TRON: Legacy

Sobekan tiket bioskop tertanggal 17 Desember 2010 adalah TRON: Legacy. Pertama kali melihat trailernya beberapa bulan yang lalu, gue sempat memandang film ini sebelah mata; pasti hanyalah film yang pamer efek visual yang bercerita tentang orang-orang yang bermain permainan primitif sampai salah satunya mati. Tapi setelah mengetahui bahwa salah satu grup musik favorit gue, Daft Punk, akan mengaransemen seluruh score di film ini, gue jadi tergerak. Apalagi setelah membaca pre-review di bicarafilm, gue jadi semakin termotivasi untuk menonton film ini. Dengan 40 menit dari film ini di-syuting dengan kamera IMAX 3D, rasanya akan sebanding kalau gue tonton di bioskop IMAX.

 Sam Flynn, anak dari pencipta video games terkenal Kevin Flynn, mencari keberadaan ayahnya yang menghilang selama 20 tahun. Setelah menemukan petunjuk yang berada di tempat kerja ayahnya yang telah lama ditinggalkan, Sam tersedot ke dalam dunia digital yang sama dimana ayahnya terjebak. Mereka berdua, bersama orang kepercayaan Kevin, mencoba untuk tetap bertahan hidup dan kembali ke dunia nyata serta menghindari Clu dan para anak buahnya yang siap men-derezzed (menghapus) para jagoan kita.

Salah satu ciri film yang gue anggap superb adalah film dimana adegan pamungkasnya bisa membuat gue merasakan cinematic-orgasm, yaitu merinding. Tidak sering gue merasakan sensasi merinding tersebut, dimana kali terakhir gue ngerasain itu ketika adegan klimaks dari rentetan kick di Inception. Ya, film ini berhasil membuat gue merasakan sensasi merinding sampai lutut itu pada adegan final battle di penghujung film. Memang layaknya film-film produksi Disney yang lain, plot cerita dibuat sangat sederhana dan mudah serta menghibur. Tapi film ini benar-benar menyuguhkan visual efek yang sangat-sangat brilian dan luar biasa, yang membuat mulut gue menganga berkali-kali.

Gue memang belum menonton prekuelnya, Tron (1982), yang menjadi tonggak sejarah penggunaan CGI di dunia perfilman. Dengar-dengar, pada masa itu Tron tidak begitu meraih sukses karena penonton yang belum terbiasa dan tertarik dengan film-film fiksi ilmiah, padahal ini adalah film pertama di era tersebut yang menggunakan teknik CGI selama 20 menit dari seluruh durasi filmnya. Bermodalkan plot sinopsis dari imdb, gue pun siap untuk menonton cerita tentang dunia Tron yang diciptakan oleh Steven Lisberger (sutradara dan penulis naskah pada film pertama, dan produser pada film kedua).
gambar diambil dari sini
Film debut bagi sutradara Joseph Konsinski ini memang memiliki cerita yang cukup sederhana untuk melanjutkan cerita yang terpisah selama 28 tahun; mencoba bertahan hidup di The Grid (dunia digital ciptaan Kevin Flynn) dan kembali ke dunia nyata. Tugas berat disandangnya untuk tidak mengecewakan para fans Tron yang telah dipupuk harapannya untuk dapat melihat sekuelnya sejak pengumuman dari Disney tahun 2008 lalu. Dengan screenplay yang ditulis oleh penulis serial TV Lost, Edward Kitsis dan Adam Horowitz (merupakan debut mereka di layar lebar juga), Joseph dan tim animatornya menjadikan film ini sebagai film 3D terbaik setelah Avatar-nya James Cameron. Tidak seperti film-film 3D lainnya yang disyuting dengan kamera 2D biasa lalu di-convert ke dalam bentuk tiga dimensi, 40 menit dari  film ini khusus disyuting dengan kamera 3D ciptaan James Cameron.

Tidak ada yang spesial di segi akting. Masih banyak film-film dimana Jeff Bridges tampil maksimal, dan menurut gue film ini bukanlah performa terbaiknya. Garrett Hedlund yang baru kali ini tampil sebagai aktor utama di layar lebar, tenggelam oleh penampilan Olivia Wilde sebagai orang kepercayaan Kevin Flynn, yang mampu mewarnai dan menjadi pemanis di film aksi ini. Yang mungkin patut gue acungi jempol adalah Clu (kependekan dari Codified Likeness Utility), si tokoh antagonis yang dingin dan keji, tidak lain dan tidak bukan adalah gambaran Kevin Flynn di umur 30-an. Sepanjang setengah film pertama, gue dibuat percaya bahwa Clu ini diperankan oleh Jeff Bridges dengan make-up canggih di muka sehingga tampak lebih muda. Di penghujung film gue baru sadar bahwa Clu itu ternyata adalah hasil CGI, dengan teknologi yang sama untuk membuat berkurangnya umur Brad Pitt di The Curious Case of Benjamin Button.
gambar diambil dari sini
Yang gue salut dari film ini, selain karena kemegahan visual efeknya yang spektakuler, adalah ide dan imajinasi  para pembuat film akan setiap hal detil yang ada pada dunia The Grid. Mungkin sudah banyak film-film futuristik yang menggambarkan bagaimana canggih dan modern-nya setiap peralatan yang ada, tapi film ini menggambarkannya dengan elegan dan elite. Mulai dari jendela, lantai, pakaian, senjata, sampai kendaraan. Senjata macam cakram menyala atau tongkat memang cenderung primitif tapi toh Star Wars berhasil membuat image light saber menjadi salah satu senjata yang sophisticated. Jujur, menurut gue kendaraan di film ini macam light cycle atau light jet membuat starfighters-nya Galactic Empire dan Rebellion di Star Wars jadi terkesan "vintage".


Lalu hal lain yang membuat gue mencapai titik cinematic-orgasm pada film ini adalah score-nya yang luar biasa. Debut pertama bagi dua DJ asal Perancis (banyak debut ya di film ini ;p) untuk mengaransemen score di film layar lebar, Daft Punk benar-benar menguras dan memaksimalkan keahlian mereka untuk mengolah musik elektronik yang sudah menjadi bidang mereka. Oke, bagian ini mungkin memang agak subjektif karena gue sendiri adalah fans berat dari Daft Punk yang sudah gue kenal semenjak 9 tahun lalu. Tapi mendengarkan aransemen Daft Punk di film ini menjadi suatu hal yang sangat baru bagi gue, dan mungkin para penggemar Daft Punk lainnya. Mereka berdua terbiasa untuk membuat para pendengar berjoget menggoyangkan kepala dan kaki mengikuti irama musik elektronik mereka yang groovy.  Tapi di film ini mereka ditantang untuk bisa menghidupkan dan memberi penekanan pada setiap adegan yang ada, dimana filmnya pun bukan tipikal film yang bisa diiringi musik "riang" a la David Guetta atau Groove Armada (yang sealiran dengan Daft Punk), misalnya. Daft Punk pun menjawab dengan sangat baik tantangan tersebut dan sukses menerjemahkan dan mendigitalisasikan atmosfer dari setiap frame yang ada ke dalam alunan nada elektronik plus orkestra. Apalagi dunia digital yang menjadi tema utama film ini adalah memang image yang telah mereka bawakan sejak dulu lewat kostum mereka dalam setiap pertunjukan live. Tidak hanya itu, gue juga tersenyum puas melihat cameo mereka di film ini.
gambar diambil dari sini
Sederhananya jalan cerita bukan serta-merta bagi kita untuk tidak menggunakan otak sama sekali dalam menonton film ini. Setidaknya ada beberapa hal yang dapat direnungkan lebih lanjut setelah lampu bioskop kembali menyala. Obsesi Kevin Flynn akan kesempurnaan dunia The Grid yang dia dambakan, serta membelotnya Clu yang tidak lain adalah artificial intelligence ciptaan Flynn sendiri. Memang teknologi AI yang membelot melawan penciptanya sendiri bukan bumbu cerita yang baru, yang kalau boleh gue hubung-hubungkan, bumbu ini memiliki aroma yang sama dengan The Matrix yang juga memiliki setting dunia digital. Belum lagi ada beberapa adegan yang mengingatkan gue akan Star Wars: Episode II - Attack of the Clones. Walaupun beberapa adegan dalam film ini menimbulkan perasaan dejavu bagi gue (khususnya bagi pecinta trilogi The Matrix dan serial saga Star Wars), bukan berarti film ini tidak dapat dinikmati dengan maksimal.


Akhir kata, film ini memang sangat-sangat memanjakan mata dan telinga para penonton. Cerita yang mudah untuk diikuti, bahkan bagi mereka yang belum menonton prekuelnya. Sebelum memasang kacamata tiga dimensi anda, pastikan anda berada di bioskop dengan layar selebar mungkin serta sistem suara yang mumpuni. Setelah itu, bersiaplah untuk memakai pakaian ketat ber-neon dan terhisap ke dalam petualangan Sam Flynn di dalam The Grid. Oya, usahakan jangan datang terlambat demi melihat logo istana Disney yang berbeda dari film-film produksi mereka yang lain.
gambar diambil dari sini
The Grid. A digital frontier. I tried to picture clusters of information as they traveled through the computer. Ships, motorcycles. With the circuits like freeways. I kept dreaming of a world I thought I'd never see. And then, one day... i got in. -Kevin Flynn-


Rating?
8,5 dari 10

Komentar

  1. kok yg gbr tulisan tron legacy yg ada 2 orgnya itu gue ga liat ya mo? utg gue ntn setelah baca blog lo ini jadi gue ga dtg telat dan liat logo disneynya, keren juga. haha...
    tapi ni pelem sih mantep banget lah sumpah. gue merinding ato yg lo blg cinematic-orgasm lebih dari sekali. haha...
    tapi gue baru baca yg bagian kamera 3D itu, 3Dnya sih oke parah emg. ni pelem bener2 memakai kemampuan 3D sampai batas maksimal!

    BalasHapus
  2. ahahaha gambar itu emang cuma gambar2an doank kok, bukan snapshot dari filmnya. gue taruh disini atas tribute gue kepada Daft Punk aja :D

    yoi, kamera 3D yang dipake memang pengembangan
    dari kamera 3D bikinan James Cameron. lebih makyus lagi kalo ditonton di teater IMAX yang layarnya lebih gede dari atap rumah gue. ahahaha!

    BalasHapus

Posting Komentar