The White Tiger - Netflix Review


THE WHITE TIGER IS INDIA'S PARASITE!

Suka paka banget gue sama film ini, yang tadinya gue sama sekali nggak tahu ini film apaan. Trailernya nongol di carousel dan langsung gue masukkin My List. Tepat gue tonton malam-malam sebagai penutup hari, bisa bikin gue tidur dengan nyenyak.

Gue kira ya The White Tiger itu tipikal film from-zero-to-hero biasa; orang miskin dari kasta rendah yang jadi sukses di kemudian hari kaya Slumdog Millionaire (2008) atau Lion (2016). Tapi ternyata gue salah, The White Tiger is so much more than that! Siapa yang sangka ternyata tindak tanduk Balram si karakter utama ini berupa kritik pedas nan satir terhadap kelas sosial, agama, dan politik di India. Nggak cuma si kaya, tapi si miskin juga kena kritik tanpa ampun!

Oke oke gue perlu santai dan tarik nafas biar gue bisa memuji film ini lebih detil. Pertama-tama gue suka banget paruh pertama film ini, isinya kocak dan hangat! Gue senyum-senyum, ngakak, sampai dada berasa hangat ngeliat gimana Balram bisa berusaha melawan tradisi keluarga yang mengekangnya, sekaligus melawan kekuatan uang orang kaya agar bisa menjalani hidup yang lebih baik. Atmosfer paruh pertama The White Tiger itu benar-benar menyenangkan, dan berasa ini akan jadi feel-good-movie yang rupawan. Oh tentunya semuanya berubah di paruh kedua.



Tepat di satu jam dan dikasih peringatan juga oleh Balram yang jadi narator, paruh kedua The White Tiger bisa dibilang berbanding terbalik. Kelam, gelap, penuh emosi negatif, dan menegangkan. Iya dari awal kita udah tahu kok endingnya bakal kaya apa tapi yang bikin seru justru bagaimana cara Balram mencapai itu kan. Paruh kedua ini udah kaya satu film sendiri dengan genre yang jauh berbeda. Istilah kata paruh pertama bergenre drama komedi, paruh kedua bergenre noir-crime. Ciamik!

Cerita yang ada juga solid dan nggak ngadi-ngadi, alias semuanya logis dan natural. Rapi banget karena dari awal kita udah dijelasin dengan konsep "rooster coop"; ayam sembelihan udah tahu mereka akan mati tapi tetep nurut, sama kaya orang-orang yang diupah majikan akan selalu loyal dan nurut karena bukan cuma nyawa mereka sendiri tapi keluarga di kampung yang jadi taruhan. Apa yang dilakukan Balram memang out-of-the-box dan jelas sudah terbukti dengan berita-berita kriminal yang melibatkan dua kelas sosial yang bertolak belakang. Nyari siapa yang salah jelas akan jadi debat kusir lingkaran setan.


Ijinkan gue mendedikasikan satu paragraf ini untuk Adarsh Gourav, aktor yang namanya belum pernah gue denger sebelumnya. Aktingnya ya Tuhan luar biasa sekali. Gue benar-benar percaya kalau dia orang kampung yang nggak tahu apa itu komputer, internet, dan nggak pernah ngeliat gedung tinggi. Ketika dia sukses pun gue percaya karena ya gue ngeliat sendiri gimana usaha dia dari nol dan apa aja yang harus dia lewatin. Kalau lagi ditindas dan dia nggak bisa ngomong, raut mukanya dan tatapan matanya berbicara banyak yang bikin hati gue melengos. Tapi kalau dia punya rencana maut, matanya bisa berbalik jadi tajam dan menusuk.

Nggak usah repot-repot googling apakah The White Tiger ini based on a true story atau bukan, karena ini adalah adaptasi novel fiksi karya debut penulis Aravind Adiga. Debut yang langsung menang penghargaan Man Booker Prize dan masuk New York Bestseller. Kalau gue kesampean punya Kindle, gue akan langsung beli dan baca sih karena pasti novelnya akan mengandung lebih banyak lagi semua-muanya. Untuk mengakhiri ulasan panjang ngalor ngidul ini, The White Tiger adalah pengalaman menonton yang sangat berkesan buat gue karena bukan hanya bikin gue mikir pakai kepala tapi juga bikin gue merasa pakai hati.





----------------------------------------------------------
review film the white tiger
review the white tiger
the white tiger movie review
the white tiger film review
resensi film the white tiger
resensi the white tiger
ulasan the white tiger
ulasan film the white tiger
sinopsis film the white tiger
sinopsis the white tiger
cerita the white tiger
jalan cerita the white tiger

Komentar