Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2024

A Quiet Place: Day One - Review

Gambar
Seperti judulnya, film ketiga dari A Quiet Place ini nggak bergerak maju sejak A Quiet Place Part II (2021) melainkan bergerak mundur ke hari pertama serangan alien yang super-sensitif terhadap suara. Maka tidak ada lagi karakter Emily Blunt dan keluarganya, melainkan kita akan mengikuti karakter baru yang diperankan oleh Lupita Nyong'o dan Joseph Quinn. Untuk fans serial Stranger Things pasti kenal sama Joseph Quinn, yang memerankan karakter lovable Eddie Munson di Season 4. Franchise A Quiet Place cukup konsisten menyajikan latar yang berbeda dalam setiap filmnya. Kalau di A Quiet Place (2019) latarnya adalah pedesaan, A Quiet Place Part II (2021) berlatar di pabrik dan sub-urban, maka A Quiet Place: Day One berlatar di perkotaan. Latar memang menjadi subjek kedua - setelah manusia sebagai karakter utama - dan berperan cukup penting dalam situasi kiamat dengan jenis alien seperti ini. Kalau di desa dan daerah pabrik saja cukup sulit untuk tidak menimbulkan suara dengan tida

Twilight of the Warriors: Walled In - Review

Gambar
Untuk penggemar film aksi kungfu, khususnya film-film Hong Kong tahun 90-an, nggak boleh melewatkan film ini di bioskop. Selain Twilight of the Warriors: Walled In terpilih untuk tayang di Cannes Film Festival tahun 2024, film ini juga menghadirkan bintang film Hong Kong legendaris mulai dari Aaron Kwok sampai dengan Sammo Hung. Film ini memusatkan kisahnya pada komplek rumah susun kumuh yang sudah dihancurkan tahun 1993; Kowloon Walled City. Komplek rumah susun kumuh ini tidak hanya dihuni oleh penduduk Hong Kong tapi juga warga imigran ilegal. Meski banyak kejadian kriminal, tapi konon penduduk Kowloon Walled City punya rasa solidaritas yang tinggi sesama penghuni. Ini yang diangkat dalam film berbalut aksi kungfu dengan fighting choreography yang over-the-top . Film ini diadaptasi dari buku komik berjudul City of Darkness Deretan adegan aksinya sendiri benar-benar memuaskan jiwa dan raga. Bisa dibilang ini adalah The Raid versi Hong Kong; banyak adegan perkelahian yang menggunakan

Inside Out 2 - Review

Gambar
Jarak 9 tahun sejak film pertamanya rilis tahun 2015 terbilang waktu yang lama. Tapi penantian tersebut terbayar tuntas lewat kisah yang luar biasa tentang " what if emotions has emotions? ". Memang kisah ini nggak akan pernah selesai kecuali Riley meninggal. Kisah Inside Out 2 melanjutkan kisah pertamanya tentang Riley yang memasuki masa pubertas. Seperti yang kita tahu, masa-masa pubertas adalah masa transisi dari anak-anak ke remaja dan dipenuhi oleh berbagai emosi yang labil silih berganti.  Ulasan ini akan penuh beberan ( full spoiler ) berisi interpretasi saya secara psikologis terhadap Inside Out 2. Jadi yang belum nonton, silakan berhenti baca sampai sini, bookmark page ini, lalu kembali ke sini setelah menonton. Pertama-tama, film pertama dan kedua dari Inside Out sangat akurat secara psikologis karena memang menggunakan psikolog Dacher Keltner dan Kristin Neff sebagai konsultan. Dacher Keltner adalah professor di bidang psikolog sosial dan peneliti di bidang emosi. 

Bad Boys: Ride or Die - Review

Gambar
Sekuel keempat setelah Bad Boys for Life (2020) yang sebenarnya gue kurang suka. Tapi ya memang franchise Bad Boys ini ada hanya untuk menyajikan sajian aksi khas tahun 90-an yang action over-the-top dan kisah kriminal. Pada intinya, tontonan buat hiburan yang menyenangkan saja tanpa harus serius banget. Jujur nonton ini gue banyak roaming dengan jalan ceritanya sih. Mulai dari "lah dia punya anak" sampai "ini siapa sih". Mungkin karena film ketiganya sangat-sangat forgettable jadi gue lupa sekali dengan jalan cerita sebelumnya. Tapi ketertinggalan gue dengan beberapa informasi ini nggak menyurutkan kenikmatan untuk menonton film ini. Gue tetap bisa mengikuti jalan ceritanya dengan baik. Adegan aksi yang ditawarkan yaaa oke lah ya untuk standar franchise ini, meski kalau dibandingkan dengan film-film aksi lain jelas kalah jauh. Chemistry dan komedi antara Will Smith dan Martin Lawrence memang nggak pernah usang, tapi buat gue jadi agak repetitif karena selalu mengg

Monkey Man - Review

Gambar
Ini dia salah satu film yang paling ditunggu-tunggu oleh sinefill. Selain karena ini adalah debut penyutradaraan dari aktor Dev Patel, film ini juga banyak syuting di Batam. Memang kota Batam tidak menjadi latar dari ceritanya, tapi setidaknya Indonesia perlu berbangga karena kota (dan banyak figurannya) sudah masuk film Hollywood. Apa lagi konon dalam membuat film genre aksi ini, Dev Patel banyak terinspirasi dari film The Raid. Secara visual, film ini cantik sekali dengan warna-warna neon yang menghiasi layar. Berhasil jika Monkey Man ingin disejajarkan dengan film aksi estetik macam John Wick. Deretan adegan aksinya juga sangat menegangkan. Yang menarik adalah karakter utama yang diperankan Dev Patel dibuat senyata mungkin, dalam artian sangat bisa terluka bahkan nyaris meninggal. Ini yang menjadikan penonton jadi ikutan deg-degan ketika dia kena jotos atau bahkan kena tusuk. Gue cukup suka bagaimana Dev Patel memasukkan unsur budaya, politik, dan sosial ke dalam kisah balas dendam