The Amazing Spider-Man

Entah apa yang ada dibenak Marvel Studios untuk membuat remake dari Spider-Man yang telah sukses lewat trilogi garapan Sam Raimi di tahun 2000-an. Yang jelas, 10 tahun dari Spider-Man versi Toby McGuire, kali ini Marvel memasang Andrew Garfield sebagai Peter Parker yang baru dan Marc Webb sebagai sutradara dari remake ini. Kita lihat saja apakah manusia laba-laba ini mampu meraup kesuksesan yang sama dengan pendahulunya dalam The Amazing Spider-Man.

Berawal dari masa kecil yang pahit dimana Peter Parker (Andrew Garfield) ditinggalkan oleh orang tuanya, di masa remaja ia berusaha mencari jati dirinya. Peter juga menemukan love interest-nya Gwen Stacy (Emma Stone) dimana mereka akan bersama-sama menjalani cinta, komitmen, dan rahasia. Ketika menemukan tas peninggalan ayahnya dan dokumen rahasia di dalamnya, Peter pun berusaha menguak rahasia dibalik menghilangnya orangtuanya. Pencarian tersebut membawanya kepada Dr. Connors, rekan kerja ayahnya yang sedang mengembangkan teknologi penyatuan DNA spesies. Tidak sengaja digigit oleh laba-laba eksperimen, Peter Parker yang menjadi Spider-Man harus berhadapan dengan musuh pertamanya yang jauh lebih kuat darinya.

Kekhawatiran saya dengan remake Spider-Man ini pun tidak terjawab. Spider-Man masih tetap menjadi sosok pahlawan yang diminati semua orang dari segala usia, dengan karakternya yang membumi layaknya seperti remaja kebanyakan. Apalagi Andrew Garfield memberikan nuansa baru bagi karakter Peter Parker/Spiderman yang tidak hanya nerdy tetapi juga sedikit nakal dan terbilang cerdas. Beberapa plot cerita mungkin akan membawa penonton otomatis mengingat kembali Spider-Man (2002) versi Sam Raimi yang masih cukup segar di ingatan. Namun Marc Webb berhasil menyetir film ini dengan tema dunia remaja dengan percintaannya.

gambar diambil dari sini
Tangan Marc Webb yang pernah membesut kisah romansa (500) Days of Summer (2009) sangat terasa dalam film ini. Jika Raimi bertolak dari ide "big power comes big responsibility", maka Webb secara sederhana bertolak dari tema remaja yang mencari jati diri dan cinta. Sepanjang film, penonton disuguhkan bagaimana Peter Parker yang mati-matian berusaha mencari identitas orang tuanya - yang kemudian akan menjadi identitas dirinya sebagai pahlawan remaja. Pencarian identitas itu diperkuat dengan bagaimana Peter Parker dipertemukan dengan cinta pertamanya, Gwen Stacy. Cinta pertama inilah yang menjadi dorongan utama bagi Peter Parker untuk terus berusaha mencari identitas dirinya, yang direpresentasikan dengan melawan musuh pertamanya sebagai Spider-Man. Di tangan Webb, kisah romansa Peter-Gwen sangat membumi dan dekat dengan penonton, apalagi penonton usia remaja. Percintaan yang kaku dan canggung, ditambah pula dengan seluk-beluk rahasia dan tanggung jawab.

Mungkin ini adalah awal dari puncak karir aktor muda berbakat, Andrew Garfield, yang kabarnya menangis terharu saat pertama kali menggunakan kostum Spider-Man. Semenjak The Imaginarium of Doctor Parnassus (2009) hingga The Social Network (2010), penampilan dan kekuatan akting dari Andrew Garfield mengalami peningkatan drastis. Jelas ada banyak pihak yang membandingkan Andrew Garfield dengan Tobey McGuire sebagai Peter Parker, namun secara pribadi saya lebih suka Peter Parker yang digambarkan oleh Andrew Garfield. Jika Tobey membawakan Peter Parker sebagai remaja cupu dan canggung, maka Andrew menampilkan Peter Parker lebih "hidup" dengan kecerdasannya dan kenakalannya, khususnya setelah ia mendapatkan kekuatan super.
gambar diambil dari sini
Bagi para laki-laki seperti saya yang memuja kecantikan Emma Stone tentu akan bersorak gembira setiap kali Gwen Stacy ada di layar. Sekali lagi, Emma Stone membuktikan kekuatan aktingnya lewat karakter Gwen Stacy yang tidak hanya menjadi gadis popouler di sekolah, namun juga sebagai gadis yang harus menanggung beban berat sebagai significant others bagi penegak-penegak hukum di kota New York.

Lalu apa yang baru dari remake ini? Praktis hanyalah tampilan luarnya saja. Selain pemeran, karakterisasi, dan kostum yang baru, para pembuat film juga memilih mengembalikan kekuatan jaring laba-laba Spider-Man pada komik awalnya. Jika Sam Raimi memilih menggunakan ide jaring laba-laba sebagai bahan organik yang keluar dari tubuh Peter Parker, maka Marc Webb lebih menekankan pada kecerdasan Peter Parker dalam membuat alat pelontar jaring laba-laba yang digunakan di pergelangan tangan. Banyak terinspirasi oleh Batman Begins (2006), Marc Webb tampak ingin menambah fokus terhadap bagaimana awalnya Peter Parker dapat tergigit oleh laba-laba eksperimental. Walaupun ditambah dengan peran antagonis yang cukup kuat dan mengerikan, sisanya tidak ada yang baru dalam remake ini. Beberapa poin jalan cerita akan membuat anda secara otomatis mengingat jalan cerita yang ada dalam Spider-Man (2002); hubungan Peter Parker dengan pamannya dan rasa bersalah serta tindakan arogan Peter Parker yang terus menerus membawa malapetaka. Yang menarik adalah jika Sam Raimi berusaha keras untuk mempertahankan topeng Spider-Man pada Peter Parker, maka Marc Webb sangat santai dengan topeng Spider-Man yang cukup sering dibuka-tutup sepanjang film.
gambar diambil dari sini
Meskipun rasanya tidak perlu membuat remake dari trilogi Spider-Man dari Sam Raimi yang sudah sukses, namun film ini - dengan Andrew Garfield dan Emma Stone - tetap sayang untuk dilewatkan sebagai film yang menyenangkan untuk ditonton di layar lebar. Apalagi dengan beberapa scene first-person ketika sang manusia laba-laba berayun-ayun di kota New York.

USA | 2012 | Action / Fantasy | 136 Mins | Aspect Ratio 2.35 : 1

Rating?
8 dari 10



- sobekan tiket bioskop tertanggal 2 Agustus 2012 -

Komentar