Lion
"Drama pencarian keluarga yang sukses mengaduk-aduk emosi"
Tahun 1986, Saroo yang berumur 6 tahun terpisah dari kakaknya setelah ia tidak sengaja naik ke kereta api yang menuju Kalkuta, 1600 km jauhnya dari rumah. Sendirian di kota besar dan terlalu mudah untuk mengidentifikasi dirinya dan rumahnya, Saroo harus bertahan hidup dengan menjadi anak jalanan. Ketika masuk panti asuhan dan diadopsi oleh pasangan suami-istri di Australia, Saroo tumbuh menjadi pemuda Australia. Namun pikiran dan perasaannya akan kakak dan ibu kandungnya di India terus mengejarnya, yang membuat ia bertekad untuk menemukan keluarganya.
Demi apa, gimana ceritanya gue bisa nangis dua kali di dua momen yang berbeda dalam satu film? Kisah yang dibawakan Lion memang potensial menjadi tearjerker kelas kakap, tapi gue sama sekali nggak mengantisipasi air mata yang meleleh di pipi. Apalagi dibungkus dengan komposisi musik instrumental yang sayup-sayup ngehek karya Dustin O'Halloran dan Volker Bertelmann yang sukses mengaduk-aduk pikiran dan perasaan ini.
Berdasarkan kisah nyata, sulit untuk tidak larut dalam setengah awal film ini yang berlokasi di India. Banyak bahasa gambar dan minim dialog macam Wall-E (2008), tidak sulit untuk merasakan emosi yang dialami oleh Saroo yang hilang dan tersesat di kota besar. Apalagi pemerannya Sunny Pawar sangat-sangat lucu dan unyu, semacam reinkarnasi Jacob Tremblay versi India. Penonton juga dihadapkan pada kenyataan pahit yang dialami oleh anak-anak di India yang kehilangan orang tua, sanak saudara, dan tempat tinggal. Ketika sisi emosi ini sudah menjadi modal besar untuk simpati, maka siap-siaplah untuk babak kedua yang tak kalah mengaduk emosi.
Masa transisi di babak kedua tentang kehidupan Saroo yang baru, jelas terlalu powerful. Apalagi jika kita mengikuti dengan baik hal-hal apa saja yang sudah dialami oleh Saroo kecil semasanya di Kalkuta. Namun sayang, ketika Dev Patel masuk menggantikan Sunny Pawar sebagai Saroo dewasa, film terkesan berjalan lamban. Beruntung ada Nicole Kidman yang masih mampu menggerakkan jalan cerita, ketika karakter Dev Patel terlalu melankolis untuk menjalankan cerita dengan baik. Beruntung, hal tersebut tidak berpengaruh banyak pada babak akhir yang jelas harus sedia tisu yang cukup.
Australia / USA / UK | 2016 | 118 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
Rating?
9 dari 10
Nominated for Best Motion Picture, Best Supporting Actor (Dev Patel), Best Supporting Actress (Nicole Kidman), Best Adapted Screenplay, Best Cinematography, Best Original Score, Academy Awards, 2017.
- sobekan tiket bioskop tanggal 26 Februari 2017 -
----------------------------------------------------------
Tahun 1986, Saroo yang berumur 6 tahun terpisah dari kakaknya setelah ia tidak sengaja naik ke kereta api yang menuju Kalkuta, 1600 km jauhnya dari rumah. Sendirian di kota besar dan terlalu mudah untuk mengidentifikasi dirinya dan rumahnya, Saroo harus bertahan hidup dengan menjadi anak jalanan. Ketika masuk panti asuhan dan diadopsi oleh pasangan suami-istri di Australia, Saroo tumbuh menjadi pemuda Australia. Namun pikiran dan perasaannya akan kakak dan ibu kandungnya di India terus mengejarnya, yang membuat ia bertekad untuk menemukan keluarganya.
Demi apa, gimana ceritanya gue bisa nangis dua kali di dua momen yang berbeda dalam satu film? Kisah yang dibawakan Lion memang potensial menjadi tearjerker kelas kakap, tapi gue sama sekali nggak mengantisipasi air mata yang meleleh di pipi. Apalagi dibungkus dengan komposisi musik instrumental yang sayup-sayup ngehek karya Dustin O'Halloran dan Volker Bertelmann yang sukses mengaduk-aduk pikiran dan perasaan ini.
Berdasarkan kisah nyata, sulit untuk tidak larut dalam setengah awal film ini yang berlokasi di India. Banyak bahasa gambar dan minim dialog macam Wall-E (2008), tidak sulit untuk merasakan emosi yang dialami oleh Saroo yang hilang dan tersesat di kota besar. Apalagi pemerannya Sunny Pawar sangat-sangat lucu dan unyu, semacam reinkarnasi Jacob Tremblay versi India. Penonton juga dihadapkan pada kenyataan pahit yang dialami oleh anak-anak di India yang kehilangan orang tua, sanak saudara, dan tempat tinggal. Ketika sisi emosi ini sudah menjadi modal besar untuk simpati, maka siap-siaplah untuk babak kedua yang tak kalah mengaduk emosi.
Masa transisi di babak kedua tentang kehidupan Saroo yang baru, jelas terlalu powerful. Apalagi jika kita mengikuti dengan baik hal-hal apa saja yang sudah dialami oleh Saroo kecil semasanya di Kalkuta. Namun sayang, ketika Dev Patel masuk menggantikan Sunny Pawar sebagai Saroo dewasa, film terkesan berjalan lamban. Beruntung ada Nicole Kidman yang masih mampu menggerakkan jalan cerita, ketika karakter Dev Patel terlalu melankolis untuk menjalankan cerita dengan baik. Beruntung, hal tersebut tidak berpengaruh banyak pada babak akhir yang jelas harus sedia tisu yang cukup.
Australia / USA / UK | 2016 | 118 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1
Rating?
9 dari 10
Nominated for Best Motion Picture, Best Supporting Actor (Dev Patel), Best Supporting Actress (Nicole Kidman), Best Adapted Screenplay, Best Cinematography, Best Original Score, Academy Awards, 2017.
- sobekan tiket bioskop tanggal 26 Februari 2017 -
----------------------------------------------------------
- review film lion dev patel nicole kidman
- review lion dev patel nicole kidman
- lion dev patel nicole kidmanmovie review
- resensi film lion dev patel nicole kidman
- resensi lion dev patel nicole kidman
- ulasan lion dev patel nicole kidman
- ulasan film lion dev patel nicole kidman
- sinopsis film lion dev patel nicole kidman
- sinopsis lion dev patel nicole kidman
- cerita lion dev patel nicole kidman
- jalan cerita lion dev patel nicole kidman
Komentar
Posting Komentar