Made in Dagenham

sobekan tiket bioskop tertanggal 11 Oktober 2010 adalah Made in Dagenham. rasanya baru kali ini gue memilih film di bioskop dengan se-impulsif ini. hanya bermodal tertarik dengan posternya yang rasanya kok rada menarik.

bercerita tentang bagaimana 187 wanita pekerja di pabrik mobil Ford di Dagenham, Inggris yang menuntut persamaan gaji dengan pekerja pria di tahun 1968. dipimpin oleh Rita O'Grady yang belum pernah memimpin demonstrasi atau mogok kerja sebelumnya, lambat laun tuntutan persamaan gaji ini pun bergerak ke arah persoalan dasar yang terjadi pada era tersebut; persamaan hak antara pria dan wanita. permasalahan pun berkembang dari seputar pabrik, perdagangan, dan ekonomi sampai pada lingkup yang paling kecil; persoalan rumah tangga.

setelah selesai menonton film ini, rasanya film ini patut ditayangkan sebagai salah satu film yang diputar di V Film Festival di Indonesia. jelas, garis besar film ini menyatakan tentang perjuangan Rita O'Grady (Sally Hawkins - Happy-Go-Lucky) yang memimpin teman-temannya tidak hanya untuk mendapatkan persamaan gaji dengan para pekerja pria, tapi juga persamaan hak. para suami dari para wanita ini pun mau tidak mau terkena imbasnya, karena pada era itu, diskriminasi terhadap wanita tidak hanya terjadi di tempat kerja tetapi juga secara halus tampak di lingkup rumah tangga.



gambar diambil dari sini

harus gue akui, cerita dalam film ini ditulis dengan sangat baik. cerita dalam film ini mengambil sudut pandang dari Rita O'Grady,seorang istri dan ibu dari dua anak dan memiliki status sosial ekonomi menengah. namun sudut pandang tersebut diperkuat oleh karakter-karakter di sekitar Rita, seperti seorang istri yang tampak dari kalangan atas (diperankan dengan baik oleh si cantik Rosamund Pike) yang juga mendapatkan diskriminasi gender di rumahnya sendiri. karakter-karakter ini seakan melengkapi permasalahan, bahwa bukan hanya tentang perbedaan gaji saja yang terjadi di pabrik, tetapi juga perendahan martabat wanita yang terjadi di rumah. kemudian apa yang mereka perjuangkan ternyata akan mempengaruhi kebijakan di dunia industri di berbagai belahan dunia.
gambar diambil dari sini

film ini pun secara apik mempermainkan emosi para penontonnya. mulai dari adegan-adegan yang membuat kita tersenyum melihat tingkah polah para wanita pekerja ini, mengernyitkan dahi saat melihat para petinggi perusahaan yang mencoba menghentikan aksi mereka, sampai adegan emosional saat satu persatu dari para wanita yang mogok kerja ini didera permasalahan pribadi. lalu semua itu ditutup oleh sebuah klimaks yang sangat menyentuh. Bravo Dagenham ladies!

rating?
7,5 of 10

Komentar