The Girl with All the Gifts
"Aksi drama zombie yang fokus pada dilema moral pencarian vaksin atau keberlangsungan hidup anak-anak"
Di masa depan distopia, manusia terkena wabah penyakit jamur yang melumpuhkan otak dan mengubah mereka menjadi zombie, atau disebut dengan "hungries". Di sebuah kota kecil di Inggris, anak-anak spesial bersekolah di sebuah pangkalan militer. Anak-anak ini sebenarnya adalah hungries tetapi masih dapat berpikir dan berasa seperti manusia biasa. Ketika pangkalan militer tersebut jatuh karena serangan hungries, seorang guru, dokter, dan satu anak pun harus bertahan hidup menuju lokasi militer lain.
Gue selalu suka dengan British zombies, yang selalu mengambil angle unik dan berbeda ketimbang Hollywood. Terutama The Girl with All the Gifts, yang kalau iseng bisa saja dijadikan sekuel dari 28 Weeks Later (2007) - meski beda di penyebab wabah zombie. Sudut pandang yang menjadi titik tolak film ini jelas pada dilema moral tentang penelitian vaksin yang harus mengorbankan anak-anak. Sebuah premis yang hanya disentuh sangat sedikit dalam Maze Runner: Scorch Trials (2015), tetapi menjadi penggerak utama dalam film ini.
Visualisasi zombie di film ini juga menarik dan berbeda dibanding film zombie lainnya. Zombie yang biasanya di-makeup penuh darah atau luka-luka tubuh yang berlebih, kali ini muka-mukanya dipenuhi oleh jamur berwarna hijau gelap! Ya karena memang otak mereka terserang jamur, dan ceritanya jamur tersebut tumbuh pula sampai kulit-kulitnya. Make-upnya sepintas terlihat seperti film hantu Indonesia kelas C sih, tapi ya masih cukup membuat gue menahan nafas setiap adegan kejar-kejarannya. Oya, jangan ketinggalan di adegan serbuan zombie di awal film dengan one take long shot yang sangat mendebarkan!
Diangkat dari novel berjudul sama, cara film ini bercerita cukup cepat dan tidak berlama-lama pada unsur dramanya. Sayangnya, ada beberapa penggerak plot yang kurang logis dan terkesan dipaksakan. Seperti bagaimana ketika membagi kelompok untuk berpencar, dua tentara pergi bersama dan si guru wanita pergi sendirian. Loh?
Tetapi gebrakan terbesar si anak perempuan dengan bakatnya ini adalah pada akhir film. Sebuah terobosan besar bagi film genre zombie, yang mungkin saja tidak disukai - atau bahkan ditertawakan - oleh sebagian besar penonton. Bagi gue pribadi, pilihan ending ini jelas yang paling masuk akal dan harus dimaknai dengan dalam. Tidak ada jalan lain demi keberlangsungan spesies manusia, meski sudah "berevolusi" menjadi hungries.
UK / USA | 2016 | Drama / Zombie | 111 mins | Aspect Ratio 2.00 : 1
Rating?
7 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 4 November 2016 -
----------------------------------------------------------
Search Keywords:
Di masa depan distopia, manusia terkena wabah penyakit jamur yang melumpuhkan otak dan mengubah mereka menjadi zombie, atau disebut dengan "hungries". Di sebuah kota kecil di Inggris, anak-anak spesial bersekolah di sebuah pangkalan militer. Anak-anak ini sebenarnya adalah hungries tetapi masih dapat berpikir dan berasa seperti manusia biasa. Ketika pangkalan militer tersebut jatuh karena serangan hungries, seorang guru, dokter, dan satu anak pun harus bertahan hidup menuju lokasi militer lain.
Gue selalu suka dengan British zombies, yang selalu mengambil angle unik dan berbeda ketimbang Hollywood. Terutama The Girl with All the Gifts, yang kalau iseng bisa saja dijadikan sekuel dari 28 Weeks Later (2007) - meski beda di penyebab wabah zombie. Sudut pandang yang menjadi titik tolak film ini jelas pada dilema moral tentang penelitian vaksin yang harus mengorbankan anak-anak. Sebuah premis yang hanya disentuh sangat sedikit dalam Maze Runner: Scorch Trials (2015), tetapi menjadi penggerak utama dalam film ini.
Visualisasi zombie di film ini juga menarik dan berbeda dibanding film zombie lainnya. Zombie yang biasanya di-makeup penuh darah atau luka-luka tubuh yang berlebih, kali ini muka-mukanya dipenuhi oleh jamur berwarna hijau gelap! Ya karena memang otak mereka terserang jamur, dan ceritanya jamur tersebut tumbuh pula sampai kulit-kulitnya. Make-upnya sepintas terlihat seperti film hantu Indonesia kelas C sih, tapi ya masih cukup membuat gue menahan nafas setiap adegan kejar-kejarannya. Oya, jangan ketinggalan di adegan serbuan zombie di awal film dengan one take long shot yang sangat mendebarkan!
Diangkat dari novel berjudul sama, cara film ini bercerita cukup cepat dan tidak berlama-lama pada unsur dramanya. Sayangnya, ada beberapa penggerak plot yang kurang logis dan terkesan dipaksakan. Seperti bagaimana ketika membagi kelompok untuk berpencar, dua tentara pergi bersama dan si guru wanita pergi sendirian. Loh?
Tetapi gebrakan terbesar si anak perempuan dengan bakatnya ini adalah pada akhir film. Sebuah terobosan besar bagi film genre zombie, yang mungkin saja tidak disukai - atau bahkan ditertawakan - oleh sebagian besar penonton. Bagi gue pribadi, pilihan ending ini jelas yang paling masuk akal dan harus dimaknai dengan dalam. Tidak ada jalan lain demi keberlangsungan spesies manusia, meski sudah "berevolusi" menjadi hungries.
UK / USA | 2016 | Drama / Zombie | 111 mins | Aspect Ratio 2.00 : 1
Rating?
7 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 4 November 2016 -
----------------------------------------------------------
Search Keywords:
- review film the girl with all the gift gifts zombie zombies
- review the girl with all the gift gifts zombie zombies
- the girl with all the gift gifts zombie zombies review
- resensi film the girl with all the gift gifts zombie zombies
- resensi the girl with all the gift gifts zombie zombies
- ulasan the girl with all the gift gifts zombie zombies
- ulasan film the girl with all the gift gifts zombie zombies
- sinopsis film the girl with all the gift gifts zombie zombies
- sinopsis the girl with all the gift gifts zombie zombies
- cerita the girl with all the gift gifts zombie zombies
- jalan cerita the girl with all the gift gifts zombie zombies
Komentar
Posting Komentar