The Greatest Showman - Review

"Dengan lagu-lagu populer dan koreografi yang epik dan sensasional, The Greatest Showman menjadi film musikal yang sulit untuk dilupakan"

Imajinasi dari kisah nyata perjuangan Phineas Taylor Barnum atau P.T. Barnum sebagai seorang visioner yang terkenal karena menjadi perintis bisnis pertunjukan sirkus yang terkenal seantero dunia. Sebagai anak tukang jahit yang tidak punya apa-apa, sementara dirinya memendam cinta pada Charity si gadis dari keluarga kaya. Berbekal mimpi dan idealisme ide-ide pertunjukan yang gila dan aneh, Barnum pun memulai usaha sirkusnya. Ketika tentangan dan tantangan datang silih berganti, Barnum harus menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pemimpin keluarga sirkus sejati.

Tahun 2017 tampaknya sedang berbaik hati dengan gue; dibuka dan ditutup dengan film musikal. Sebelum membandingkan dengan La La Land (2017), mari gue bahas The Greatest Showman dulu dimulai dari tampak luar hingga ke isinya yang paling dalam. Penting diketahui bahwa The Greatest Showman adalah film musikal yang tidak seperti Pitch Perfect 3 yang lagu hanya ada dalam bagian bernyanyi, tetapi dengan sebagian besar dialognya dinyanyikan. Melodi dalam setiap lagunya bernuansa populer dan cenderung dapat diterima oleh banyak orang. Pilihan lirik dalam lagunya juga tergolong mudah untuk dimengerti, dan tetap cantik sebagai sajak lagu. Koreografinya luar biasa, di mana ini adalah hal yang sudah sepatutnya mengingat tema yang dibawakan adalah sirkus dengan kemampuan akrobatik yang tinggi.

Gue sangat suka dengan setiap bagian nyanyiannya, termasuk lagunya itu sendiri. Eksekusi nyanyi dan koreografi dalam medium audio-visualnya sungguh mengagumkan, apalagi dipadu dengan teknik sinematografi yang ajaib seperti mimpi. Ketika sisi visual dihilangkan, gue masih sangat suka mendengarkan lagunya saja karena memang musiknya bergenre pop yang sangat ear-catchy dengan melodi yang mudah diingat. Dengan pengalaman telinga dan mata yang membuat gue beberapa kali merinding atau bermata basah, The Greatest Showman jelas menjadi film musikal orisinil yang epik sehingga sulit untuk dilupakan.


Di segi cerita, nah ini yang mungkin akan banyak dicibir oleh #TeamLaLaLand. The Greatest Showman is too good to be true. Kisahnya sangat kental dengan formula Hollywood yang happy ending dan tidak akan membiarkan pemeran utamanya kehilangan satu hal atau satu orang pun. Lebih detil lagi, kisahnya berjalan sangat cepat tanpa memberikan kesempatan para karakternya untuk berproses dari satu titik ke titik lain. Setiap perjalanan emosi dan kisahnya dipercepat lewat nyanyian dan lirik lagu, semua lagu-lagunya yang bernada positif tidak akan membiarkan penontonnya untuk bersedih lebih dari 10 detik. Realita adalah mimpi dengan mata terbuka, bahwa suami yang berciuman dengan wanita lain masih dimaafkan dan boleh pulang ke rumah. Sementara Mia yang pergi ke Paris selama 5 tahun sudah menikah dengan laki-laki lain dan Sebastian masih hidup menjomblo. Nah ini baru realita! Reality bites, and this is what #TeamLaLaLand adore so much. Meski hal ini adalah standar baru film musikal di mana La La Land berani bertindak di luar formula Hollywood, dan sebaliknya The Greatest Showman masih bermain aman.

Tidak hanya itu saja bagian di mana The Greatest Showman menjual mimpi dan menipu realita. Bahkan sampai detil kecil di mana tokoh nyata penyanyi Swedia Jenny Lind yang harus banget dinyanyikan secara lip sync. Dude come on, Ryan Gosling rela latihan tiga bulan demi bisa main piano sejago itu loh! Beruntung masih ada Michelle Williams yang ternyata bersuara emas, dan duet Zac Efron - Zendaya sebagai side love story yang menggemaskan dan cenderung lebih menyentuh ketimbang kisah Barnum dan Charity. Namun tepuk tangan jelas harus diarahkan pada si wanita berewok, Keala Settle yang sangat bersinar dengan bagian "This Is Me".


The Greatest Showman memang menipu kita dengan mimpi yang mereka jual, tetapi mungkin saja hal itu sejalan dengan kisah Barnum yang "menipu" penonton sirkusnya dengan pertunjukan kreasinya. Terlepas dari itu, gue tetap terpukau dengan setiap segmen lagu-lagu yang ada dalam film musikal ini karena memang gue cukup murah untuk diberikan gerak dan lagu yang epik dan sensasional. Terlihat dari bagaimana gue spontan tepuk tangan setelah segmen "This Is Me" dan terutama setelah film selesai. Bravo!





- sobekan tiket bioskop tanggal 29 Desember 2017 -

Rating Sobekan Tiket Bioskop:


----------------------------------------------------------
  • review film the greatest showman
  • review the greatest showman
  • the greatest showman movie review
  • the greatest showman film review
  • resensi film the greatest showman
  • resensi the greatest showman
  • ulasan the greatest showman
  • ulasan film the greatest showman
  • sinopsis film the greatest showman
  • sinopsis the greatest showman
  • cerita the greatest showman
  • jalan cerita the greatest showman

Komentar

  1. setuju bgtt (h) film ini bau baunya bakal susah gue lupain karna sajian sirkus sama lagu-lagunya yg indah bgt ditambah aksi zendaya gelayutan bikin gue nganga sambil mikir "gila ni orang perfect bgt bisa apa aja ckck" dannnn meskipun film ini film biografi-nya si P.T Barnum tapi film ini malah sukses bikin gue ngeship Phillip-Anne alias Zac-Zendaya apalagi scene mereka pas nyanyi Rewrite The Stars AAAAAASDFFGHJKL I CAN'TTTTTTTT ;((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha sequence Rewrite the Stars emang cetar banget yaa

      Hapus
  2. Kesannya sama banget sama apa yg gw dapet mas. Ini film musikal yg secara produksi lagu dan koreografinya layak dimasukkan ke golongan epic. Sayangnya ya itu, alurnya jadi terburu-buru dan terlalu formulaic. Sayang kalo akrtis sekelas Michelle Williams bahkan tidak dibiarkan mengembangkan karakternya (bandingkan dengan ketika di "Manchester by the Sea).
    But ini film layak tonton. Sangat layak tonton. Nice review btw Mas.. as always!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener banget. Meski ceritanya gak sebegitu dalam dan terburu-buru, tapi tetap semua part lagunya layak ditonton di layar besar!

      Hapus

Posting Komentar