Kaka Boss - Review


Ini dia film kelima dari rumah produksi kesayangan sinefil, Imajinari Pictures. Rumah produksi milik Ernest Prakasa yang terkenal dengan mempertahankan idealisme di atas komersialisme. Film kelima ini masih juga menjunjung idealisme mereka dengan mengangkat tema dan suku yang selama ini hanya jadi objek di layar lebar maupun layar kaca; Indonesia Timur! Sebuah tema yang pastinya cukup niche dan segmented meski tidak mengurangi kualitasnya.

Kaka Boss dengan mayoritas pemain dan sutradara berasal dari Indonesia Timur jelas menjadi salah satu medium suara yang paling vokal. Di atas kertas, film Kaka Boss memang berkisah tentang seorang boss penagih utang yang ingin alih profesi menjadi penyanyi demi memperbaiki citra dirinya di depan teman-teman anak perempuan semata wayangnya. Tapi di bawah kertas, film ini jelas mau membongkar citra (buruk) orang-orang Indonesia Timur yang terlanjur negatif di masyarakat banyak.


Gue sendiri pun masih selalu takut bila bertatapan mata dengan orang-orang Indonesia Timur karena stigma preman dan debt collector yang melekat pada mereka. Padahal, seperti yang film ini utarakan beberapa kali, bukan salah mereka jika mereka berkulit gelap, berperawakan besar, dan bermata tajam. Justru kesulitan ekonomi dan "modal" fisik yang membuat mereka tidak ada pilihan selain menjadi penagih utang.

Lewat film ini, gue pun jadi tahu bahwa ternyata mereka sangat profesional sebagai penagih utang. Proses hukum selalu diutamakan sebelum datang menagih, dan mediasi serta dialog juga selalu didahulukan. Ketika pihak lawan yang tidak bisa diajak kompromi, maka tensi dinaikkan sampai tujuan tercapai. Ini memang kondisi idealnya, meski pastinya banyak orang atau kelompok tidak bertindak seideal ini. Namun jika ada orang atau kelompok yang tidak bertindak ideal, maka ini bukan lagi stigma yang melekat pada satu suku tertentu tetapi sudah jadi penyakit masyarakat.


Dalam portofolio Imajinari Picures, menurut gue Kaka Boss memang jadi yang paling lemah sampai saat ini - di bawah Ngeri-Ngeri Sedap, Jatuh Cinta Seperti di Film-Film, Agak Laen, dan Harta Tahta Raisa. Sebagai film komedi, meski komedi itu subjektif, tapi menurut gue komedi di Kaka Boss banyak hit-and-miss. Entah kurang di eksekusi atau penyampaian naskah, yang jelas ada beberapa lelucon yang tidak berhasil memantik tawa gue pribadi. Di sisi lain, plot tentang keluarga ternyata bisa memancing genangan air mata. Rasanya kisah keluarga ini yang menjadi ciri khas yang paling kuat dari Imajinari Pictures, dan semoga dipertahankan di film-film berikutnya.






- sobekan tiket bioskop tanggal 31 Agustus 2024 -
----------------------------------------------------------
review film kaka boss
review kaka boss
kaka boss movie review
kaka boss film review
resensi film kaka boss
resensi kaka boss
ulasan kaka boss
ulasan film kaka boss
sinopsis film kaka boss
sinopsis kaka boss
cerita kaka boss
jalan cerita kaka boss

Komentar