Christopher Robin - Review
"Penuh nostalgia, imut dan menggemaskan!"
Setelah berkeluarga dan tenggelamn dalam pekerjaan, Christopher Robin lambat laun menjadi lupa untuk bersenang-senang. Bahkan dirinya menghabiskan banyak waktu dalam pekerjaan dibandingkan dengan istri dan anak perempuannya. Suatu ketika, Winnie the Pooh keluar dari Hundred Acre Wood ke dunia manusia karena teman-temannya hilang. Christopher Robin pun mau tidak mau harus membantu sahabat masa kecilnya itu untuk mencari Piglet, Tiger, Eeyore, Owl, Kanga, dan Roo yang hilang.
Film ini sih imut tak tertandingi, cuteness overload! Film yang nggak hanya membangkitkan rasa nostalgia dengan Pooh dan teman-temannya yang super unyu, tapi juga ada pesan tentang dilema pekerjaan dan keluarga. Tapi, film ini diambil dari sudut pandang seorang pria dewasa yang berkeluarga, yang rasanya kurang cocok untuk ditonton oleh anak-anak. Apalagi cenderung lebih banyak dialog dan adegan aksi yang minim, yang akan membuat anak-anak bosan.
Buat gue yang cukup beruntung dapat kesempatan untuk nonton Winnie the Pooh (2011) di layar lebar, film Christopher Robin ini seakan jadi film companion yang sempurna. Ceritanya memang formula Hollywood banget, yang berandai-andai bagaimana kelanjutan kisah persahabatan antara Christopher Robin dan Winnie the Pooh jauh di masa depan. Kisahnya memang cukup logis dan masih bisa diterima dengan akal sehat. Meski setiap karakter yang ada terbatas satu dimensi saja dan sangat tipikal. Si ayah yang sibuk bekerja, si ibu yang menuntut agar ayah menghabiskan banyak waktu untuk keluarga, dan si anak perempuan yang ingin bermain dengan ayahnya.
Entah apakah Disney menunggu kesuksesan Paddington dan sekuelnya lebih dulu baru berani mengangkat Winnie the Pooh ke layar lebar dalam bentuk live action. Tapi apapun itu, penantiannya jelas terbayarkan dengan baik. Melihat Pooh dan teman-temannya dalam rupa boneka kain di layar lebar sih jadi pengalaman yang menyenangkan banget! Apalagi dengan karakter mereka yang ngegemesin. Oya scoring-nya juga masih mengambil melodi yang sama dengan film-film Pooh terdahulu, jadi efek nostalgianya berkali-kali lipat.
USA | 2018 | Family | 104 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
- sobekan tiket bioskop tanggal 14 Agustus 2018 -
----------------------------------------------------------
Setelah berkeluarga dan tenggelamn dalam pekerjaan, Christopher Robin lambat laun menjadi lupa untuk bersenang-senang. Bahkan dirinya menghabiskan banyak waktu dalam pekerjaan dibandingkan dengan istri dan anak perempuannya. Suatu ketika, Winnie the Pooh keluar dari Hundred Acre Wood ke dunia manusia karena teman-temannya hilang. Christopher Robin pun mau tidak mau harus membantu sahabat masa kecilnya itu untuk mencari Piglet, Tiger, Eeyore, Owl, Kanga, dan Roo yang hilang.
Film ini sih imut tak tertandingi, cuteness overload! Film yang nggak hanya membangkitkan rasa nostalgia dengan Pooh dan teman-temannya yang super unyu, tapi juga ada pesan tentang dilema pekerjaan dan keluarga. Tapi, film ini diambil dari sudut pandang seorang pria dewasa yang berkeluarga, yang rasanya kurang cocok untuk ditonton oleh anak-anak. Apalagi cenderung lebih banyak dialog dan adegan aksi yang minim, yang akan membuat anak-anak bosan.
Buat gue yang cukup beruntung dapat kesempatan untuk nonton Winnie the Pooh (2011) di layar lebar, film Christopher Robin ini seakan jadi film companion yang sempurna. Ceritanya memang formula Hollywood banget, yang berandai-andai bagaimana kelanjutan kisah persahabatan antara Christopher Robin dan Winnie the Pooh jauh di masa depan. Kisahnya memang cukup logis dan masih bisa diterima dengan akal sehat. Meski setiap karakter yang ada terbatas satu dimensi saja dan sangat tipikal. Si ayah yang sibuk bekerja, si ibu yang menuntut agar ayah menghabiskan banyak waktu untuk keluarga, dan si anak perempuan yang ingin bermain dengan ayahnya.
Entah apakah Disney menunggu kesuksesan Paddington dan sekuelnya lebih dulu baru berani mengangkat Winnie the Pooh ke layar lebar dalam bentuk live action. Tapi apapun itu, penantiannya jelas terbayarkan dengan baik. Melihat Pooh dan teman-temannya dalam rupa boneka kain di layar lebar sih jadi pengalaman yang menyenangkan banget! Apalagi dengan karakter mereka yang ngegemesin. Oya scoring-nya juga masih mengambil melodi yang sama dengan film-film Pooh terdahulu, jadi efek nostalgianya berkali-kali lipat.
USA | 2018 | Family | 104 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
- sobekan tiket bioskop tanggal 14 Agustus 2018 -
Rating Sobekan Tiket Bioskop:
----------------------------------------------------------
- review film christopher robin winnie the pooh
- review christopher robin winnie the pooh
- christopher robin winnie the pooh movie review
- christopher robin winnie the pooh film review
- resensi film christopher robin winnie the pooh
- resensi christopher robin winnie the pooh
- ulasan christopher robin winnie the pooh
- ulasan film christopher robin winnie the pooh
- sinopsis film christopher robin winnie the pooh
- sinopsis christopher robin winnie the pooh
- cerita christopher robin winnie the pooh
- jalan cerita christopher robin winnie the pooh
Komentar
Posting Komentar