Star Wars: The Last Jedi - Review
"Babak kelahiran baru dari Star Wars Saga, dengan eksplorasi berani tentang The Force yang akan membawa kita semua ke perjalanan yang baru dan mengasyikkan"
Melanjutkan kisah dari The Force Awakens (2015), Rey pergi ke pulau di planet terpencil tempat Jedi Master Luke Skywalker mengasingkan diri. Sementara itu, kejaran First Order semakin dekat dan para Resistance harus berjuang dengan sumber daya seadanya demi menyelamatkan diri. Kelompok Resistance pun menjadi satu-satunya harapan sebagai simbol perlawanan terhadap First Order. Sementara itu, Resistance menggantungkan harapan pada satu-satunya Jedi yang tersisa, Luke Skywalker.
Kesan pertama gue, The Last Jedi adalah film Star Wars paling bijak yang pernah gue tonton, plus paling kocak dengan selipan humor ala MCU. Ada banyak sekali quote penuh makna yang pasti akan menempel di kepala anda, mulai dari filosofi perjuangan menyelamatkan yang dicintai ketimbang melawan yang jahat hingga melepaskan masa lalu dan menatap masa depan. Di antara hal-hal filosofis tersebut, sutradara dan penulis naskah Rian Johnson juga menyelipkan humor-humor yang membuat jalan cerita yang kompleks ini menjadi ringan dan ramah ditonton anak-anak. Mungkin ada kelompok fans yang akan memprotes keras humor ini karena terkesan terlalu banyak dan sangat menonjol dibandingkan Episode I sampai Episode VII. Tetapi gue pribadi cukup menikmati humor ini karena memang efektif memancing tawa.
Tidak seperti The Force Awakens (2015) yang sangat mirip dengan A New Hope (1977), Rian Johnson seakan melahirkan kembali Star Wars Saga dengan The Last Jedi. Berangkat dari tribute-nya terhadap The Empire Strikes Back (1980) dan bahkan sekelumit Return of the Jedi (1983), Rian Johnson berhasil melepaskan diri dari eksklusivitas keluarga Skywalker dan lepas landas menuju mitologi Force yang lebih luas. Trilogi Star Wars baru yang telah diumumkan yang dikepalai oleh Rian Johnson yang tidak lagi fokus pada keluarga Skywalker dan mengeksplorasi karakter lain dalam Star Wars Saga, maka bisa dibilang The Last Jedi adalah titik awalnya.
Momen peralihan dari kisah lama ke kisah baru tersebut harus dibayar dengan durasi terpanjang dalam sejarah kanon Star Wars; 152 menit! Mengalahkan Episode II: Attack of the Clones di kisaran 142 menit. Banyak sekali memang yang ingin diceritakan oleh Rian Johnson, mulai dari kisah utama eksplorasi Force oleh Rey hingga kisah-kisah sampingannya yang juga tidak serta-merta tenggelam begitu saja. Semua pertanyaan, diskusi, serta debat tak berujung dari para fans selama dua tahun ini terjawab tuntas. Mulai dari bagaimana masa lalu Kylo Ren hingga asal-usul Rey. Yang jelas, ada satu jawaban yang cukup kontroversial dan memancing amarah dari sebagian kelompok fans tentang karakterisasi baru dari Luke Skywalker.
Yang menarik adalah bagaimana Rian Johnson berulang kali mengajak para penontonnya untuk "let it go" dengan deretan dialog yang didengungkan lewat beberapa karakter sepanjang film ini. "Let the past dies" dan dialog-dialog sejenisnya, seakan mengingatkan penonton untuk tidak terlalu berpegang pada masa lalu dan menerima apapun yang akan terjadi di masa depan - termasuk ke mana arah Star Wars Saga setelah ini. Kontroversi mengenai karakterisasi Luke Skywalker - yang konon juga membuat Mark Hamill sendiri terkejut - biarlah menjadi hal yang sangat menarik untuk didiskusikan lebih lanjut.
--- HEAVY SPOILER ALERT ---
Hal yang membuat gue sangat menyukai The Last Jedi tidak lain adalah keberanian (dan kelancangan) Rian Johnson untuk mengeksplorasi The Force yang selama ini hanya eksklusif pada darah Skywalker semata. Eksplorasi hal pertama adalah bahwa kepemilikan Force tidak hanya pada keturunan Skywalker semata, melainkan dapat dimiliki oleh siapa pun! Hal ini jelas menjawab asal-usul Rey, dan adegan blink-then-you-miss-it anak kecil menarik sapunya di akhir film. Ide ini jelas sangat brilian, jenius, serta sangat berani untuk menantang kubu konservatif bahwa Force hanya milik keluarga Skywalker.
Hal kedua, dan terus didengungkan sepanjang film adalah, keseimbangan yang ada dalam The Force. Dari Episode I hingga Episode VI, "kita semua diajarkan" untuk hanya membuka mata dan hati pada "The Light Side" dan menjauhkan dari "The Dark Side". Para Master Jedi mewanti-wanti semua orang untuk bahkan tidak mencelupkan jari kaki ke "The Dark Side" atau nanti akan tergoda. Di titik ini, Rian Johnson - sekali lagi dengan lancangnya - memperbolehkan Rey untuk mengecap dan bahkan memasuki The Dark Side tanpa sekalipun menolaknya. Membawa teguh argumen bahwa pengetahuan akan The Dark Side akan membawa keseimbangan pada Force dalam diri. Argumen keseimbangan ini jelas sangat logis dan ada benarnya, dan serta-merta menjadikan para Master Jedi di enam episode sebelumnya seakan suster-suster sekolah Katolik yang sangat ketat. Tidak selalu hal-hal negatif seperti dendam dan amarah dapat mengarah pada The Dark Side. It's okay to be angry, setidaknya seperti bagaimana Rey menghadapi Kylo Ren, asalkan tahu di sisi moral mana dia berpijak.
Untuk alasan inilah mengapa Luke Skywalker sangat kekeuh untuk menamatkan Jedi Order, karena pandangan Jedi yang terlalu sempit terhadap The Force - sementara ada hal yang jauh lebih besar daripada hanya mendekatkan diri pada The Light. Sekarang kita tahu siapa yang dimaksud dalam judul "The Last Jedi", dan entah label apakah yang harus kita sematkan pada generasi baru Rey dan teman-temannya yang bisa memanen kekuatan The Force. Yang jelas, tidak ada lagi penjahat bertopeng, tidak ada lagi Sith, dan tidak ada lagi ksatria Jedi!
USA | 2017 | Action / Fantasy | 152 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1 / IMAX Aspect Ratio l.90 : 1
- sobekan tiket bioskop tanggal 13 Desember 2017 -
----------------------------------------------------------
Melanjutkan kisah dari The Force Awakens (2015), Rey pergi ke pulau di planet terpencil tempat Jedi Master Luke Skywalker mengasingkan diri. Sementara itu, kejaran First Order semakin dekat dan para Resistance harus berjuang dengan sumber daya seadanya demi menyelamatkan diri. Kelompok Resistance pun menjadi satu-satunya harapan sebagai simbol perlawanan terhadap First Order. Sementara itu, Resistance menggantungkan harapan pada satu-satunya Jedi yang tersisa, Luke Skywalker.
Kesan pertama gue, The Last Jedi adalah film Star Wars paling bijak yang pernah gue tonton, plus paling kocak dengan selipan humor ala MCU. Ada banyak sekali quote penuh makna yang pasti akan menempel di kepala anda, mulai dari filosofi perjuangan menyelamatkan yang dicintai ketimbang melawan yang jahat hingga melepaskan masa lalu dan menatap masa depan. Di antara hal-hal filosofis tersebut, sutradara dan penulis naskah Rian Johnson juga menyelipkan humor-humor yang membuat jalan cerita yang kompleks ini menjadi ringan dan ramah ditonton anak-anak. Mungkin ada kelompok fans yang akan memprotes keras humor ini karena terkesan terlalu banyak dan sangat menonjol dibandingkan Episode I sampai Episode VII. Tetapi gue pribadi cukup menikmati humor ini karena memang efektif memancing tawa.
Tidak seperti The Force Awakens (2015) yang sangat mirip dengan A New Hope (1977), Rian Johnson seakan melahirkan kembali Star Wars Saga dengan The Last Jedi. Berangkat dari tribute-nya terhadap The Empire Strikes Back (1980) dan bahkan sekelumit Return of the Jedi (1983), Rian Johnson berhasil melepaskan diri dari eksklusivitas keluarga Skywalker dan lepas landas menuju mitologi Force yang lebih luas. Trilogi Star Wars baru yang telah diumumkan yang dikepalai oleh Rian Johnson yang tidak lagi fokus pada keluarga Skywalker dan mengeksplorasi karakter lain dalam Star Wars Saga, maka bisa dibilang The Last Jedi adalah titik awalnya.
Momen peralihan dari kisah lama ke kisah baru tersebut harus dibayar dengan durasi terpanjang dalam sejarah kanon Star Wars; 152 menit! Mengalahkan Episode II: Attack of the Clones di kisaran 142 menit. Banyak sekali memang yang ingin diceritakan oleh Rian Johnson, mulai dari kisah utama eksplorasi Force oleh Rey hingga kisah-kisah sampingannya yang juga tidak serta-merta tenggelam begitu saja. Semua pertanyaan, diskusi, serta debat tak berujung dari para fans selama dua tahun ini terjawab tuntas. Mulai dari bagaimana masa lalu Kylo Ren hingga asal-usul Rey. Yang jelas, ada satu jawaban yang cukup kontroversial dan memancing amarah dari sebagian kelompok fans tentang karakterisasi baru dari Luke Skywalker.
Yang menarik adalah bagaimana Rian Johnson berulang kali mengajak para penontonnya untuk "let it go" dengan deretan dialog yang didengungkan lewat beberapa karakter sepanjang film ini. "Let the past dies" dan dialog-dialog sejenisnya, seakan mengingatkan penonton untuk tidak terlalu berpegang pada masa lalu dan menerima apapun yang akan terjadi di masa depan - termasuk ke mana arah Star Wars Saga setelah ini. Kontroversi mengenai karakterisasi Luke Skywalker - yang konon juga membuat Mark Hamill sendiri terkejut - biarlah menjadi hal yang sangat menarik untuk didiskusikan lebih lanjut.
--- HEAVY SPOILER ALERT ---
Hal yang membuat gue sangat menyukai The Last Jedi tidak lain adalah keberanian (dan kelancangan) Rian Johnson untuk mengeksplorasi The Force yang selama ini hanya eksklusif pada darah Skywalker semata. Eksplorasi hal pertama adalah bahwa kepemilikan Force tidak hanya pada keturunan Skywalker semata, melainkan dapat dimiliki oleh siapa pun! Hal ini jelas menjawab asal-usul Rey, dan adegan blink-then-you-miss-it anak kecil menarik sapunya di akhir film. Ide ini jelas sangat brilian, jenius, serta sangat berani untuk menantang kubu konservatif bahwa Force hanya milik keluarga Skywalker.
Hal kedua, dan terus didengungkan sepanjang film adalah, keseimbangan yang ada dalam The Force. Dari Episode I hingga Episode VI, "kita semua diajarkan" untuk hanya membuka mata dan hati pada "The Light Side" dan menjauhkan dari "The Dark Side". Para Master Jedi mewanti-wanti semua orang untuk bahkan tidak mencelupkan jari kaki ke "The Dark Side" atau nanti akan tergoda. Di titik ini, Rian Johnson - sekali lagi dengan lancangnya - memperbolehkan Rey untuk mengecap dan bahkan memasuki The Dark Side tanpa sekalipun menolaknya. Membawa teguh argumen bahwa pengetahuan akan The Dark Side akan membawa keseimbangan pada Force dalam diri. Argumen keseimbangan ini jelas sangat logis dan ada benarnya, dan serta-merta menjadikan para Master Jedi di enam episode sebelumnya seakan suster-suster sekolah Katolik yang sangat ketat. Tidak selalu hal-hal negatif seperti dendam dan amarah dapat mengarah pada The Dark Side. It's okay to be angry, setidaknya seperti bagaimana Rey menghadapi Kylo Ren, asalkan tahu di sisi moral mana dia berpijak.
Untuk alasan inilah mengapa Luke Skywalker sangat kekeuh untuk menamatkan Jedi Order, karena pandangan Jedi yang terlalu sempit terhadap The Force - sementara ada hal yang jauh lebih besar daripada hanya mendekatkan diri pada The Light. Sekarang kita tahu siapa yang dimaksud dalam judul "The Last Jedi", dan entah label apakah yang harus kita sematkan pada generasi baru Rey dan teman-temannya yang bisa memanen kekuatan The Force. Yang jelas, tidak ada lagi penjahat bertopeng, tidak ada lagi Sith, dan tidak ada lagi ksatria Jedi!
USA | 2017 | Action / Fantasy | 152 mins | Scope Aspect Ratio 2.35 : 1 / IMAX Aspect Ratio l.90 : 1
Rating Sobekan Tiket Bioskop:
- sobekan tiket bioskop tanggal 13 Desember 2017 -
----------------------------------------------------------
- review film star wars the last jedi
- review star wars the last jedi
- star wars the last jedi movie review
- star wars the last jedi film review
- resensi film star wars the last jedi
- resensi star wars the last jedi
- ulasan star wars the last jedi
- ulasan film star wars the last jedi
- sinopsis film star wars the last jedi
- sinopsis star wars the last jedi
- cerita star wars the last jedi
- jalan cerita star wars the last jedi
Setuju sekali sama verdict nya Bang.. saya menggarisbawahi kata "lancang" disini. Sejauh beberapa review yang saya baca, tanggapan buat "The Last Jedi" ini cukup beragam, bahkan cenderung terpolarisasi. "The Geeks side" yg mengaku sbg fanatis Star Wars rata2 mereview negatif. Disisi lain kaum movie goers yg lebih open minded dan objektif cenderung menyambut baik visi dan "kelancangan" Rian Johnson.
BalasHapusSaya pribadi sih melihat "The Last Jedi" ini cukup berani untuk mendatangkan keseimbangan dan membawa franchise Star Wars ke dimensi yang baru lagi.
Btw salut untuk review2 nya Bang, blog andalan saya untuk cari referensi film bagus. 😁
Wuih makasih apresiasinya den! Bener banget nih kata-katanya, "open minded"! Ga kebayang sih gimana fans konservatif yang bakal segitu marahnya dengan karakter Luke yang di sini. Yaah gimana, Mark Hamill sendiri gak setuju kok hahaha. Meski begitu, dia tetep perform bagus banget ya. Aktor profesional!
HapusThe way he shake the dust off his shoulder abis ditembakin, savage! Hahahaha
HapusFilm Favorit Saya, Thanks sinopsisnya
BalasHapus