Rio
Sobekan tiket bioskop tertanggal 20 April 2011 adalah Rio. Mungkin ini adalah tanggung jawab dari iklan Orange yang SELALU diputar sebelum film dimulai di semua bioskop, dimana iklan tersebut mengkorelasikan provider dengan dua karakter dari film ini. Saking eneg-nya gue dengan iklan tersebut yang diputar selama lebih dari satu bulan, rasa ketertarikan gue akan film ini pun memudar. Setelah dua minggu mengacuhkan film ini, rasa ketertarikan itu pun muncul setelah tahu deretan pengisi suaranya. Mulai dari Jesse Eisenberg, Anne Hathaway, sampai penyanyi R&B merangkap aktor Jamie Foxx dan Will.I.Am pun turut andil dalam film ini. Apalagi rating IMDb pun lumayan menjanjikan.
Blu adalah seekor burung nuri Macaw biru jenis Spix yang hidup dan besar di Minnesotta, AS. Ternyata spesies Blu telah termasuk langka, dan demi melestarikan spesiesnya, Blu bersama Linda pemiliknya pun terbang ke Rio untuk melestarikan spesies burung Macaw Spix. Di penangkaran satwa langka, Blu pun dipertemukan dengan Jewel, burung betina dengan jenis yang sama. Tidak hanya karena tidak bisa terbang, Blu yang dibesarkan sebagai binatang peliharaan yang terbiasa dilayani pun merasa tidak cocok dengan karakter Jewel yang malah lebih macho dan berani daripada Blu. Ternyata Rio de Janeiro tidak hanya mempertemukan Blu dengan satu-satunya spesies sesamanya yang tersisnya, tetapi juga mempertemukan Blu dengan takdirnya dengan naik turun petualangan yang seru, kocak, dan tak terlupakan.
Gue pun sangat sangat terhibur oleh film ini. Segi cerita memang biasa dan tipikal film animasi anak-anak, namun diluar itu film ini mengagumkan. Karakter-karakter yang ditampilkan sangat menarik dan mengocok perut dengan tingkah polah mereka. Setting tempat di Rio de Janeiro juga luar biasa indah. Animasi gambar yang detil dan tidak kalah dengan Pixar. Pasti banyak yang tidak menyangka bahwa ini adalah film musikal, dan setiap lagu yang tampil dalam film ini benar-benar ear-catchy walaupun rada mudah terlupakan. Namun menyesuaikan dengan latar belakangnya, lagu-lagunya pun berbau bossanova a la Sergio Mendes.
Tampaknya Carlos Saldanha memang lebih menyukai untuk menyutradari film-film dengan binatang langka (atau punah), dari ketiga sekuel Ice Age sampai pada film tentang burung nuri biru ini. Ciri khas dia pun tidak serta merta hilang dalam film ini, dengan memberikan humor yang kuat dan kena dengan humor visual. Ada beberapa adegan yang mengingatkan gue pada Ice Age. Namun pada film ini, Saldanha ingin menambahkan humor verbal yang sayangnya kurang kena dan malah tidak terlalu kentara. Diluar itu, gue menemukan diri gue ngakak-ngakak cukup heboh di banyak adegan dengan melihat kocaknya tingkah polah para burung-burung sableng ini.
Setiap karakter yang dihadirkan dalam film ini benar-benar menggelitik. Jagoan kita saja adalah seorang burung yang tidak bisa terbang. Karena terbiasa diberi makan dan dimanja oleh majikannya, Blu pun terlihat seperti anak (burung?) ingusan ketika disandingkan dengan Jewel yang tidak ingin bergantung pada orang lain dan terbiasa hidup sendiri. Disuarakan dengan brilian oleh Jesse Eisenberg dan Anne Hathaway. Sepanjang film, gue beberapa kali mempertanyakan benarkah ini suara dari Eisenberg si Zuckerberg? Benarkah ini suara Hathaway? Dalam artian mereka benar-benar melebur ke dalam karakternya, walaupun tipikal karakter Blu dan Jewel adalah tipikal karakter yang sering dimainkan baik oleh Eisenberg maupun Hathaway. Tidak hanya burung-burung, film ini juga menampilkan karakter kocak lainnya seperti monyet, anjing bulldog, dan lain sebagainya. Oya, bagi pencinta game Angry Birds, bersiap-siaplah untuk menjerit kegirangan melihat cameo mereka dalam film ini.
Lalu selama tiga perempat film, gue dibuat sukses penasaran untuk menebak mana suara Jamie Foxx dan Will.I.Am. Namun tebak-tebakkan itu terjawab ketika mereka berdua mulai bernyanyi bersama. Seingat gue, mereka berdua belum pernah berduet di sebuah rekaman lagu di industri musik. Dua penyanyi R&B yang terjun ke dunia film bermain dan bernyanyi bersama dengan iringan lagu bossanova? Wow. Oh oh hampir lupa, tidak hanya si penyanyi-penyanyi ini yang bernyanyi. Namun film ini juga memamerkan kebolehan tarik suara dari Jesse Eisenberg dan Anne Hathaway! Ketika tarikan suara Hathaway terdengar diiringi dengan visual yang mengagumkan, fisik dan perasaan gue pun merespon dengan cinematic-orgasm. Yeah!
Kalau Ice Age menghidupkan kembali binatang jaman es yang telah punah dalam bentuk animasi, film ini ingin memberi tahu kepada penonton bahwa ada loh burung nuri jenis Macaw Spix yang nyaris punah dan tidak ditemukan lagi di alam liar (baca wikipedia disini). Lewat film ini pun, gue berhasil dibuat mencintai jenis burung nuri ini lewat imut dan lucunya Blu serta anggunnya Jewel. Memang ini bukan film animasi fabel pertama mengenai burung, tapi entah mengapa gue suka sekali melihat setiap ekspresi dari Blu dan Jewel dalam film ini. Apalagi ekspresi super-cute Blu ketika sedang dimanja oleh majikannya.
Disutradarai oleh sutradara kelahiran Brazil, tampakhnya Saldanha ingin menampilkan sedikit banyak mengenai kultur sosial di kota Rio de Janeiro yang eksotik dan ramai dikunjungi turis ini. Kurang lebih ya sama seperti Jakarta, kota besar namun dengan bertebarannya area kumuh di sudut-sudut kota. Kesenjangan sosial yang kentara, dimana yang kurang mampu menghalalkan segala cara untuk bertahan hidup. Selain itu, film ini juga mengajak penonton untuk mencicipi seperti apa rasanya hari-hari menjelang sampai berada di tengah-tengah pesta terbesar di planet, Carnival de Rio. Bagaimana antusiasnya penduduk lokal dan turis untuk mengantisipasi karnaval terbesar di planet ini. Selain itu, pembuat film juga (terjebak) ingin menggambarkan betapa Brazil adalah negara yang mencintai sepakbola sampai ke pembuluh darah. Inti kata, dengan film ini membuat gue menjadi kurang lebih memahami secuil kebudayaan Brazil lewat gambaran kehidupan kota Rio. Selain itu, dengan keindahan kota yang ditampilkan membuat gue memasukkan Rio de Janeiro dalam daftar tujuan gue berikutnya ;p
Untuk pencinta film animasi musikal, bersiap-siaplah terhibur apalagi dengan soundtracks khas Brazil yang berirama menghentak dan memancing goyangan badan.
Rating?
8 dari 10
BONUS:
Mengintip dua menit pertama dari film ini (klik disini)
Blu adalah seekor burung nuri Macaw biru jenis Spix yang hidup dan besar di Minnesotta, AS. Ternyata spesies Blu telah termasuk langka, dan demi melestarikan spesiesnya, Blu bersama Linda pemiliknya pun terbang ke Rio untuk melestarikan spesies burung Macaw Spix. Di penangkaran satwa langka, Blu pun dipertemukan dengan Jewel, burung betina dengan jenis yang sama. Tidak hanya karena tidak bisa terbang, Blu yang dibesarkan sebagai binatang peliharaan yang terbiasa dilayani pun merasa tidak cocok dengan karakter Jewel yang malah lebih macho dan berani daripada Blu. Ternyata Rio de Janeiro tidak hanya mempertemukan Blu dengan satu-satunya spesies sesamanya yang tersisnya, tetapi juga mempertemukan Blu dengan takdirnya dengan naik turun petualangan yang seru, kocak, dan tak terlupakan.
Gue pun sangat sangat terhibur oleh film ini. Segi cerita memang biasa dan tipikal film animasi anak-anak, namun diluar itu film ini mengagumkan. Karakter-karakter yang ditampilkan sangat menarik dan mengocok perut dengan tingkah polah mereka. Setting tempat di Rio de Janeiro juga luar biasa indah. Animasi gambar yang detil dan tidak kalah dengan Pixar. Pasti banyak yang tidak menyangka bahwa ini adalah film musikal, dan setiap lagu yang tampil dalam film ini benar-benar ear-catchy walaupun rada mudah terlupakan. Namun menyesuaikan dengan latar belakangnya, lagu-lagunya pun berbau bossanova a la Sergio Mendes.
Tampaknya Carlos Saldanha memang lebih menyukai untuk menyutradari film-film dengan binatang langka (atau punah), dari ketiga sekuel Ice Age sampai pada film tentang burung nuri biru ini. Ciri khas dia pun tidak serta merta hilang dalam film ini, dengan memberikan humor yang kuat dan kena dengan humor visual. Ada beberapa adegan yang mengingatkan gue pada Ice Age. Namun pada film ini, Saldanha ingin menambahkan humor verbal yang sayangnya kurang kena dan malah tidak terlalu kentara. Diluar itu, gue menemukan diri gue ngakak-ngakak cukup heboh di banyak adegan dengan melihat kocaknya tingkah polah para burung-burung sableng ini.
gambar diambil dari sini |
Lalu selama tiga perempat film, gue dibuat sukses penasaran untuk menebak mana suara Jamie Foxx dan Will.I.Am. Namun tebak-tebakkan itu terjawab ketika mereka berdua mulai bernyanyi bersama. Seingat gue, mereka berdua belum pernah berduet di sebuah rekaman lagu di industri musik. Dua penyanyi R&B yang terjun ke dunia film bermain dan bernyanyi bersama dengan iringan lagu bossanova? Wow. Oh oh hampir lupa, tidak hanya si penyanyi-penyanyi ini yang bernyanyi. Namun film ini juga memamerkan kebolehan tarik suara dari Jesse Eisenberg dan Anne Hathaway! Ketika tarikan suara Hathaway terdengar diiringi dengan visual yang mengagumkan, fisik dan perasaan gue pun merespon dengan cinematic-orgasm. Yeah!
gambar diambil dari sini |
Disutradarai oleh sutradara kelahiran Brazil, tampakhnya Saldanha ingin menampilkan sedikit banyak mengenai kultur sosial di kota Rio de Janeiro yang eksotik dan ramai dikunjungi turis ini. Kurang lebih ya sama seperti Jakarta, kota besar namun dengan bertebarannya area kumuh di sudut-sudut kota. Kesenjangan sosial yang kentara, dimana yang kurang mampu menghalalkan segala cara untuk bertahan hidup. Selain itu, film ini juga mengajak penonton untuk mencicipi seperti apa rasanya hari-hari menjelang sampai berada di tengah-tengah pesta terbesar di planet, Carnival de Rio. Bagaimana antusiasnya penduduk lokal dan turis untuk mengantisipasi karnaval terbesar di planet ini. Selain itu, pembuat film juga (terjebak) ingin menggambarkan betapa Brazil adalah negara yang mencintai sepakbola sampai ke pembuluh darah. Inti kata, dengan film ini membuat gue menjadi kurang lebih memahami secuil kebudayaan Brazil lewat gambaran kehidupan kota Rio. Selain itu, dengan keindahan kota yang ditampilkan membuat gue memasukkan Rio de Janeiro dalam daftar tujuan gue berikutnya ;p
gambar diambil dari sini |
Rating?
8 dari 10
BONUS:
Mengintip dua menit pertama dari film ini (klik disini)
Komentar
Posting Komentar