Wonder Woman 1984 - Review


Nonton Wonder Woman 1984 di layar bioskop apalagi IMAX adalah sebuah pengalaman yang sangat menyenangkan buat gue. Entah berapa kali gue tersenyum bahagia begitu menyadari bahwa ketika adegan berantem ada suara datang dari kiri, kanan, bahkan belakang kepala gue. Apalagi ngeliat Dua Lipa Gal Gadot (dan keteknya yang entah gimana bisa mulus banget) segede-gede gaban di layar IMAX itu. Puas luar dalam lah pokoknya. 

Gue bisa membayangkan Wonder Woman 1984 ini adalah fans service yang luar biasa. Sekuel ini memang sengaja dibuat untuk memberikan homage tertinggi pada serial yang mengudara tahun 1975 - 1979 dan dibintangi oleh Lynda Carter. Serial ini juga menandai kali pertama karakter Wonder Woman dihidupkan lewat live action. Jadi dalam sekuel yang disutradarai oleh Patty Jenkins ini, visualnya pun dibuat menyerupai gambar tahun 80-an, lengkap dengan set serta fashion yang sangat akurat. Belum lagi kemunculan armor baru dan invincible jet milik Wonder Woman yang pasti membuat para fans - entah pembaca komik atau penonton serial - bisa bersorak gembira.


Untuk filmnya sendiri sih, menurut gue sekuel ini adalah sebuah peningkatan yang cukup signifikan ya. Nggak cuma asal adu jotos dan adu berantem, tetapi ada juga pesan makna yang hendak disampaikan kepada penonton. Sebuah pesan yang dibawa cukup konsisten dari awal hingga akhir film, dan cukup jarang dibawakan dalam kultur arusutama akhir-akhir ini. Tanpa bermaksud spoiler, pesan tentang bagaimana manusia sebenarnya tidak tahu apa yang dia inginkan dan lebih baik fokus pada hal yang dia butuhkan, adalah pesan yang cenderung cukup filosofis untuk disematkan ke dalam tipikal film pahlawan super untuk penonton empat kuadran.

Satu keluhan gue hanyalah kebiasaan film pahlawan super untuk menyelesaikan masalah dengan cara instan. Ya ngerti sih ini dilakukan biar Wonder Woman bisa menang melawan para penjahatnya, tapi ya bikin mie rebus saja butuh proses dan tidak serta merta langsung jadi. Ini terjadi beberapa kali di tengah bahkan sampai klimaks, tapi untungnya ditutupi oleh adegan yang megah dengan scoring Hans Zimmer yang luar biasa jadi mau tidak mau gue maklumi dan telan saja. Satu yang harus dipuji adalah Patty Jenkins benar-benar bersabar dan menceritakan segala macam subplot dengan detil, yang memang membuat kisah Diana Prince di tahun 1984 menjadi lengkap dan deskriptif. Konsekuensinya memang ke durasi 2 jam 30 menit tapi sebagai pecinta bioskop gue sih nggak masalah dengan durasi panjang. 





- sobekan tiket bioskop tanggal 17 Desember 2020 -
----------------------------------------------------------
review film wonder woman 1984
review wonder woman 1984
wonder woman 1984 movie review
wonder woman 1984 film review
resensi film wonder woman 1984
resensi wonder woman 1984
ulasan wonder woman 1984
ulasan film wonder woman 1984
sinopsis film wonder woman 1984
sinopsis wonder woman 1984
cerita wonder woman 1984
jalan cerita wonder woman 1984

Komentar