Unstoppable
sobekan tiket bioskop tertanggal 26 November 2010 adalah Unstoppable. Tony Scott tampaknya tidak bosan-bosannya bekerja sama dengan Denzel Washington semenjak Man on Fire (2004). Setelah menyutradarai kisah pembajakan kereta bawah tanah The Taking of Pelham 123 (2009), yang juga dibintangi oleh Washington, kini Scott kembali menyutradai film yang dengan setting kereta.
Hari pertama kerja sebagai kondektur bagi Will tidak semudah yang ia bayangkan. Dipasangkan dengan Frank, seorang masinis senior dengan segudang pengalaman, mereka berdua berusaha kuat untuk menghentikan sebuah kereta tanpa awak yang melaju kencang. Tidak kecepatannya saja yang menakutkan, tapi kargo yang dibawa kereta ini ternyata mengandung bahan berbahaya yang mudah meledak. Kecepatan tinggi, mengangkut bahan berbahaya, dan menuju ke kota dengan populasi tinggi, Will dan Frank harus meregang nyawa untuk menghentikan kereta bernomor 777 ini.
Sentuhan Scott di film-film aksinya selalu membuat penonton terduduk di ujung kursi masing-masing. Kecepatan kereta tanpa awak yang melaju di atas rel ini diadaptasi dengan baik dengan naskah yang bagus, sinematografi yang brilian, dan tensi yang tinggi dari awal sampai akhir film. Terinspirasi dari kisah nyata yang cukup sederhana dimana seorang pekerja lupa memasang rem pada kereta ketika hendak mengganti rel di depannya, di dramatisir dengan sangat baik oleh penulis naskah Mark Bomback, yang mengembalikan John Mclane di dunia perfilman dalam Die Hard 4.0 (2007).
Scott menghabiskan paruh film pertama untuk meletakkan pondasi-pondasi cerita dengan sangat baik. Karakter-karakter sampingan diperkenalkan, kejadian-kejadian minor penyebab melajunya kereta 777 tanpa awak ditampilkan, latar belakang dari kedua pahlawan kita pun disajikan dengan mulus. Paruh film kedua, penonton diberikan berbagai prosedur standar untuk menghentikan kereta tanpa awak yang melaju kencang. Namun ternyata apa yang tertulis pada buku manual tidak sepenuhnya dapat berlaku di kejadian nyata. Terkadang memang pengalaman yang bisa berperan banyak untuk menangangi masalah dibandingkan teori dan buku-buku prosedur standar.
Menarik melihat kedua karakter Frank dan Will dipertemukan dengan cara yang cukup ekstrim; di akhir karir Frank dan di hari pertama kerja bagi Will, mereka berdua harus bahu-membahu dan saling percaya satu sama lain untuk menghentikan kereta 777 tersebut. Di awal film (dan juga di trailer) kita diberi sedikit gambaran mengenai latar belakang Frank dan kawan-kawan yang harus menghadapi pensiun dini. Dengan munculnya anak baru di perusahaan, para senior ini pun cenderung kurang menyukai para anak baru ini yang memang disiapkan oleh perusahaan untuk menggantikan pekerja-pekerja yang sudah berumur yang lambat laun kehilangan produktivitasnya. Namun pepatah lama "makin tua makin jadi" tampaknya masih berlaku di dunia ini, bahwa walaupun sudah berumur namun Frank yang telah bekerja selama 28 tahun di atas rel ternyata masih dapat dipercaya dan diandalkan. Ditambah dengan darah segar dari Will yang walaupun minim pengalaman dan banyak melakukan kesalahan, tapi sayang kalau tidak diberi kesempatan untuk berjalan di atas rel.
Film ini juga menggambarkan bahwa terkadang yang menjadi pahlawan itu bisa saja orang biasa dengan setumpuk masalah di masa lalu mereka. Frank yang hubungannya sedang renggang dengan anaknya, dan Will yang memiliki masalah terhadap hubungannya dengan istri dan anaknya. Tapi yang membuat mereka tidak pernah putus asa dalam menghentikan kereta 777 tersebut adalah diatas masalah mereka masing-masing, mereka memiliki integritas dan kepedulian terhadap sesama bahwa sekitar 100 ribu nyawa penduduk ada dalam bahaya dengan kereta yang membawa bahan mudah meledak yang melaju tanpa henti ini.
Dari 100 menit film dengan kamera yang terus menerus mengejar-ngejar kereta tanpa awak yang melaju sekitar 70 mil per jam ini, gue menemukan beberapa hal yang menarik dari sinematografinya. Walaupun kita diberikan dua orang aktor utama, tapi kebanyakan mengambil gambar dari si kereta 777 yang melaju kencang. Dari awal sampai akhir film, penonton diberikan penglihatan mengenai kereta 777 ini dari berbagai sudut pandang, seakan-akan ingin menggambarkan betapa mengerikannya kekuatan kereta ini jika lepas kontrol. Selain itu, cukup sering kamera mengambil gambar dari luar kereta (dari helikopter TV, jalanan, dsb) dengan zooming, tone warna, dan manuver pengambilan gambar yang menarik. Para pembuat film tahu benar bagaimana cara membuat penonton agar tidak bosan memandangi kereta yang itu-itu saja. Harus gue akui juga, sinematografi film ini pada pengambilan gambar kereta, membuat setiap kereta yang muncul pada film ini (lokomotif 1206-nya Frank dan Will, maupun kereta 777) tampak seksi.
Film dengan kecepatan dan tensi tinggi, ditambah dengan aksi heroik yang down-to-earth, orang biasa yang menjadi pahlawan, apalagi disutradari oleh orang yang biasa menangani film-film aksi, film ini sayang untuk dilewatkan di bioskop.
Rating?
7,5 of 10
Hari pertama kerja sebagai kondektur bagi Will tidak semudah yang ia bayangkan. Dipasangkan dengan Frank, seorang masinis senior dengan segudang pengalaman, mereka berdua berusaha kuat untuk menghentikan sebuah kereta tanpa awak yang melaju kencang. Tidak kecepatannya saja yang menakutkan, tapi kargo yang dibawa kereta ini ternyata mengandung bahan berbahaya yang mudah meledak. Kecepatan tinggi, mengangkut bahan berbahaya, dan menuju ke kota dengan populasi tinggi, Will dan Frank harus meregang nyawa untuk menghentikan kereta bernomor 777 ini.
Sentuhan Scott di film-film aksinya selalu membuat penonton terduduk di ujung kursi masing-masing. Kecepatan kereta tanpa awak yang melaju di atas rel ini diadaptasi dengan baik dengan naskah yang bagus, sinematografi yang brilian, dan tensi yang tinggi dari awal sampai akhir film. Terinspirasi dari kisah nyata yang cukup sederhana dimana seorang pekerja lupa memasang rem pada kereta ketika hendak mengganti rel di depannya, di dramatisir dengan sangat baik oleh penulis naskah Mark Bomback, yang mengembalikan John Mclane di dunia perfilman dalam Die Hard 4.0 (2007).
Scott menghabiskan paruh film pertama untuk meletakkan pondasi-pondasi cerita dengan sangat baik. Karakter-karakter sampingan diperkenalkan, kejadian-kejadian minor penyebab melajunya kereta 777 tanpa awak ditampilkan, latar belakang dari kedua pahlawan kita pun disajikan dengan mulus. Paruh film kedua, penonton diberikan berbagai prosedur standar untuk menghentikan kereta tanpa awak yang melaju kencang. Namun ternyata apa yang tertulis pada buku manual tidak sepenuhnya dapat berlaku di kejadian nyata. Terkadang memang pengalaman yang bisa berperan banyak untuk menangangi masalah dibandingkan teori dan buku-buku prosedur standar.
Menarik melihat kedua karakter Frank dan Will dipertemukan dengan cara yang cukup ekstrim; di akhir karir Frank dan di hari pertama kerja bagi Will, mereka berdua harus bahu-membahu dan saling percaya satu sama lain untuk menghentikan kereta 777 tersebut. Di awal film (dan juga di trailer) kita diberi sedikit gambaran mengenai latar belakang Frank dan kawan-kawan yang harus menghadapi pensiun dini. Dengan munculnya anak baru di perusahaan, para senior ini pun cenderung kurang menyukai para anak baru ini yang memang disiapkan oleh perusahaan untuk menggantikan pekerja-pekerja yang sudah berumur yang lambat laun kehilangan produktivitasnya. Namun pepatah lama "makin tua makin jadi" tampaknya masih berlaku di dunia ini, bahwa walaupun sudah berumur namun Frank yang telah bekerja selama 28 tahun di atas rel ternyata masih dapat dipercaya dan diandalkan. Ditambah dengan darah segar dari Will yang walaupun minim pengalaman dan banyak melakukan kesalahan, tapi sayang kalau tidak diberi kesempatan untuk berjalan di atas rel.
gambar diambil dari sini |
Dari 100 menit film dengan kamera yang terus menerus mengejar-ngejar kereta tanpa awak yang melaju sekitar 70 mil per jam ini, gue menemukan beberapa hal yang menarik dari sinematografinya. Walaupun kita diberikan dua orang aktor utama, tapi kebanyakan mengambil gambar dari si kereta 777 yang melaju kencang. Dari awal sampai akhir film, penonton diberikan penglihatan mengenai kereta 777 ini dari berbagai sudut pandang, seakan-akan ingin menggambarkan betapa mengerikannya kekuatan kereta ini jika lepas kontrol. Selain itu, cukup sering kamera mengambil gambar dari luar kereta (dari helikopter TV, jalanan, dsb) dengan zooming, tone warna, dan manuver pengambilan gambar yang menarik. Para pembuat film tahu benar bagaimana cara membuat penonton agar tidak bosan memandangi kereta yang itu-itu saja. Harus gue akui juga, sinematografi film ini pada pengambilan gambar kereta, membuat setiap kereta yang muncul pada film ini (lokomotif 1206-nya Frank dan Will, maupun kereta 777) tampak seksi.
gambar diambil dari sini |
Rating?
7,5 of 10
Komentar
Posting Komentar