman setiap penonton beda-beda kan. Buat yang kurang relate dengan kisahnya Kale, bagus, dan jangan sampai kejadian ya. Buat yang ngeliat kisahnya Dinda dan/atau Kale ini merasa tertampar-tampar, you're not alone.
You're strong, and you can get out of that toxic relationship.
----------------------------------------------------------
review film Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono
review Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono
Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono movie review
Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono film review
resensi film Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono
resensi Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono
ulasan Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono
ulasan film Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono
sinopsis film Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono
sinopsis Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono
cerita Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono
jalan cerita Story of Kale: When Someone's In Love ardhito pramono
Komentar
Posting Komentar