Kon-Tiki

"Film yang berdasarkan dari kisah nyata tentang seorang etnografer asal Norwegia yang menyeberangi Samudera Pasifik dari Peru ke Polinesia ini merupakan petualangan yang berani sekaligus indah secara visual, dan pantas untuk dikenang oleh banyak orang"

Berdasarkan kisah hidup Thor Heyerdahl, seorang etnografer asal Norwegia yang berargumen bahwa asal-usul penduduk Polinesia berasal dari bangsa Peru, bahkan ratusan tahun sebelum Christopher Columbus menjelajah Samudera Pasifik. Meski menyertakan bukti-bukti berupa arca dan patung yang ada di Polinesia memiliki keterkaitan tertentu dengan yang ada di Peru, para peneliti pada masa itu menentang teori Thor karena tidak mungkin bangsa Peru pada waktu itu memiliki kemampuan berlayar. Untuk membuktikannya, Thor menyiapkan ekspedisi yang luar biasa; berlayar sejauh 8000 km melewati samudera Pasifik dari Peru ke Polinesia hanya dengan rakit dari kayu balsa. Rakit ini dinamakan "Kon-Tiki", nama lama dari dewa matahari bangsa Inca. Ekspedisi yang berlangsung selama 101 hari ini di dokumentasikan oleh Thor, dan memenangi Best Documentary pada penghargaan Oscar tahun 1950. Catatan perjalanannya telah diterjemahkan ke 70 bahasa dan terjual lebih dari 50 juta kopi. Di tahun 2012, sineas Norwegia membuat film yang didramatisir tentang ekspedisi Thor Heyerdahl, Kon-Tiki.

Kisah petualangan Thor Heyerdahl dan rekan-rekannya selama 101 hari di lautan hanya menggunakan rakit yang dibuat semirip mungkin dengan rakit jaman dahulu ini bisa dibilang sebagai versi nyata dari kisah fiksi Life of Pi. Hanya saja bedanya, Thor dan keempat rekannya telah merencanakan ekspedisi ini dan telah menyiapkan semua hal detail; mulai dari makanan, komunikasi radio, hingga kamera untuk mendokumentasikan ekspedisi tersebut. Namun bukan berarti petualangan Thor dkk tidak menarik. Malah bisa dibilang, nyaris sama menariknya dengan kisah bertahan hidup dari Pi. Dan ini terjadi secara nyata. Bertemu dengan whaleshark yang luar biasa besar, selamat dari serangan hiu, hingga perjumpaan mereka dengan plankton-plankton yang menyala.

Gambar diambil dari RottenTomatoes
Mungkin ini sebuah proyek besar bagi dunia perfilman Norwegia, yang menggandeng beberapa production house dari negara lain untuk membantu produksi dan distribusi film ini. Bahkan kabarnya, setiap adegan dalam film ini disyuting dua kali, dalam bahasa Norwegia dan bahasa Inggris, untuk kepentingan distribusi internasional. Hasilnya tidak kalah dari film-film Hollywood. Visual efeknya sangat meyakinkan dan mulus. Ada satu video di youtube yang mengungkap adegan-adegan yang bermuatan visual efek, dan gue cukup kaget menemukan ada beberapa adegan yang ternyata menggunakan teknik visual efek. Selain itu, sinematografi dalam film ini sungguh indah. Seperti film-film yang banyak mengambil setting di laut, pastinya akan menjanjikan pemandangan-pemandangan indah dalam beberapa adegannya. Begitu juga dengan film ini, entah pemandangan dari atas laut hingga bawah laut.

Alur ceritanya pada seperempat awal memang termasuk lambat tetapi memang harus diceritakan mengenai latar belakang Thor melakukan ekspedisi besarnya. Selain itu, pembuat film juga berhasil menceritakan maksud dan tujuannya membuat film ini, yaitu menggambarkan ekspedisi Thor. Walaupun gue menjadi tergoda untuk mengetahu apakah benar bangsa Peru adalah leluhur bangsa Polinesia, namun film ini tetap fokus pada ekspedisi Kon-Tiki dan tidak berusaha untuk mengeksplorasi ranah etnografi.

Gambar diambil dari RottenTomatoes
Dengan pemandangan yang indah, visual efek yang mengagumkan, serta makhluk-makhluk laut yang sangat menarik dan indah layaknya menonton film dokumenter Earth (2007), maka sayang sekali untuk melewatkan film ini di layar lebar.


Nominated for Best Foreign Language Film, Academy Awards, 2013.
Nominated for Best Foreign Language Film, Golden Globes, 2013.

UK / Norway / Denmark / Germany | 2012 | Adventure / Biography | 118 min | Aspect Ratio 2.39 : 1

Rating?
7 dari 10

- sobekan tiket bioskop tertanggal 19 April 2013 -

Komentar