Riddick

"Sekuel ketiga dari franchise Riddick ini kembali ke esensi dasarnya sebagai film survival seorang karakter antihero yang brutal"

Sembilan tahun sejak The Chronicles of Riddick (2004) dimana Riddick mengalahkan raja kaum Necromongers dan diangkat menjadi Lord Marshall, kini sekuel ketiganya dibuat untuk memberikan rasa nostalgia pada para fansnya. Franchise Riddick memang telah berjasa besar bagi Vin Diesel untuk mengangkat namanya, khususnya lewat Pitch Black (2000). Dengar-dengar, sekuel ketiga yang diberi judul Riddick ini dibuat dan diproduseri oleh Vin Diesel sendiri ketika ada seorang fans memintanya untuk membuat film lagi tentang Riddick di laman facebook miliknya. Vin Diesel pun berhasil mendapatkan hak atas franchise Riddick dari Universal Pictures sebagai barter atas cameo-nya di The Fast & the Furious: Tokyo Drift (2006).

Riddick si salah satu dari ras Furyan yang tersisa di alam semesta yang memiliki kemampuan melihat dalam gelap, kembali dibuang dan diasingkan di suatu planet tak berpenghuni yang berkondisi ekstrim. Penuh luka di sekujur tubuh dan patah tulang, ia harus bertahan hidup menghadapi binatang alien ganas yang ingin menyantapnya. Satu-satunya jalan keluar adalah dengan mengaktifkan sinyal darurat, yang kemudian memanggil dua pesawat pemburu bayaran. Pesawat pertama adalah para pemburu bayaran yang tergiur oleh dua kali lipat bayaran atas kepala Riddick, sementara pesawat kedua bernafsu untuk mengejar Riddick terkait dengan masa lalunya. Riddick dan para pemburunya tidak memiliki waktu banyak dengan badai planet yang semakin mendekat yang akan melepaskan alien-alien ganas.


Gue memang cukup familiar dengan dua film pertama tentang Riddick walaupun selalu nonton di versi home video lewat channel berbayar. Gue sangat menikmati Pitch Black karena cukup orisinil sebagai film action sci-fi yang banyak terinspirasi dari franchise Alien tetapi memiliki karakter utama yang antihero. Namun sayang, orisinalitas tersebut menurun ketika sutradara/penulis naskah seluruh franchise Riddick, David Twohy, mencoba meregangkan kisah survival tersebut ke ranah sosio-politis pada The Chronicles of Riddick. Beruntung, reuni Diesel-Twohy di sekuel ketiga ini mengembalikan esensi karakter antihero ini pada jalurnya; sosok penjahat brutal yang diburu manusia namun dapat menjadi penyelamat di tengah situasi ekstrim yang mengancam nyawa.

Dibuat dengan budget yang setengah kali lebih rendah dibandingkan The Chronicles of Riddick, visual efeknya sangat dapat dimaklumi - bahkan dapat diacungi jempol dengan budget serendah itu. Efek yang ada memang kurang meyakinkan di beberapa adegan, tetapi sisanya masih tampak mulus. Rendahnya budget ini juga terlihat di deretan castnya yang lebih memilih memasang para aktor/aktris yang kurang terkenal, dimana beberapa aktingya dan dialognya memang tampak cheesy. Tapi ya peduli setan, wong film ini hanya fokus pada Riddick dan Vin Diesel. Kalau boleh membela, justru kombinasi ini yang membuat Riddick menjadi seakan film action sci-fi berstatus indie dengan gaya B-class action movie yang penuh dengan adegan gore.


Niat Diesel/Twohy yang mengembalikan esensi Riddick memang patut diapresiasi, namun sayang jalan cerita dan konsepnya terlalu pararel dengan Pitch Black. Beberapa fans dan kritik sempat memberikan pernyataan bahwa Riddick ini seakan remake dari Pitch Black. Rasanya ini adalah hal yang menjadi buah simalakama bagi Diesel/Twohy. Para penonton baru jelas dapat menikmati dengan baik film Riddick ini karena hanya sedikit adegan yang memiliki referensi pada sekuel sebelumnya. Namun bagi para fans berat pun akan terpecah menjadi dua kelompok; yang senang bernostalgia dengan karakter antihero Richard B. Riddick atau yang berharap akan sesuatu yang lebih dan berbeda daripada dua sekuel sebelumnya.

Ah yang jelas, film Riddick ini masih dapat gue nikmati. Walaupun di tengah film ada sekelebat pikiran yang lewat di kepala gue, bahwa film ini mungkin akan lebih dapat dinikmati di versi home video tanpa harus mengeluarkan uang HTM Rp. 30.000 ;p



USA / UK | 2013 | Action / Sci-Fi | 119 min | Aspect Ratio 2.35 : 1


Scene During Credits? TIDAK

Scene After Credits? TIDAK

Rating?
7 dari 10

- sobekan tiket bioskop tertanggal 10 September 2013 -

Komentar