Bad Teacher

Karakter anti-hero memang menjadi karakter alternatif favorit bagi sebagian orang. Alih-alih mencapai tujuan dengan melakukan hal-hal baik, si karakter anti-hero ini mencapai tujuannya dengan cara yang tidak patut ditiru oleh anak kecil. Cerita tipikal seperti ini biasanya memberikan akhir cerita dimana si karakter utama alih-alih mendapatkan tujuan awal, malah mendapatkan hal yang jauh lebih baik dan akhirnya menemukan dirinya sendiri. Akhir cerita seperti ini tentu saja dibuat sengaja agar tidak melegalkan cara-cara kotor yang dilakukan si karakter utama sepanjang cerita. Komedi yang disajikan oleh film tipikal seperti ini pun biasanya menjanjikan. Sayangnya, film Bad Teacher jauh dari menjanjikan.

Elizabeth Halsey (Cameron Diaz) adalah seorang guru sekolah menengah pertama yang menjalani pekerjaannya tersebut hanya untuk menunggu dinikahi oleh seorang pria kaya. Pekerjaan ini pun cenderung dianggap remeh oleh Elizabeth, dengan bersikap kelewat cuek terhadap anak-anak muridnya. Setelah setahun bekerja sebagai guru, tiba-tiba tunangannya meninggalkan dia karena menemukan fakta bahwa Elizabeth hanya mencari uang semata. Tidak ada pilihan lain untuk mencari uang dengan tetap bekerja sebagai guru, Elizabeth pun mengincar seorang guru baru yang cukup nerd, Scott Delacorte (Justin Timberlake). Sayangnya, Elizabeth harus bersaing dengan sesama koleganya, Amy Squirrel (Lucy Punch) dalam mendapatkan Scott. Selain itu, Russel Gettis (Jason Segel) yang seorang guru olahraga pun memiliki ketertarikan terhadap Elizabeth.

Sebuah komedi yang baik adalah ketika cerita yang dibangun dari naskah yang kuat, didukung pula oleh para pemeran yang mumpuni. Ide cerita dari film ini memang menarik, sebuah guru sekolah menengah pertama yang cara berbicaranya cukup asal serta cara mengajarnya yang sama sekali tidak mendidik. Sayangnya, ide cerita ini cukup beresiko untuk melewati garis batas yang memisahkan kategori benar-benar lucu dan menghina dunia pendidikan - khususnya kalangan guru. Memang ini adalah film komedi yang bertujuan untuk menghibur penontonnya. Namun mungkin sekali bagi penonton yang berasal dari dunia pendidikan akan merasa sedikit terluka jika menonton film ini dengan cara pandang yang terlalu serius. Komedi yang digunakan dalam film ini pun terkesan murahan dan hanya mengumbar lelucon dewasa. Jarang sekali saya menemukan diri saya tertawa, atau bahkan tersenyum untuk adegan tertentu.

Nama Cameron Diaz pun praktis hanya sebagai magnet komersialisasi saja untuk mendongkrak penjualan film ini. Eksploitasi kecantikan Diaz pun sangat terlihat dalam film ini, yang sayangnya malah terkesan murahan. Eksploitasi itu pun tidak didukung oleh akting yang kuat dalam memerankan karakter guru yang bersikap seenak jidat. Lucy Punch kembali tampil sebagai "karakter antagonis" dan memainkan perannya dengan brilian, yang sukses membuat penonton mengambil sikap sebal terhadap karakter yang dibawakannya. Timberlake yang rasanya mulai nyaman di dunia akting, terlihat terlalu berusaha keras untuk menghidupkan karakter guru yang nerd. Karakter Sean Parker dalam The Social Network (2010) masih menjadi penampilan terbaik bagi Timberlake. Jason Segel sebagai aktor yang lumayan sering hilir mudik di film-film komedi romantis justru cukup menonjol dengan karakter "biasa dan normal" yang ia bawakan dalam film ini.
gambar diambil dari sini
Mungkin bagi kalangan kaum Adam, Cameron Diaz menjadi satu-satunya daya tarik pada film ini. Tapi sayangnya daya tarik ini tidak memenuhi ekspektasi awal dan terlampau sia-sia dengan tidak didukungnya oleh naskah serta akting yang bagus.



Rating?
5 dari 10

- sobekan tiket bioskop tertanggal 25 Juni 2011-

Komentar