The Special Need
"Dokumenter tentang pencarian akan cinta oleh penyandang autisme yang hangat dan menyentuh hati"
Sebagai penyandang kebutuhan khusus, Enea tidak bisa melepaskan kebutuhan dasar psikologis dan biologis untuk mencintai seorang wanita. Namun sayang, caranya mendekati wanita malah membuat ia semakin dijauhi. Beruntung Enea memiliki dua teman yang sangat peduli padanya. Carlo dan Alex pun memutuskan untuk membantu Enea melepaskan keperjakaannya. Setelah berkendara mengelilingi Eropa, mereka bertiga malah menemukan hal yang jauh lebih bermakna dibandingkan tujuan awal mereka.
Dokumenter asal Italia ini adalah tipikal feel-good-movie yang akan membawa perasaan hangat seusai melihat petualangan bermakna dari Enea, Carlo, dan Alex. Sejak awal film, anda akan mudah jatuh hati pada Enea yang polos dan periang. Setiap tingkah laku - terutama celetukanny terhadap dunia - pasti akan membuat siapa saja simpatik pada karakter ini. Setelah itu, bersiap-siaplah terenyuh ketika bagaimana reaksi pada wanita pada Enea yang menyapa dan mengajak berkenalan tanpa malu. Namun karakter Carlo dan Alex akan mengambil bagian seakan representatif bagi anda yang ingin membantu Enea secara sukarela.
Dokumenter yang disutradarai oleh Carlo sendiri ini mungkin tidak hanya membuka mata Carlo dan Alex terhadap orang berkebutuhan khusus, namun juga pada penonton. Lewat pencarian mereka, masing-masing dari mereka memahami lebih jauh mengenai "need of intimacy" yang dialami oleh semua orang - bahkan orang dengan kebutuhan khusus. Namun bukan semata-mata kepuasan fisik saja, ternyata Enea memerlukan kebutuhan untuk dicintai dan mencintai secara psikologis. Hal ini tergambar dengan sangat baik lewat naik-turunnya emosi Enea dalam pencariannya akan "the one".
Konon, Carlo sebagai sahabat Enea masih merasa bersalah dengan melakukan intervensi untuk mencarikan wanita bagi Enea - entah karena motivasi estetika film atau semata-mata ingin membantu Enea. Sebuah tindakan yang rasanya tabu bagi pembuat film dokumenter yang mengagungkan realisme daripada sebuah kejadian yang telah di rencanakan sebelumnya. Tetapi menurut gue, intervensi tersebut pada akhirnya membawa dampak positif - tidak hanya bagi Enea, tetapi juga bagi Carlo, Alex dan orang-orang di sekitarnya. Sebuah realisasi yang mungkin akan dialami oleh Enea dalam beberapa tahun ke depan, tetapi intervensi Carlo dan Alex rasanya mempercepat momen tersebut.
Pada akhirnya, dokumenter The Special Need tampil dengan revelasi yang cukup dalam - baik bagi Enea - Carlos - Alex, tetapi juga bagi penontonnya. Kita semua jadi memahami sisi lain dari orang-orang berkebutuhan khusus, dalam hal ini, autisme. Terutama dalam konteks bagaimana sisi mereka yang memiliki kebutuhan intimasi dengan lawan jenis.
Italy | 2014 | Documentary | 84 mins
Rating?
8 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 9 Mei 2015 -
Sebagai penyandang kebutuhan khusus, Enea tidak bisa melepaskan kebutuhan dasar psikologis dan biologis untuk mencintai seorang wanita. Namun sayang, caranya mendekati wanita malah membuat ia semakin dijauhi. Beruntung Enea memiliki dua teman yang sangat peduli padanya. Carlo dan Alex pun memutuskan untuk membantu Enea melepaskan keperjakaannya. Setelah berkendara mengelilingi Eropa, mereka bertiga malah menemukan hal yang jauh lebih bermakna dibandingkan tujuan awal mereka.
Dokumenter asal Italia ini adalah tipikal feel-good-movie yang akan membawa perasaan hangat seusai melihat petualangan bermakna dari Enea, Carlo, dan Alex. Sejak awal film, anda akan mudah jatuh hati pada Enea yang polos dan periang. Setiap tingkah laku - terutama celetukanny terhadap dunia - pasti akan membuat siapa saja simpatik pada karakter ini. Setelah itu, bersiap-siaplah terenyuh ketika bagaimana reaksi pada wanita pada Enea yang menyapa dan mengajak berkenalan tanpa malu. Namun karakter Carlo dan Alex akan mengambil bagian seakan representatif bagi anda yang ingin membantu Enea secara sukarela.
Dokumenter yang disutradarai oleh Carlo sendiri ini mungkin tidak hanya membuka mata Carlo dan Alex terhadap orang berkebutuhan khusus, namun juga pada penonton. Lewat pencarian mereka, masing-masing dari mereka memahami lebih jauh mengenai "need of intimacy" yang dialami oleh semua orang - bahkan orang dengan kebutuhan khusus. Namun bukan semata-mata kepuasan fisik saja, ternyata Enea memerlukan kebutuhan untuk dicintai dan mencintai secara psikologis. Hal ini tergambar dengan sangat baik lewat naik-turunnya emosi Enea dalam pencariannya akan "the one".
Konon, Carlo sebagai sahabat Enea masih merasa bersalah dengan melakukan intervensi untuk mencarikan wanita bagi Enea - entah karena motivasi estetika film atau semata-mata ingin membantu Enea. Sebuah tindakan yang rasanya tabu bagi pembuat film dokumenter yang mengagungkan realisme daripada sebuah kejadian yang telah di rencanakan sebelumnya. Tetapi menurut gue, intervensi tersebut pada akhirnya membawa dampak positif - tidak hanya bagi Enea, tetapi juga bagi Carlo, Alex dan orang-orang di sekitarnya. Sebuah realisasi yang mungkin akan dialami oleh Enea dalam beberapa tahun ke depan, tetapi intervensi Carlo dan Alex rasanya mempercepat momen tersebut.
Pada akhirnya, dokumenter The Special Need tampil dengan revelasi yang cukup dalam - baik bagi Enea - Carlos - Alex, tetapi juga bagi penontonnya. Kita semua jadi memahami sisi lain dari orang-orang berkebutuhan khusus, dalam hal ini, autisme. Terutama dalam konteks bagaimana sisi mereka yang memiliki kebutuhan intimasi dengan lawan jenis.
Italy | 2014 | Documentary | 84 mins
Rating?
8 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 9 Mei 2015 -
Komentar
Posting Komentar