Mad Max: Fury Road
"Film aksi ber-oktan tinggi, dengan isu feminisme yang kuat di berbagai segi"
Di dunia paska-kiamat dimana segala sumber daya alam sangat terbatas, dua pemberontak muncul untuk menjalani idealisme dan prinsip masing-masing. Max, seseorang dengan masa lalu kelam yang siap melakukan apa saja karena ia tidak memiliki beban hidup apapun. Furiousa, seorang wanita panglima perang yang memberontak dari koloni-nya dan mencoba mencapai tempat masa kecilnya. Mereka berdua harus bekerja sama melintasi gurun tandus dan berbagai medan berbahaya demi menghindari kejaran koloni yang tidak takut mati.
Simply, this is one of the best film of the year. Mad Max: Fury Road menyajikan sederetan adegan aksi sebanyak 90% diatas mobil-mobil yang berkejar-kejaran dengan kecepatan diatas 100 km/jam. Sutradara dan penulis naskah George Miller memang menyediakan beberapa adegan drama untuk membuat anda menarik nafas, tetapi tidak lama sampai kejar-kejaran berlangsung kembali. Semua itu diperkuat intensitasnya dengan scoring Junkie XL yang menghentak dan se-tema dengan production design yang bergaya steampunk.
Gue sangat terpukau dengan production design yang disajikan dalam film ini, baik yang berbentuk kostum maupun mobil - atau lebih bisa dibilang dengan kendaraan perang. Apalagi semua kendaraan yang digunakan ini dapat berfungsi dengan baik. Belum lagi George Mille setipe dengan Christopher Nolan, lebih mengutamakan efek praktikal ketimbang efek visual. Efek visual yang digunakan dalam film ini praktis hanya layar hijau besar untuk menambah efek gurun di latar belakang, dan tangan bionik dari Charlize Theron. Sisanya adalah efek praktikal dengan para stuntman yang gagah berani berayun diatas tiang tinggi dengan kecepatan berkecepatan tinggi.
Jika dibandingkan dengan trilogi Mad Max yang sempat menjadi film cult di era 80-an, jelas Fury Road adalah sebuah upgrade yang luar biasa. Dari Mad Max (1979) yang hanya berbudget 350 ribu USD dengan Fury Road yang berbudget 150 juta USD, Georger Miller benar-benar memanfaatkan dana tersebut dengan sangat baik. Hasilnya, lihat saja production design dan practical effect dalam film ini. Sementara dalam segi cerita, Mr. Miller masih membawa ciri khas Mad Max dengan jalan cerita yang sangat sederhana, minim dialog, dan kaya akan visual.
Pada reboot franchise Mad Max yang dibuka dengan spektakuler oleh Fury Road, George Miller menawarkan motivasi baru; bukan lagi bensin yang diperebutkan seperti yang dikisahkan di trilogi original Mad Max - melainkan manusia yang sehat di segi fisik. Hal ini cukup logis mengingat bagaimana tanah menjadi kering dan keberadaan tanaman sehat dan kaya gizi menjadi langka. Minim bahan makanan sehat jelas membuat kesehatan manusia menurun, hingga sampai ke keturunan mereka yang rentan oleh cacat fisik. Maka dari itu, dibutuhkan "benih ideal" berupa wanita-wanita yang secara fisik "sempurna" tidak ada cacat apapun, yang dapat menelurkan manusia-manusia baru dengan sempurna pula.
Dari sinilah lahir isu feminisme dalam instalmen ke-4 dari franchise Mad Max, yang jelas dibawa oleh George Miller - untuk kemudian ditentang secara radikal oleh para aktivis hak laki-laki. Sebuah film aksi kejar-kejaran hanya karena memperebutkan lima istri, dengan seorang wanita sebagai protagonis dan roda penggerak cerita. Fury Road memang bukan film pertama yang mengangkat wanita sebagai jagoan utama. Tetapi dialog-dialog "Who killed the world?" yang tampak ditekankan dalam film ini menjelaskan segalanya. Para lelaki dibesarkan dan dididik bahwa mereka hidup untuk mati terhormat di Valhalla, sementara para istri menentang pembunuhan - apapun penyebabnya. Then, who killed the world?
Yes, Mad Max is about visual, visual, and visual. Jadi pastikan anda memilih bioskop dengan layar sebesar mungkin dan tata suara yang sebagus mungkin. Karena ketika anda masuk bioskop, pasrahlah ketika anda dibawa ke dunia George Miller yang gersang. Dunia paska-kiamat yang akan terasa sangat panas ketika siang hari, dan suhu yang terjun bebas di malam hari - yang atmosfer film ini diperkuat dengan color grading yang tepat dan sempurna.
Dari sinilah lahir isu feminisme dalam instalmen ke-4 dari franchise Mad Max, yang jelas dibawa oleh George Miller - untuk kemudian ditentang secara radikal oleh para aktivis hak laki-laki. Sebuah film aksi kejar-kejaran hanya karena memperebutkan lima istri, dengan seorang wanita sebagai protagonis dan roda penggerak cerita. Fury Road memang bukan film pertama yang mengangkat wanita sebagai jagoan utama. Tetapi dialog-dialog "Who killed the world?" yang tampak ditekankan dalam film ini menjelaskan segalanya. Para lelaki dibesarkan dan dididik bahwa mereka hidup untuk mati terhormat di Valhalla, sementara para istri menentang pembunuhan - apapun penyebabnya. Then, who killed the world?
Yes, Mad Max is about visual, visual, and visual. Jadi pastikan anda memilih bioskop dengan layar sebesar mungkin dan tata suara yang sebagus mungkin. Karena ketika anda masuk bioskop, pasrahlah ketika anda dibawa ke dunia George Miller yang gersang. Dunia paska-kiamat yang akan terasa sangat panas ketika siang hari, dan suhu yang terjun bebas di malam hari - yang atmosfer film ini diperkuat dengan color grading yang tepat dan sempurna.
USA | 2015 | Action | 120 min | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
Rating?
9 dari 10
Scene During Credits? Tidak
Scene After Credits? Tidak
Wajib 3D? Yes
Wajib IMAX? YES!
Wajib 4DX? Yes (Adegan kejar-kejaran mobil diatas kursi yang bisa bergoyang dan bergetar? Yummy!)
Won for Best Editing, Best Production Design, Best Costume, Best Makeup and Hairstyling, Best Sound Mixing, Best Sound Editing, Nominated for Best Motion Picture, Best Directing, Best Cinematography, Best Visual Effects, Academy Awards, 2016.
Nominated for Best Motion Picture Drama, Best Director, Golden Globes, 2016.
Nominated for Best Cinematography, Best Editing, Best Production Design, Best Costume, Best Make Up/Hair, Best Sound, Best Visual Effects, BAFTA Awards, 2016.
Scene During Credits? Tidak
Scene After Credits? Tidak
Wajib 3D? Yes
Wajib IMAX? YES!
Wajib 4DX? Yes (Adegan kejar-kejaran mobil diatas kursi yang bisa bergoyang dan bergetar? Yummy!)
Won for Best Editing, Best Production Design, Best Costume, Best Makeup and Hairstyling, Best Sound Mixing, Best Sound Editing, Nominated for Best Motion Picture, Best Directing, Best Cinematography, Best Visual Effects, Academy Awards, 2016.
Nominated for Best Motion Picture Drama, Best Director, Golden Globes, 2016.
Nominated for Best Cinematography, Best Editing, Best Production Design, Best Costume, Best Make Up/Hair, Best Sound, Best Visual Effects, BAFTA Awards, 2016.
- sobekan tiket bioskop tanggal 15 Mei 2015 -
Komentar
Posting Komentar