Oblivion
"Bermula dari ide cerita yang tidak sepenuhnya baru, film sci-fi tentang seorang petugas reparasi di bumi yang telah dievakuasi yang akan mempertanyakan kebenaran yang sesungguhnya ini menyajikan pengalaman sinematik yang luar biasa lewat mata dan telinga penonton"
Tahun 2077, Jack Harper adalah salah satu petugas reparasi drone yang ditugaskan di bumi. Drone-drone ini berguna untuk menjaga operasi ekstraksi air laut bumi sebagai sumber energi baru bagi manusia, terutama setelah kehancuran bumi oleh radiasi nuklir yang mengalahkan serangan alien sekitar 50 tahun yang lalu. Operasi ini selalu diganggu oleh ancaman sisa alien yang masih ada, disebut dengan "Scavs". Di dua minggu terakhir misi mereka sebelum kembali ke bulan Titan sebagai pemukiman manusia yang baru, Jack menyelamatkan seorang wanita dari pesawat luar angkasa yang jatuh ke bumi. Kehadiran wanita ini menjadi titik balik bagi Jack untuk mempertanyakan segala hal yang ia tahu selama ini, termasuk masa lalu dan masa depan planet bumi.
Meski berangkat dari kisah sci-fi yang tidak sepenuhnya baru, film ini menyajikan pemandangan menakjubkan dari keadaan bumi setelah bencana besar; gurun-gurun pasir yang menimbun gedung-gedung kota, atau gedung-gedung yang telah berubah menjadi dataran tinggi baru lengkap dengan air terjunnya. Selain itu, visual efeknya juga sangat halus dan nyata seperti para drone yang diperbaiki oleh Jack, ataupun pesawat kendaraan Jack sehari-hari.
Acungan jempol untuk score yang mengiringi film ini, berkat arahan dari sutradara sekaligus penulis naskah Joseph Kosinski yang pernah menyutradarai Tron: Legacy (2010). Dalam Tron: Legacy, Mr. Kosinski menggandeng grup musik elektronik asal Perancis, Daft Punk, untuk menjadi komposer dalam score dalam film tersebut. Kini dalam Oblivion, Mr. Kosinski menggunakan formula yang sama untuk mengisi score dalam film terbarunya; memanggil grup musik elektronik asal Perancis juga, yang ternyata merupakan rekanan dari Daft Punk, M83 yang baru-baru ini beberapa lagu mereka digunakan dalam film Warm Bodies dan trailer Cloud Atlas. Hasilnya, meski sekilas gaya scoringnya cukup mirip dengan Tron: Legacy, tetapi musik elektronik yang ada dalam film ini terkesan lebih gelap dan menegangkan. Terkadang ada score tampak terlalu megah dan berlebihan jika dipasangkan pada beberapa adegan tertentu, namun tetap efektif dalam menaikkan tensi adegan.
Mengenai cerita, memang tidak ada yang baru yang coba ditawarkan oleh Mr. Kosinski, yang mengangkat film ini dari graphic novel delapan halaman yang ditulisnya sendiri. Ide-ide ceritanya bisa dibilang merupakan gabungan atau modifikasi dari beberapa film yang telah ada, yang secara tidak sengaja membuat gue mengingat film-film tersebut ketika gue melihat beberapa adegan dalam Oblivion. Sebut saja The Matrix Trilogy, I Am Legend (2007), Moon (2009), atau bahkan Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004). Alur cerita pun dibuat sedemikian rupa untuk menciptakan kejutan bagi penonton lewat plot twist-nya. Nice try. Sayang, gue sudah dapat menebak film ini akan mengarah kemana ketika berada di tengah film dan Mr. Kosinski memberikan petunjuk kecil yang mengarah ke twist tersebut. Selain itu, banyak side plot yang diperkenalkan namun ternyata tidak dibahas kembali hingga ending credit bergulir; seperti apa yang ada di balik zona radiasi yang restricted, atau nasib dari rekan Jack yang masih ada.
Tom Cruise memang masih menjadi aktor laga yang bersinar dan menarik minat banyak penonton. Film ini pun menjanjikan banyak hal untuk dapat sukses di pasaran; cerita catastrophic yang menarik, scenery view yang menjadi pengalaman sinematik luar biasa, visual efek yang high end, serta pilihan score yang asyik. Namun tampaknya penonton harus lebih dulu membuang segala macam referensi film-film sci-fi yang pernah ditonton sebelumnya untuk dapat, setidaknya terkejut dengan plot twist-nya, dan menikmati film ini dengan baik.
USA | 2013 | Action / Sci-Fi | 126 min | Aspect Ratio 2.35 : 1
Rating?
7 dari 10
- sobekan tiket bioskop tertanggal 12 April 2013 -
Tahun 2077, Jack Harper adalah salah satu petugas reparasi drone yang ditugaskan di bumi. Drone-drone ini berguna untuk menjaga operasi ekstraksi air laut bumi sebagai sumber energi baru bagi manusia, terutama setelah kehancuran bumi oleh radiasi nuklir yang mengalahkan serangan alien sekitar 50 tahun yang lalu. Operasi ini selalu diganggu oleh ancaman sisa alien yang masih ada, disebut dengan "Scavs". Di dua minggu terakhir misi mereka sebelum kembali ke bulan Titan sebagai pemukiman manusia yang baru, Jack menyelamatkan seorang wanita dari pesawat luar angkasa yang jatuh ke bumi. Kehadiran wanita ini menjadi titik balik bagi Jack untuk mempertanyakan segala hal yang ia tahu selama ini, termasuk masa lalu dan masa depan planet bumi.
Meski berangkat dari kisah sci-fi yang tidak sepenuhnya baru, film ini menyajikan pemandangan menakjubkan dari keadaan bumi setelah bencana besar; gurun-gurun pasir yang menimbun gedung-gedung kota, atau gedung-gedung yang telah berubah menjadi dataran tinggi baru lengkap dengan air terjunnya. Selain itu, visual efeknya juga sangat halus dan nyata seperti para drone yang diperbaiki oleh Jack, ataupun pesawat kendaraan Jack sehari-hari.
Acungan jempol untuk score yang mengiringi film ini, berkat arahan dari sutradara sekaligus penulis naskah Joseph Kosinski yang pernah menyutradarai Tron: Legacy (2010). Dalam Tron: Legacy, Mr. Kosinski menggandeng grup musik elektronik asal Perancis, Daft Punk, untuk menjadi komposer dalam score dalam film tersebut. Kini dalam Oblivion, Mr. Kosinski menggunakan formula yang sama untuk mengisi score dalam film terbarunya; memanggil grup musik elektronik asal Perancis juga, yang ternyata merupakan rekanan dari Daft Punk, M83 yang baru-baru ini beberapa lagu mereka digunakan dalam film Warm Bodies dan trailer Cloud Atlas. Hasilnya, meski sekilas gaya scoringnya cukup mirip dengan Tron: Legacy, tetapi musik elektronik yang ada dalam film ini terkesan lebih gelap dan menegangkan. Terkadang ada score tampak terlalu megah dan berlebihan jika dipasangkan pada beberapa adegan tertentu, namun tetap efektif dalam menaikkan tensi adegan.
Mengenai cerita, memang tidak ada yang baru yang coba ditawarkan oleh Mr. Kosinski, yang mengangkat film ini dari graphic novel delapan halaman yang ditulisnya sendiri. Ide-ide ceritanya bisa dibilang merupakan gabungan atau modifikasi dari beberapa film yang telah ada, yang secara tidak sengaja membuat gue mengingat film-film tersebut ketika gue melihat beberapa adegan dalam Oblivion. Sebut saja The Matrix Trilogy, I Am Legend (2007), Moon (2009), atau bahkan Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004). Alur cerita pun dibuat sedemikian rupa untuk menciptakan kejutan bagi penonton lewat plot twist-nya. Nice try. Sayang, gue sudah dapat menebak film ini akan mengarah kemana ketika berada di tengah film dan Mr. Kosinski memberikan petunjuk kecil yang mengarah ke twist tersebut. Selain itu, banyak side plot yang diperkenalkan namun ternyata tidak dibahas kembali hingga ending credit bergulir; seperti apa yang ada di balik zona radiasi yang restricted, atau nasib dari rekan Jack yang masih ada.
Tom Cruise memang masih menjadi aktor laga yang bersinar dan menarik minat banyak penonton. Film ini pun menjanjikan banyak hal untuk dapat sukses di pasaran; cerita catastrophic yang menarik, scenery view yang menjadi pengalaman sinematik luar biasa, visual efek yang high end, serta pilihan score yang asyik. Namun tampaknya penonton harus lebih dulu membuang segala macam referensi film-film sci-fi yang pernah ditonton sebelumnya untuk dapat, setidaknya terkejut dengan plot twist-nya, dan menikmati film ini dengan baik.
USA | 2013 | Action / Sci-Fi | 126 min | Aspect Ratio 2.35 : 1
Rating?
7 dari 10
- sobekan tiket bioskop tertanggal 12 April 2013 -
Hai, boleh tukeran link?
BalasHapusBlog saya khusus membahas film-film Perancis
Link blog kmu sudah saya pasang di halaman "Movie Bloggers"...
Makasih banyak :)
French Movie Lover: http://frenchmovielover.blogspot.com/