Gravity
"Sebuah film tentang kecelakaan di luar angkasa yang menjadi pengalaman virtual yang sempurna bagi para penontonnya untuk dapat melihat, mendengar, dan merasakan apa yang dialami oleh seorang astronot"
Dr. Ryan Stone adalah seorang engineering specialist yang baru pertama kali ke luar angkasa. Sementara rekannya, Matt Kowalski adalah komandan misi dan seorang astronot senior. Ketika sedang memperbaiki teleskop Hubble dengan pesawat ulang-alik Explorer, misi mereka terancam bahaya karena kecelakaan maut merusak pesawat mereka. Di luar angkasa dimana tidak ada oksigen dan tidak ada gravitasi, mereka berdua harus dapat bertahan hidup dan pulang kembali ke bumi dengan selamat.
Dr. Ryan Stone adalah seorang engineering specialist yang baru pertama kali ke luar angkasa. Sementara rekannya, Matt Kowalski adalah komandan misi dan seorang astronot senior. Ketika sedang memperbaiki teleskop Hubble dengan pesawat ulang-alik Explorer, misi mereka terancam bahaya karena kecelakaan maut merusak pesawat mereka. Di luar angkasa dimana tidak ada oksigen dan tidak ada gravitasi, mereka berdua harus dapat bertahan hidup dan pulang kembali ke bumi dengan selamat.
Mungkin banyak orang, termasuk gue, yang sudah sangat terbiasa mendengar bahwa luar angkasa itu tidak ada gravitasi dan tidak ada oksigen sehingga sering kali lupa dengan apa akibatnya bagi manusia. Tidak ada oksigen berarti tidak akan terdengar suara karena tidak adanya medium bagi gelombang suara untuk merambat. Jadi seperti apa rasanya di luar angkasa sendirian? Total silence.
Lalu apa implikasi bagi tidak ada gravitasi? Selain karena kita akan melayang-layang tanpa arah, sebuah dorongan kecil pada tubuh akan terus mendorong tubuh ke arah yang sama sampai...tak terhingga. Well, setidaknya sampai ada gaya dorong lainnya yang akan mengubah arah laju. Jadi bayangkan kalau anda terdorong menjauh dari badan pesawat tanpa tali pengaman. Daaaaah!
Tampaknya sutradara sekaligus penulis naskah langganan nominasi Oscar Alfonso Cuaron (Prisoners of Azkabar, Y tu Mama Tambien, Children of Men) memang tergila-gila pada hal detil. Aspek tidak ada suara karena tidak ada oksigen tadi ternyata memiliki implikasi yang sangat signifikan bagi para penonton filmnya. Sambil baca tulisan ini, coba anda ingat-ingat film luar angkasa apa saja yang pernah ada tonton yang ada adegan ledakan atau tabrakan. Apakah ada suara? Hmmm... Nah loh!
Cuaron telah membuat para ahli matematika, fisika, dan astronomi bersorak gembira karena telah membuat film yang sangat akurat pada hal-hal sains. Yes, anda tidak akan mendengar suara sama sekali ketika ada tabrakan atau ledakan, atau bahkan ketika ada benda lewat tepat disamping telinga anda. Ketika hanya tersisa hal visual untuk dapat menangkap informasi apa yang sedang terjadi di sekitar, justru hal itu yang malah membuat keadaan menjadi jauh lebih mengerikan!
Hal lain yang tingkat kedetilannya perlu dipuji setinggi langit adalah visual efek. Ya ya ya film ini memang sangat sangat indah dalam memperlihatkan bumi dari luar angkasa. Lengkap mulai dari matahari terbit, matahari terbenam, hingga aurora. Yummy! Tapi yang ingin gue puji adalah detil refleksi bumi-matahari-luar angkasa yang ada pada bayangan helm di karakternya. Benar-benar sesuai dengan arah laju si astronot yang sedang melayang berputar-putar di gravitasi nol. Apalagi kamera seakan bergerak 360' mengelilingi astronot yang sedang bekerja memperbaiki teleskop Hubble. Kabarnya, tim visual efek butuh menunggu selama empat setengah tahun sampai teknologi bisa memenuhi ambisi besar dari Alfonso Cuaron.
Apalagi Cuaron memang mengkonsepkan film ini dalam bentuk 3D. Walaupun tidak disyuting menggunakan kamera khusus 3D, tapi efek 3D-nya sangat efektif membuat gue sedikit reflek menghindari pecahan satelit yang rusak itu. Hasilnya, gue seakan sedang menikmati film dokumenter IMAX tentang teleskop Hubble di Teater Keong Emas - bedanya kali ini berdurasi 90 menit instead of 10 menit, and all the things gone f*ckin wrong. Sundul sayang dan kecup manja deh buat hasil kerja tim visual efeknya selama ribuan jam.
Untuk semua hal teknis filmnya, thank you, thank you, thank you kepada Alfonso Cuaron dan timnya karena telah meletakkan milestone dan mencatat sejarah penting dalam dunia perfilman - khususnya di genre deep space. *standing ovation*
Ternyata gravitasi nol memang menjadi sumber titik masalah yang diangkat oleh Alfonso Cuaron. Sh*t happens in space? Gue bisa sebut puluhan film itu disini, termasuk Gravity. Tapi film luar angkasa yang 90 menit hanya fokus pada bagaimana implikasi gravitasi nol pada manusia, khususnya ketika dalam keadaan bahaya, puluhan film itu pun mengerucut.
Karena film ini hendak mengeksplorasi apa implikasi gravitasi nol pada manusia, maka faktor karakter manusia menjadi roda penggerak film ini, Yes, ini adalah film lain tentang bagaimana seorang manusia bertahan hidup menghadapi elemen-elemen alam yang ekstrim. Segala aspek psikologis, hingga detil fisiologis disuguhkan secara gila-gilaan berkat kerja sama epik antara Sandra Bullock dan Alfonso Cuaron. Bahkan kabarnya, Bullock dan Cuaron sampai sebegitu detilnya untuk mempersiapkan dan membahas bagaimana Dr. Stone harus mengatur nafasnya dalam keadaan panik!
Bintang utama dalam panggung Gravity memang Sandra Bullock, dan rasanya penempatan casting ini nyaris sempurna. Kepanikan Dr. Stone mengingatkan gue pada kepanikan Annie Porter dalam Speed (1994), film dimana gue dan Sandra Bullock pertama kali berkenalan. Setiap reaksinya dalam menghadapi keadaan darurat, terbilang tepat secara psikologis. Ekspresi, pandangan mata, serta nafas yang tersengal-sengal benar-benar efektif untuk menyeret dan memaksa penonton untuk merasakan sensasi yang sedang dia alami. Perubahan degradasi mental pun secara tepat ditampilkan oleh Bullock ketika keadaan benar-benar diluar kendali.
Apalagi emosi Dr. Stone diimbangi dengan sempurna oleh Matt Kowalski - yang diperankan dengan sangat baik oleh George Clooney - yang ceriwis dan kocak. Kegemarannya untuk bercerita dan setiap usahanya untuk menghibur Dr. Stone yang panik, sangat efektif untuk mengimbangi emosi film ini. Bagi gue, kehadiran Kowalski seakan kehadiran seorang pria asing di sebelah gue yang berusaha menghibur gue yang ketakutan ketika naik roller coaster pertama kali. Jelas sekali, film ini sangat sempurna sebagai studi karakter bagi tema survival dan hope.
Apalagi emosi Dr. Stone diimbangi dengan sempurna oleh Matt Kowalski - yang diperankan dengan sangat baik oleh George Clooney - yang ceriwis dan kocak. Kegemarannya untuk bercerita dan setiap usahanya untuk menghibur Dr. Stone yang panik, sangat efektif untuk mengimbangi emosi film ini. Bagi gue, kehadiran Kowalski seakan kehadiran seorang pria asing di sebelah gue yang berusaha menghibur gue yang ketakutan ketika naik roller coaster pertama kali. Jelas sekali, film ini sangat sempurna sebagai studi karakter bagi tema survival dan hope.
Segala hal detil itu pun dibungkus dengan berbagai teknis perfilman yang ada. Rasanya sih memang Alfonso Cuaron ingin memberikan para penonton filmnya sebuah sensasi dan pengalaman untuk spacewalking dan berada di luar angkasa hanya dengan menonton filmnya (di layar sebesar mungkin). Jadi, beberapa kali teknis sinematografi menggunakan teknik Person of View (POV). Selain bagaimana visual yang dialami oleh seorang astronot, penonton juga disuguhkan dengan apa dan bagaimana suara yang astronot dengar ketika berada di luar angkasa. Keseluruhan pengalaman audio, visual, dan emosi dari apa yang dialami oleh seorang astronot ini pun dipercantik dengan alunan score yang sangat powerful dan efektif untuk meningkatkan level emosi pada adegan. My advice, remember to take a breath on that 12 minutes of terribly intense one long-take shot.
Alfonso Cuaron sendiri mengatakan bahwa sebenarnya film sci-fi nya ini menyimpan lapisan metafora tentang kehidupan. Bagaimana serbuah dari serpihan satelit yang ada adalah sebuah metafora terhadap semua hal yang menghantam hidup. Serpihan itu ada disana dan nyata, dan cara untuk menghadapinya pun berbeda-beda tiap individu. Ada saat-saat denial, ada pula saat-saat tanpa harapan sama sekali. Yang jelas, di titik klimaks badai kehidupan selalu ada kelahiran kembali bagi yang telah sampai pada titik pasrah dan kerelaan diri.
Alfonso Cuaron sendiri mengatakan bahwa sebenarnya film sci-fi nya ini menyimpan lapisan metafora tentang kehidupan. Bagaimana serbuah dari serpihan satelit yang ada adalah sebuah metafora terhadap semua hal yang menghantam hidup. Serpihan itu ada disana dan nyata, dan cara untuk menghadapinya pun berbeda-beda tiap individu. Ada saat-saat denial, ada pula saat-saat tanpa harapan sama sekali. Yang jelas, di titik klimaks badai kehidupan selalu ada kelahiran kembali bagi yang telah sampai pada titik pasrah dan kerelaan diri.
Untuk menutup review panjang yang penuh dengan puja-puji ini, menurut gue film adalah film yang unggul di segala teknis; suara, visual, akting sehingga tidak heran kalau Gravity dapat meraih beberapa nominasi Oscar. Selain itu, Gravity adalah pengalaman virtual yang indah dan sempurna para penonton untuk dapat merasakan bagaimana astronot lihat, dengar, dan rasakan di luar angkasa. Lebih dalam lagi, film ini seakan sebuah puisi dari seorang jenius tentang bertahan hidup, harapan, dan bagaimana seharusnya manusia dapat menghadapi dan melanjutkan hidup.
Sederhananya, gue engga akan puas untuk nonton Gravity cuma sekali atau dua kali.
USA / UK | 2013 | Drama / Sci-Fi / Thriller | 90 min | Aspect Ratio 2.35 : 1
Scene During Credits? TIDAK
Scene After Credits? TIDAK
Wajib 3D? YAIYALAH!!
Wajib IMAX? YA!
Wajib 4DX? RELATIF
Wajib 3D? YAIYALAH!!
Wajib IMAX? YA!
Wajib 4DX? RELATIF
Rating?
10 dari 10
- sobekan tiket bioskop tanggal 2 Oktober 2013 -
BONUS:
Prediksi gue tentang nominasi Oscar 2014 terhadap Gravity *semua prediksi gue tepat!*
Won for Best Director (Alfonso Cuaron), Best Cinematography, Best Film Editing, Best Original Score, Best Sound Editing, Best Sound Mixing, Best Visual Effects, Nominated for Best Motion Picture, Best Actress (Sandra Bullock), Best Production Design, Academy Awards, 2014
|
|
|
BONUS:
Prediksi gue tentang nominasi Oscar 2014 terhadap Gravity *semua prediksi gue tepat!*
- Best Picture
- Best Directing
- Best Actress in a Leading Role
- Best Cinematography
- Best Music - Original Score
- Best Visual Effect
- Best Sound Editing
- Best Sound Mixing
Won for Best Director (Alfonso Cuaron), Nominated for Best Motion Picture - Drama, Original Score (Steven Price), Best Actress (Sandra Bullock), Golden Globes, 2014
Nominated for Best Original Screenplay, Best Film, Best Actress, Best Cinematography, Best Editing, Best Production Design, Best Sound, Best Visual Effects, BAFTA, 2014
dapat vocher dari mana nih
BalasHapusawalnya pas baca sinopsis,g membayangkan bakal boring bgt ni film..terkatung2 d space sepanjang film dengan hanya 2 org aktor..tpi penasaran juga dengan "jajaran" cast yang A list actor tersebut.. setelah baca review dari sini, semakin mantap hati utk nonton film ini.
BalasHapusTHE BEST SCI-FI FILM i must say!! I'm not a fans of sci-fi movie before, but this film is the exception...visualnya sangat mengagumkan dan storyline nya membuat kita merasakan bagaimana Dr. Ryan hidup di space dan kepanikan yang dia rasakan.. Sungguh mengagumkan acting dari Sandra Bullock, standing ovation n big applause for her act. dan detail dari film ini yang sangat real, membuat seakan2 kita juga di luar angkasa, hahaha
Thx for review from this blog, jadi saya bela2in ntn imax on weekday...n i still want to watch it again ...keep blogging about the next film !! @pink_miaw
Halo! Wah udah lama gak ke sini, udah banyak yg berubah dan jd bagus aja hehe. Udah nggak tinggal di luar ya? And btw, yes, Gravity emg bagus bgt dan pantes dapet nilai sempurna. Definitely best movie of the year!
BalasHapus4DX nya dahsyat, Mo
BalasHapus