The Invitation

"Jamuan makan malam penuh darah yang elegan, dengan eksekusi yang realistis dan tidak berlebihan"

Will dan kekasih barunya akhirnya memenuhi undangan makan malam mantan istrinya, Eden. Setelah dua tahun tidak bertemu, ternyata Eden telah memiliki suami baru dan teman-teman baru yang misterius. Tidak butuh waktu lama bagi Will untuk mencurigai mereka semua, namun kecurigaan tersebut bercampur dengan trauma dan duka masa lalu antara Will dengan Eden. Namun dengan tipisnya waktu, Will harus bisa memisahkan antara insting dengan traumanya demi menyelamatkan hidup dirinya dan kekasih barunya.

Kita semua tahu bahwa film tipikal seperti ini akan memberikan ending yang penuh darah. Menariknya adalah sejak awal film, kita sudah disuguhi beberapa petunjuk tentang siapa yang akan melakukannya. Maka dalam The Invitation, pertanyaan utama pun bukan lagi siapa, tetapi mengapa dan bagaimana. Dua pertanyaan ini yang kemudian dijawab dengan sangat elegan dan realistis di akhir film. Apalagi dengan satu jam pertama yang penuh dengan pembangunan karakter dan sangat menyerap emosi, untuk kemudian mampu menarik penonton seperti seakan-akan berada dalam jamuan makan malam tersebut.

Gue sebagai penonton, benar-benar seakan ditempatkan pada sepatu Will. The Invitation memang diramu sedemikian rupa agar penonton melihat para karakter yang ada dalam film ini dari sudut pandang Will yang sangat menderita di hati dengan trauma masa lalunya. Penuh kecurigaan pada beberapa orang, apalagi menemukan beberapa petunjuk yang entah cukup jelas atau terlalu kabur karena preferensi masa lalu. Namun ketika kecurigaan tersebut terjawab, bukan ucapan "tuh kan apa gue bilang" yang terucap, tetapi justru ucapan-ucapan logis seperti "kita tidak akan mati seperti ini".


Bagi kebanyakan penonton, satu jam pertama film memang terlihat cukup membosankan karena hanya deretan dialog antara sahabat-sahabat lama yang sudah dua tahun tidak bertemu. Tetapi justru dalam dialog-dialog tersebut yang menjadi kunci, atau pondasi terhadap apa yang akan terjadi di akhir film. Deretan dialog yang kontennya sebenarnya sangat kontras dengan kenormalan yang ada di jamuan makan malam tersebut. Saking aneh dan fishy yang membuat para karakter dalam layar - dan juga kita para penonton - akan duduk termangu dan mengernyitkan dahi.

Semua adegan-adegan normal tersebut dibungkus dengan scoring menusuk dan terkesan memompa intensitas ketegangan ke ranah yang lebih tinggi. Scoring yang seakan mempersiapkan penonton untuk adegan selanjutnya, yang ternyata hanya false alarm belaka. Namun ketika adegan "itu" tiba, ternyata tidak disangka-sangka. Sia-sialah persiapan yang telah kita biasakan sejak awal film. It comes with a bang! Eksekusi yang brilian dan sangat realistis, tidak berlebihan seperti film-film slasher serupa. The Invitation jelas bermain di ranah emosi dan psikologis dengan cerdas, ketimbang fokus pada darah semata.



USA | 2015 | Thriller | 100 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1

Rating?
8 dari 10

----------------------------------------------------------
  • review film the invitation
  • review the invitation
  • the invitationmovie review
  • resensi film the invitation
  • resensi the invitation
  • ulasan the invitation
  • ulasan film the invitation
  • sinopsis film the invitation
  • sinopsis the invitation
  • cerita the invitation
  • jalan cerita the invitation

Komentar