Train to Busan
"Please board the train with these eerie South Korean zombies in a high speed and claustrophobic mode"
Sook-woo dan anaknya menaiki kereta cepat dari Seoul ke Busan. Namun sepanjang perjalanan, wabah zombie merebak di seluruh Korea Selatan. Pilihan untuk bertahan hidup pun semakin sempit. Di antara ketidakpastian situasi, tidak ada pilihan bagi mereka untuk tetap melanjutkan perjalanan ke Busan sembari bertahan hidup dari gigitan zombie.
Sudah sekian lama gue tidak menonton film serangan zombie yang serius, dan benar-benar berkualitas. Ketika Hollywood sedang asyik mengeksplorasi sudut pandang dan gimmick baru hingga ke komedi atau romansa, kawasan Asia baru memulai wabah zombienya di level serius. Menariknya, sutradara dan penulis naskah Sang-ho Yeon mengambil setting di sebuah kereta cepat - semacam Shinkansen-nya Korea Selatan. Bayangkan Snowpiercer (2013) - minus komentar sosial - penuh dengan zombie haus darah. Yummy!
Tidak pernah terpikir bagi Sok-woo bahwa tugasnya mengantar anaknya ke Busan akan menjadi perjalanan kereta cepat yang penuh darah. Tidak pernah terpikir bagi gue juga bahwa setting kereta menjadi tempat yang sangat seru dan menegangkan untuk bertahan hidup dari serangan zombie. Benar-benar semua sudut tempat digunakan dan dieksplorasi dengan maksimal dan brilian. Mulai dari kolong kursi, ruang di antara gerbong, peron stasiun, bahkan kompartemen bagasi di atas kepala! Ternyata kombinasi dari semua itu menjadikan sebuah pengalaman bertahan hidup yang sangat menegangkan.
Dalam Train to Busan, anda boleh bebas berteriak atau berkomentar gemas apapun. Puaskanlah untuk menertawakan tingkah laku atau karakter yang kocak, karena momen ringan tersebut sangat penting sebelum situasi kembali berbalik. Saking cepatnya kereta Korea Train eXpress (KTX) ini melaju hingga kecepatan 421 km/jam, anda tidak akan sempat menganalisa hal apa yang menjadi penyebab wabah ini. Setiap karakternya sangat grounded dan dapat dengan mudah mengingatkan anda akan teman, saudara, rekan kerja, atau bos anda. Ketika empati bahkan kesebalan sudah dirasakan, silahkan pegangan pada apapun sebelum setiap karakter itu bergulat dengan para zombie pemegang tiket kereta cepat itu.
Satu hal yang gue suka dari Train to Busan adalah interpretasi zombie yang dibawakan. Setiap detil gerakan tubuh - terutama mereka yang baru menjadi zombie - benar-benar unik dan tidak terbayangkan sebelumnya. Namun justru itu yang menjadikan para zombie Korea ini semakin mengerikan, terutama mereka yang berada di kejauhan dan membangunkan bulu kuduk. Tentu saja para zombie tidak peduli apakah mereka patah tulang atau tidak, tetapi efek tersebut yang justru sangat signifikan menambah kengerian yang ada.
Nah ini yang menjadi titik keunggulan Train to Busan untuk tampil menonjol di antara genre yang sama - bahkan dengan nyaman dapat disandingkan dengan produksi Hollywood yang telah memiliki daftar panjang. Dengan porsi drama yang proporsional - meski tetap dengan khas Korea Selatan - Train to Busan memiliki hati untuk memikat empati dari para penontonnya. Seperti penumpang kereta umum pada kebanyakan, film ini memiliki varian karakter yang menarik. Dari anak kecil, ibu hamil, ayah menyebalkan, bos rese, hingga pria macho yang jadi jagoan. Dalam porsi yang pas, masing-masing dengan cepat mampu menarik hati sehingga memiliki frekuensi emosi yang sama dengan penonton.
Maka dari itu, cepatlah naik dalam kereta cepat penuh zombie ini. Train to Busan jelas akan menjadi pengalaman perjalanan yang sangat menyenangkan! Mulai dari ngeri, menegangkan, hingga tertawa dan miris sakit hati - semua bisa anda rasakan dalam 118 menit film ini. Yak benar, unsur lelucon yang diselipkan beberapa kali dalam film jelas memberi nafas terhadap segala ketegangan itu - dan sangat efektif mendekatkan penonton pada situasi serta karakternya.
South Korea | 2016 | 118 mins | Flat Aspect Ratio 1.85 : 1
Rating?
8 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 29 Agustus 2016 -
----------------------------------------------------------
Search Keywords:
Sook-woo dan anaknya menaiki kereta cepat dari Seoul ke Busan. Namun sepanjang perjalanan, wabah zombie merebak di seluruh Korea Selatan. Pilihan untuk bertahan hidup pun semakin sempit. Di antara ketidakpastian situasi, tidak ada pilihan bagi mereka untuk tetap melanjutkan perjalanan ke Busan sembari bertahan hidup dari gigitan zombie.
Sudah sekian lama gue tidak menonton film serangan zombie yang serius, dan benar-benar berkualitas. Ketika Hollywood sedang asyik mengeksplorasi sudut pandang dan gimmick baru hingga ke komedi atau romansa, kawasan Asia baru memulai wabah zombienya di level serius. Menariknya, sutradara dan penulis naskah Sang-ho Yeon mengambil setting di sebuah kereta cepat - semacam Shinkansen-nya Korea Selatan. Bayangkan Snowpiercer (2013) - minus komentar sosial - penuh dengan zombie haus darah. Yummy!
Tidak pernah terpikir bagi Sok-woo bahwa tugasnya mengantar anaknya ke Busan akan menjadi perjalanan kereta cepat yang penuh darah. Tidak pernah terpikir bagi gue juga bahwa setting kereta menjadi tempat yang sangat seru dan menegangkan untuk bertahan hidup dari serangan zombie. Benar-benar semua sudut tempat digunakan dan dieksplorasi dengan maksimal dan brilian. Mulai dari kolong kursi, ruang di antara gerbong, peron stasiun, bahkan kompartemen bagasi di atas kepala! Ternyata kombinasi dari semua itu menjadikan sebuah pengalaman bertahan hidup yang sangat menegangkan.
Satu hal yang gue suka dari Train to Busan adalah interpretasi zombie yang dibawakan. Setiap detil gerakan tubuh - terutama mereka yang baru menjadi zombie - benar-benar unik dan tidak terbayangkan sebelumnya. Namun justru itu yang menjadikan para zombie Korea ini semakin mengerikan, terutama mereka yang berada di kejauhan dan membangunkan bulu kuduk. Tentu saja para zombie tidak peduli apakah mereka patah tulang atau tidak, tetapi efek tersebut yang justru sangat signifikan menambah kengerian yang ada.
Nah ini yang menjadi titik keunggulan Train to Busan untuk tampil menonjol di antara genre yang sama - bahkan dengan nyaman dapat disandingkan dengan produksi Hollywood yang telah memiliki daftar panjang. Dengan porsi drama yang proporsional - meski tetap dengan khas Korea Selatan - Train to Busan memiliki hati untuk memikat empati dari para penontonnya. Seperti penumpang kereta umum pada kebanyakan, film ini memiliki varian karakter yang menarik. Dari anak kecil, ibu hamil, ayah menyebalkan, bos rese, hingga pria macho yang jadi jagoan. Dalam porsi yang pas, masing-masing dengan cepat mampu menarik hati sehingga memiliki frekuensi emosi yang sama dengan penonton.
Maka dari itu, cepatlah naik dalam kereta cepat penuh zombie ini. Train to Busan jelas akan menjadi pengalaman perjalanan yang sangat menyenangkan! Mulai dari ngeri, menegangkan, hingga tertawa dan miris sakit hati - semua bisa anda rasakan dalam 118 menit film ini. Yak benar, unsur lelucon yang diselipkan beberapa kali dalam film jelas memberi nafas terhadap segala ketegangan itu - dan sangat efektif mendekatkan penonton pada situasi serta karakternya.
South Korea | 2016 | 118 mins | Flat Aspect Ratio 1.85 : 1
Rating?
8 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 29 Agustus 2016 -
----------------------------------------------------------
Search Keywords:
- review film train to busan
- review train to busan
- train to busan review
- resensi film train to busan
- resensi train to busan
- ulasan train to busan
- ulasan film train to busan
- sinopsis film train to busan
- sinopsis train to busan
- cerita train to busan
- jalan cerita train to busan
Komentar
Posting Komentar