Mencuri Raden Saleh - Review


Wow wow wow! Ekspektasi gue tuh udah kadung ketinggian setelah baca berbagai review positif dari teman-teman yang udah nonton duluan. Apalagi di tengah langkanya film heist di industri film nasional, Mencuri Raden Saleh hadir nggak setengah-setengah tapi tegas dan maksimal. Terlihat dari pemilihan para karakter utamanya yang mencerminkan masa depan film Indonesia. Dengan hasil penampilan mereka, gue jadi tenang dan yakin bahwa masa depan film nasional akan cerah ke depannya.

Sebagai penonton film heist, gue mulai bisa mengenali beberapa check box yang harus ada di film bertema pencurian. Mulai dari berkelompoknya orang-orang yang tadinya nggak saling kenal, interaksi naik turun antara mereka, menghadapi kegagalan, lalu belajar dari kesalahan sehingga lebih baik. Sampai ditutup dengan eksekusi perencanaan yang brilian dan out of the box sehingga mengundang tepuk tangan dari penonton.


Mencuri Raden Saleh punya itu semua, dan nggak main-main detilnya! Oke nggak perlu ngebandingin dulu dengan Hollywood ya, apalagi bawa-bawa trilogi Ocean's. Ingat, film heist itu langka di Indonesia. Beruntung, sutradara Angga Dwimas Sasongko udah ngasih standar yang sangat tinggi lewat film terbarunya ini. Mencuri Raden Saleh jadi film yang solid, rapi dan kuat. Naskahnya nyaris tanpa cela dan kuat di pendalaman karakter. Drama keluarga yang jadi latar belakang dan motivasi jadi darah dan nyawa yang konsisten sampai akhir film.

Eksekusi adegan heist yang cenderung lebih seru di perencanaan daripada eksekusi juga tampil brilian. Mencuri Raden Saleh mengambil posisi sebagai film heist dari orang-orang (baca: remaja) yang nggak punya pengalaman mencuri sama sekali - alias amatir! Ini jelas jadi sudut pandang yang baru dan segar di tema heist (bahkan di Hollywood sekalipun), serta jadi menarik untuk ditonton melihat gimana trial and error yang mereka lakukan. 


Gue suka banget sama semua penampilan enam karakter utama kita. Semuanya berperan meyakinkan, nggak kurang dan nggak berlebihan, lalu semua tampil sama rata dan nggak ada yang menonjol. Satu lagi, semua berhasil keluar dari image karakter mereka di film-film sebelumnya. 

Iqbaal jelas sudah hilang ke-dilan-dilan-an dan bisa tampil "nggak terlalu bersinar" dibanding yang lain. Angga Yunanda yang di film-film sebelumnya menurut gue aktingnya agak awkward, di sini tampil natural. Aghniny Haque is HAWT! Rachel Amanda is a bad ass, Ari Irham berhasil banget jadi karakter supir, dan Umay Shahab jelas anak muda multi-talenta. Akting marah-marahnya mereka tuh natural banget ya dengan deretan kata kasar. Satu kritikan gue adalah pas adegan penuh emosi, pelafalan mereka jadi nggak jelas, malah sayang penonton jadi nggak tau mereka ngomong apa.


Bicara tentang Raden Saleh, gue suka banget gimana film ini ngasih pujian setinggi-tinggi terhadap karya seni Indonesia. Film ini jelas jadi jembatan emas antara anak muda (yang direpresentasikan oleh para karakter utama) dengan karya seni dan tokoh seni kebanggaan Indonesia. Pemilihan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro yang dilukis Raden Saleh tahun 1857 juga jadi hal yang sangat tepat. Lukisan ini jelas jadi representasi yang sempura terhadap tema filmnya sendiri; pemberontakan terhadap otoritas dan membalas dengan karya.

Bonus, coba ditonton review lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro oleh youtuber video essay favorit gue ini.







- sobekan tiket bioskop tanggal 27 Agustus 2022 -
----------------------------------------------------------
review film mencuri raden saleh
review mencuri raden saleh
mencuri raden saleh movie review
mencuri raden saleh film review
resensi film mencuri raden saleh
resensi mencuri raden saleh
ulasan mencuri raden saleh
ulasan film mencuri raden saleh
sinopsis film mencuri raden saleh
sinopsis mencuri raden saleh
cerita mencuri raden saleh
jalan cerita mencuri raden saleh

Komentar