After Earth



"Film basic-survival berbentuk sains-ilmiah tentang seorang remaja yang bertahan hidup di planet bumi pasca-kiamat ini sangat lemah di cerita, akting, hingga visual"


Bumi menjadi tidak dapat ditinggali, dan umat manusia melakukan evakuasi besar-besaran ke planet Nova Prime. Namun mereka pun tetap harus berjuang hidup melawan makhluk alien yang disebut Ursa, yang buta namun dapat mencium hormon feromon yang dikeluarkan manusia ketika merasakan takut. Dalam suatu misi ke planet lain dalam rangka latihan bersama seekor Ursa, pesawat yang ditumpangi Komandan SAPA bersama anaknya Kitai jatuh ke planet berbahaya yang diklasifikasikan sebagai Planet Karantina Kelas 1; bumi. Hanya dua orang selamat dalam kecelakaan tersebut (of course you know who)  Ayahnya yang cedera parah mengharuskan Kitai untuk pergi mengambil pemacu sinyal darurat di ekor pesawat yang jatuh 100 km dari badan pesawat. Sepanjang perjalanan, Kitai yang emosional harus belajar untuk mengendalikan rasa takut, sebelum berhadapan dengan Ursa yang lepas dari kurungan.

Jika ada contoh film science-fiction yang gagal total, mungkin After Earth adalah contoh yang tepat. Film ini gagal di berbagai segi. Ide cerita yang datar, akting yang sangat tidak natural, ditambah lagi karakterisasi karakter utama yang sangat mengganggu selama 100 menit durasi film ini. Jelas bahwa film ini hanyalah proyek pribadi Will Smith untuk mengangkat nama anak kandungnya sendiri lewat film aksi untuk bertahan hidup. Seandainya Will Smith tetap mempertahankan draft pertama film ini yang bercerita tentang seorang anak yang mencari bantuan di tengah hutan disaat ayahnya cedera karena mobil yang ditumpanginya kecelakaan. Sayangnya, mereka malah mengekspansi ide sederhana tersebut dengan balutan sci-fi yang bahkan efek CGI-nya pun kurang meyakinkan.

Namun jelas pula bahwa Jaden Smith bukanlah aktor yang cocok untuk memerankan karakter yang rumit dan penuh dengan tekanan. Ekspresi seorang calon prajurit yang ditampilkan tampak antara dibuat-buat dan overacting, bahkan sejak menit awal. Karakter remaja-menuju-dewasa yang ditampilkan justru malah terlihat mengganggu, dengan rentetan kecerobohan dan emosional apalagi dengan suaranya yang belum pecah. Ini adalah salah satu film yang membuat saya berharap karakter jagoan utamanya mati dicabik-cabik kawanan babon ganas.

Film ini juga menjadi tambahan deretan kehancuran karir dsri sutradara/penulis naskah M. Night Shyamalan. Once, he was my favorite director. Semenjak The Happening (2008), bakat dan talentanya dalam membuat dan mengeksekusi cerita drama thriller sederhana namun menusuk,tampaknya meredup. Entah apa yang membuat Mr. Shyamalan untuk keluar dari zona nyamannya dan menerima tawaran untuk menyutradarai proyek ego dan nepotisme-nya Will Smith. Yang jelas, langkah tersebut gagal mengembalikan reputasi Mr. Shyamalan.

Setidaknya ada satu hal yang menghibur saya dalam film ini, yaitu adegan tirai yang terbuka-tutup yang menjadi signature dari Mr. Shyamalan dalam setiap film yang disutradarinya.



USA | 2013 | Action / Adventure / Sci-Fi | 100 min | Aspect Ratio 2.35 : 1


Rating?
5 dari 10

Komentar

  1. Night syamalan itu cuman bagus di film six sense. Lainnya emang kurang bagus film2 nya. Antara jelek. Atau otak gue gak nyampe sih. Terima kasih timo u/ review nya.

    BalasHapus

Posting Komentar