Princess Mononoke
"Animasi epik dengan karakter-karakter yang multi-dimensi yang jenius dalam membungkus pesan tentang lingkungan hidup"
Ketika sedang melindungi desanya dari serangan iblis babi hutan, Ashitaka terluka dan kena kutukan. Untuk menghilangkan kutukan tersebut, Ashitaka harus pergi ke hutan di barat. Di sana, Ashitaka bertemu dengan dua pihak yang sedang berperang sengit. Lady Eboshi dan pengikutnya yang loyal menggunakan senjata dan peluru untuk melawan para dewa hutan yang dipimpin oleh Princess Mononoke. Ashitaka melihat hal baik dari dua pihak tersebut, dan berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan konflik. Namun aksinya malah dilihat sebagai membantu pihak lawan. Namun Ashitaka hanya memiliki waktu terbatas sebelum dewa hutan terbunuh oleh ulah manusia.
Dari semua film Ghibli, Princess Mononoke adalah salah satu film dengan skala epik yang melibatkan banyak karakter yang saling berkonflik. Diceritakan dari sudut pandang karakter utama kita, Ashitaka, yang berhati baik dan pantang menyerah. Dari kacamata Ashitaka, penonton dibawa untuk mengenal karakter-karakter yang ia temui, tanpa memberikan penilaian apapun. Pengenalan tersebut pun berujung konflik berdarah, dan konon mengubah wajah hutan untuk selamanya. Semua ini diceritakan dengan sangat baik lewat animasi hasil gambar tangan dan scoring dari Joe Hisaishi yang sangat reflektif.
Ini adalah kali kedua gue menonton Princess Mononoke, meski baru pertama kali ini mendapat kesempatan emas menontonnya dalam bioskop. Harus diakui, pada kali pertama cukup sulit bagi gue untuk menyukai film ini. Mungkin karena alur yang cukup gemuk dengan jalan cerita yang diluar kebiasaan Ghibli yang sederhana dan minimalis. Namun memang lagu-lagu karya Joe Hisaishi begitu mudah untuk dicintai, sebagai satu-satunya jembatan yang representatif terhadap keseluruhan filmnya. Pada pengalaman menonton kedua, baru gue bisa menyukai film ini dengan pesannya yang sangat kuat tentang pentingnya hutan dalam dilema keserakahan manusia.
Selain itu, ada hal baru yang gue temukan dalam pengalaman kedua ini; bagaimana Ashitaka bisa melihat hal baik yang ada dalam kedua belah pihak. Dalam karakter San tentu saja karena dia melindungi hutan dan para penghuninya. Namun dalam karakter Lady Eboshi yang begitu mudah jatuh dalam karakter antagonis, ternyata ada hal baik yang begitu dihormati oleh Ashitaka. Porsinya memang digambarkan cukup sedikit dalam film, tetapi kita semua melihat bagaimana Iron Town yang dipimpin oleh Lady Eboshi berisi orang-orang yang dulu hidup sebagai preman dan pelacur. Mereka para kaum marginal ini ditampung dan dipekerjakan dengan layak oleh Lady Eboshi, untuk merasakan hidup sebagai manusia.
Secara garis besar, Princess Mononoke mungkin memang memiliki pesan utama untuk melindungi hutan. Tetapi ternyata Hayao Miyazaki juga menyelipkan dilema moral dalam dua pihak tersebut. Konflik antara manusia dengan alam bukan sesederhana konflik hitam-putih, tetapi ada dimensi dan variabel lain yang terlibat di dalamnya. Mengingat hal tersebut, sungguh menakjubkan pesan sedalam dan sekuat itu bisa ditranslasikan dalam bahasa gambar animasi untuk anak-anak. Hal yang membuat film seperti ini menjadi tak lekang oleh waktu, dan dapat ditonton kembali sampai kapanpun.
Japan | 1997 | Animation | 134 mins | Scope Aspect Ratio 1.85 : 1
Rating?
8 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 6 Agustus 2017 -
----------------------------------------------------------
Ketika sedang melindungi desanya dari serangan iblis babi hutan, Ashitaka terluka dan kena kutukan. Untuk menghilangkan kutukan tersebut, Ashitaka harus pergi ke hutan di barat. Di sana, Ashitaka bertemu dengan dua pihak yang sedang berperang sengit. Lady Eboshi dan pengikutnya yang loyal menggunakan senjata dan peluru untuk melawan para dewa hutan yang dipimpin oleh Princess Mononoke. Ashitaka melihat hal baik dari dua pihak tersebut, dan berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan konflik. Namun aksinya malah dilihat sebagai membantu pihak lawan. Namun Ashitaka hanya memiliki waktu terbatas sebelum dewa hutan terbunuh oleh ulah manusia.
Dari semua film Ghibli, Princess Mononoke adalah salah satu film dengan skala epik yang melibatkan banyak karakter yang saling berkonflik. Diceritakan dari sudut pandang karakter utama kita, Ashitaka, yang berhati baik dan pantang menyerah. Dari kacamata Ashitaka, penonton dibawa untuk mengenal karakter-karakter yang ia temui, tanpa memberikan penilaian apapun. Pengenalan tersebut pun berujung konflik berdarah, dan konon mengubah wajah hutan untuk selamanya. Semua ini diceritakan dengan sangat baik lewat animasi hasil gambar tangan dan scoring dari Joe Hisaishi yang sangat reflektif.
Ini adalah kali kedua gue menonton Princess Mononoke, meski baru pertama kali ini mendapat kesempatan emas menontonnya dalam bioskop. Harus diakui, pada kali pertama cukup sulit bagi gue untuk menyukai film ini. Mungkin karena alur yang cukup gemuk dengan jalan cerita yang diluar kebiasaan Ghibli yang sederhana dan minimalis. Namun memang lagu-lagu karya Joe Hisaishi begitu mudah untuk dicintai, sebagai satu-satunya jembatan yang representatif terhadap keseluruhan filmnya. Pada pengalaman menonton kedua, baru gue bisa menyukai film ini dengan pesannya yang sangat kuat tentang pentingnya hutan dalam dilema keserakahan manusia.
Selain itu, ada hal baru yang gue temukan dalam pengalaman kedua ini; bagaimana Ashitaka bisa melihat hal baik yang ada dalam kedua belah pihak. Dalam karakter San tentu saja karena dia melindungi hutan dan para penghuninya. Namun dalam karakter Lady Eboshi yang begitu mudah jatuh dalam karakter antagonis, ternyata ada hal baik yang begitu dihormati oleh Ashitaka. Porsinya memang digambarkan cukup sedikit dalam film, tetapi kita semua melihat bagaimana Iron Town yang dipimpin oleh Lady Eboshi berisi orang-orang yang dulu hidup sebagai preman dan pelacur. Mereka para kaum marginal ini ditampung dan dipekerjakan dengan layak oleh Lady Eboshi, untuk merasakan hidup sebagai manusia.
Secara garis besar, Princess Mononoke mungkin memang memiliki pesan utama untuk melindungi hutan. Tetapi ternyata Hayao Miyazaki juga menyelipkan dilema moral dalam dua pihak tersebut. Konflik antara manusia dengan alam bukan sesederhana konflik hitam-putih, tetapi ada dimensi dan variabel lain yang terlibat di dalamnya. Mengingat hal tersebut, sungguh menakjubkan pesan sedalam dan sekuat itu bisa ditranslasikan dalam bahasa gambar animasi untuk anak-anak. Hal yang membuat film seperti ini menjadi tak lekang oleh waktu, dan dapat ditonton kembali sampai kapanpun.
Japan | 1997 | Animation | 134 mins | Scope Aspect Ratio 1.85 : 1
Rating?
8 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 6 Agustus 2017 -
----------------------------------------------------------
- review film princess mononoke
- review princess mononoke
- princess mononoke movie review
- princess mononoke film review
- resensi film princess mononoke
- resensi princess mononoke
- ulasan princess mononoke
- ulasan film princess mononoke
- sinopsis film princess mononoke
- sinopsis princess mononoke
- cerita princess mononoke
- jalan cerita princess mononoke
Komentar
Posting Komentar