Mudik - Review


Udah lama banget nggak nonton film kaya gini, roadtrip arthouse minim dialog banyak perenungan. Dari sutradara Tabula Rasa (2014) yang sekarang menggarap skripnya juga, Adriyanto Dewo gaspol di idealisme, seni, dan Indonesia banget.

Dari tataran yang terlihat, semua yang ada di film Mudik ini sangat dekat dengan kenyataan. Mulai dari kebiasaan mudik dalam rangka Lebaran, warga kampung, hingga suasana takbiran yang sangat khas Indonesia. Dibalut dalam jalan cerita yang sederhana, membuat film ini sangat nyaman untuk dinikmati.

Lalu aktingnya, ya Tuhan kalau Mudik nggak menang aktinf ensemble sih sungguh terlalu ya. Putri Ayudya memang sangat bersinar di sini, lewat tatapan kosong hingga penuh permenungan. Benar-benar membuat gue ikutan merasakan apa yang sedang dia rasakan. Lawan aktingnya Asmara Abigail yang juga sama-sama bersinar. Rasanya dia memang cocok dengan tipikal karakter sederhana seperti itu, nggak perlu dibuat jahat tapi dengan tatapan matanya sudah menggambarkan semuanya.


Aktor cowonya juga nggak kalah ciamik. Kok gue suka banget sama akting Ibnu Jamil di sini, benar-benar meyakinkan dan nggak berlebihan. Tapi tepuk tangan gue jelas pada aktor favorit gue; Yoga Pratama! Sejak cameo-nya di Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, Yoga ini makin gede makin mateng loh aktingnya. Kenapa sih nggak banyak orderan?? 

Secara keseluruhan, Mudik adalah film sederhana, cantik, sunyi, dan Indonesia banget. Tipikal minim dialognya mungkin bukan jadi selera kebanyakan orang. Tapi lewat film ini, perjalanan pulang ke rumah menjadi perjalanan penuh maaf dan ampun.






----------------------------------------------------------
review film mudik
review mudik
mudik movie review
mudik film review
resensi film mudik
resensi mudik
ulasan mudik
ulasan film mudik
sinopsis film mudik
sinopsis mudik
cerita mudik
jalan cerita mudik

Komentar