Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
sobekan tiket bioskop tertanggal 14 Mei 2010 adalah Alangkah Lucunya (Negeri Ini). tadinya gue engga terlalu tertarik untuk nonton film ini, selain karena cukup jengah dengan kualitas film Indonesia akhir-akhir ini. tetapi setelah membaca review yang cukup menarik dari sesama blogger, gue jadi tertarik. film karya Deddy Mizwar ini bisa jadi salah satu alternatif tontonan di tengah serbuan film horor-seks-komedi di layar-layar bioskop Indonesia.
bercerita tentang Muluk, seorang Sarjana Manajemen yang sulit mendapat pekerjaan. dalam keputusasaan, ia mempersiapkan diri untuk berternak cacing. suatu waktu ia bertemu dengan seorang anak kecil yang ternyata adalah seorang pencopet, mengajaknya bertemu dengan bosnya, Jarot. melihat adanya peluang, Muluk pun menawarkan diri untuk mengelola keuangan mereka dan memberikan pendidikan kepada kawanan anak-anak pencopet tersebut. bersama kedua temannya, Muluk pun memberikan pendidikan kepada anak-anak tersebut dan mencoba untuk menyadarkan mereka untuk beralih profesi.
karya terbaru dari Deddy Mizwar ini ingin mengkritik sepedas-pedasnya kepada pemerintah Indonesia, dalam hal pendidikan, pengelolaan anak-anak jalanan, sampai kepada persoalah halal-haram yang ditampilkan baik dalam adegan, maupun celetukan-celetukan kecil dari setiap karakternya. tidak perlu tahu banyak soal politik, setiap dialog yang terjadi pasti mengundang tawa karena berisi sindiran-sindiran. belum lagi dengan komentar-komentar polos dari anak-anak pencopet yang mengundang tawa.
didukung oleh pemain-pemain senior macam Deddy Mizwar, Jaja Miharja, Slamet Rahardjo, Tio Pakusodewo, dan Rina Hasyim, film ini menjadi semakin menarik, terutama ketika dipadukan dengan aktor-aktris pendatang baru seperti, Reza Rahadian dan Ratu Tika Bravani. meskipun mereka adalah pendatang baru di dunia perfilman, tetapi aktingnya diimbangi oleh aktor-aktris senior.
tetapi entah kenapa gue masih risih dengan kebiasaan sineas Indonesia yang terlalu mendramatisir suatu adegan tertentu, dengan teknik gerak lambatnya yang dipasangkan dengan soundtrack sampai lagu benar-benar habis. dan rasanya hal yang perlu dikembangkanl lebih lanjut adalah sound editing. entah karena keterbatasan dana atau teknologi, suara-suara yang dihasilkan oleh film terasa mengganggu, termasuk setiap dialog dan score yang ada.
selain itu, film ini juga memberikan makna yang mendalam, termasuk pada penilaian penonton terhadap gaji yang diterima oleh Muluk, yang dibagikan juga kepada keluarganya, berasal dari uang hasil mencopet. penilaian ini dikembalikan kepada penonton, apakah sehitam-putih itu persoalan yang terjadi.
overall, film ini bisa menjadi penyejuk sinema Indonesia di tengah derasnya serbuan film horor-seks dan komedi-seks.
rating?
7 of 10
bercerita tentang Muluk, seorang Sarjana Manajemen yang sulit mendapat pekerjaan. dalam keputusasaan, ia mempersiapkan diri untuk berternak cacing. suatu waktu ia bertemu dengan seorang anak kecil yang ternyata adalah seorang pencopet, mengajaknya bertemu dengan bosnya, Jarot. melihat adanya peluang, Muluk pun menawarkan diri untuk mengelola keuangan mereka dan memberikan pendidikan kepada kawanan anak-anak pencopet tersebut. bersama kedua temannya, Muluk pun memberikan pendidikan kepada anak-anak tersebut dan mencoba untuk menyadarkan mereka untuk beralih profesi.
karya terbaru dari Deddy Mizwar ini ingin mengkritik sepedas-pedasnya kepada pemerintah Indonesia, dalam hal pendidikan, pengelolaan anak-anak jalanan, sampai kepada persoalah halal-haram yang ditampilkan baik dalam adegan, maupun celetukan-celetukan kecil dari setiap karakternya. tidak perlu tahu banyak soal politik, setiap dialog yang terjadi pasti mengundang tawa karena berisi sindiran-sindiran. belum lagi dengan komentar-komentar polos dari anak-anak pencopet yang mengundang tawa.
didukung oleh pemain-pemain senior macam Deddy Mizwar, Jaja Miharja, Slamet Rahardjo, Tio Pakusodewo, dan Rina Hasyim, film ini menjadi semakin menarik, terutama ketika dipadukan dengan aktor-aktris pendatang baru seperti, Reza Rahadian dan Ratu Tika Bravani. meskipun mereka adalah pendatang baru di dunia perfilman, tetapi aktingnya diimbangi oleh aktor-aktris senior.
tetapi entah kenapa gue masih risih dengan kebiasaan sineas Indonesia yang terlalu mendramatisir suatu adegan tertentu, dengan teknik gerak lambatnya yang dipasangkan dengan soundtrack sampai lagu benar-benar habis. dan rasanya hal yang perlu dikembangkanl lebih lanjut adalah sound editing. entah karena keterbatasan dana atau teknologi, suara-suara yang dihasilkan oleh film terasa mengganggu, termasuk setiap dialog dan score yang ada.
selain itu, film ini juga memberikan makna yang mendalam, termasuk pada penilaian penonton terhadap gaji yang diterima oleh Muluk, yang dibagikan juga kepada keluarganya, berasal dari uang hasil mencopet. penilaian ini dikembalikan kepada penonton, apakah sehitam-putih itu persoalan yang terjadi.
overall, film ini bisa menjadi penyejuk sinema Indonesia di tengah derasnya serbuan film horor-seks dan komedi-seks.
rating?
7 of 10
Komentar
Posting Komentar